Jantung Berdetak Lebih Cepat, Waspada Tanda Aritmia

Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   25 Juni 2019
Jantung Berdetak Lebih Cepat, Waspada Tanda AritmiaJantung Berdetak Lebih Cepat, Waspada Tanda Aritmia

Halodoc, Jakarta – Aritmia adalah gangguan jantung yang terjadi ketika organ tersebut berdetak terlalu cepat, terlalu lambat, atau tidak teratur. Kondisi ini disebabkan karena impuls elektrik yang berfungsi mengatur detak jantung tidak bekerja dengan baik. Maka itu, kamu perlu waspada jika jantung berdetak lebih cepat dari biasanya.

Baca Juga: Inilah Jenis-Jenis Aritmia yang Perlu Diketahui

Mengenal Tanda dan Gejala Aritmia

Secara umum, aritmia ditandai dengan rasa berdebar di dada, jantung berdebar lebih cepat (takikardia), detak jantung lebih lambat (bradikardia), kelelahan, pusing, sesak napas, nyeri dada, hingga penurunan kesadaran. Ada beberapa faktor untuk meningkatkan risiko terjadinya gejala aritmia, antara lain:

  • Ketidakseimbangan kadar elektrolit dalam darah, seperti kalium, natrium, kalsium, dan magnesium. Akibatnya, konduksi impuls listrik di jantung menjadi terganggu dan meningkatkan risiko terjadinya aritmia.

  • Efek samping konsumsi obat, termasuk penyalahgunaan obat-obatan terlarang. 

  • Terlalu banyak konsumsi alkohol dan kafein. Kebiasaan merokok juga meningkatkan risiko terjadinya aritmia.

  • Gangguan kelenjar tiroid. Misalnya, kelenjar tiroid yang terlalu aktif atau kurang aktif.

  • Sleep apnea obstruktif, yaitu terganggunya pernapasan saat tidur. Kondisi ini meningkatkan risiko bradikardia, fibrilasi atrium, dan jenis aritmia lainnya.

  • Mengidap penyakit tertentu, seperti diabetes, hipertensi, penyakit jantung koroner, atau riwayat operasi jantung.

Baca Juga: Kematian Mendadak Bisa Terjadi karena Aritmia

Diagnosis dan Pengobatan Aritmia

Aritmia nggak boleh dianggap sepele karena berpotensi sebabkan komplikasi yang lebih serius, seperti gagal jantung, stroke, hingga kematian. Maka itu, kamu perlu segera bicara pada dokter jika detak jantung berbeda dibanding normal, baik lebih cepat, lebih lambat, atau tidak beraturan.

Dokter akan mendiagnosis aritmia melalui ekokardiogram, elektrokardiogram (EKG), uji latih beban jantung, monitor holter, studi elektrofisiologi, dan kateterisasi jantung. Pada beberapa dokter, aritmia bisa didiagnosis dengan mudah melalui pemeriksaan denyut jantung biasa.

Setelah diagnosis ditetapkan, berikut ini pengobatan untuk mengatasi aritmia, yaitu:

  • Konsumsi obat-obatan, seperti obat penghambat beta yang mampu menjaga denyut jantung agar tetap normal. Obat antikoagulan, seperti aspirin, warfarin, rivaroxaban, dan dabigatran juga bisa dikonsumsi sesuai anjuran dokter untuk menurunkan risiko terjadinya penggumpalan darah dan stroke.

  • Pemasangan alat picu jantung dan implantable cardioverter defibrillator (ICD). Alat ini berguna untuk menjaga detak jantung tetap normal.

  • Kardioversi, dilakukan jika aritmia tidak bisa diatasi dengan obat-obatan. Metode ini dilakukan dengan pemberian kejutan listrik ke dada pengidap untuk membuat denyut jantung kembali normal. Kardioversi dilakukan pada kasus aritmia fibrilasi atrium dan takikardia supraventrikular. 

  • Metode ablasi, untuk mengobati aritmia yang penyebabnya sudah diketahui. Dokter akan memasukkan sebuah kateter melalui pembuluh darah di kaki. Setelah kateter berhasil menemukan sumber gangguan ritme jantung, alat kecil yang dipasang akan merusak bagian kecil jaringan jantung tersebut.

Adakah cara mencegah aritmia? Tentu ada, kuncinya dengan menerapkan gaya hidup sehat. Mulai dari konsumsi makanan bergizi seimbang, menjaga berat badan tetap ideal, mengelola stres, tidak merokok, membatasi konsumsi kafein dan minuman beralkohol, serta rutin berolahraga.

Baca Juga: Begini Metode Pengobatan pada Pengidap Aritmia

Itulah tanda dan gejala aritmia yang perlu diwaspadai. Kalau kamu punya keluhan pada jantung, jangan ragu berbicara pada dokter untuk mengetahui penyebab dan mendapat penanganan yang tepat. Tanpa harus antre, sekarang kamu bisa langsung membuat janji dengan dokter di rumah sakit pilihan di sini. Selain itu, kamu juga bisa download aplikasi Halodoc untuk melakukan tanya langsung ke dokter.