Jangan Diabaikan, Inilah Faktor Risiko Kanker Ovarium
Halodoc, Jakarta – Jangan terlalu terkejut karena ini adalah fakta. Menurut American Cancer Society, seorang wanita mengalami risiko mendapatkan kanker ovarium dalam hidupnya adalah sekitar 1 banding 75. Pun, kesempatan seumur hidupnya meninggal akibat kanker ovarium adalah 1 banding 100.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Cancer Ovarian Target di Inggris, hanya 1 persen wanita yang tahu yang tahu bahwa sering buang air kecil bisa menjadi salah satu gejala kanker ovarium. Ini termasuk juga gejala lainnya, seperti kehilangan nafsu makan dan sering merasa kenyang setiap saat.
Gejala sekecil apapun dan tanggap terhadap pemicu risiko kanker ovarium bisa membantu para wanita menyelamatkan hidupnya. Ingin tahu lebih banyak mengenai kanker ovarium, bisa tanyakan langsung ke Halodoc. Dokter-dokter yang ahli di bidangnya akan berusaha memberikan solusi terbaik untukmu. Caranya, cukup download aplikasi Halodoc lewat Google Play atau App Store. Melalui fitur Contact Doctor kamu bisa memilih mengobrol lewat Video/Voice Call atau Chat.
Baca juga: Begini Cara Mendeteksi Kanker Ovarium
Mengetahui data statistik di atas, alangkah pentingnya untuk mengetahui faktor risiko dari kanker ovarium. Berikut ini uraian informasinya.
-
Mutasi Genetik
Faktor risiko paling signifikan untuk kanker ovarium adalah mutasi genetik yang diwariskan pada salah satu dari dua gen; gen kanker payudara 1 (BRCA1) atau gen kanker payudara 2 (BRCA2). Gen-gen ini bertanggung jawab atas sekitar 10–15 persen dari semua kanker ovarium.
Karena gen ini terkait dengan kanker payudara dan ovarium, wanita yang mengalami kanker payudara juga memiliki risiko kanker ovarium.
-
Peningkatan Usia
Semua wanita berisiko terkena kanker ovarium tanpa memandang usia. Namun, tingkat kanker ovarium paling tinggi pada wanita berusia 55–64 tahun. Usia rata-rata wanita didiagnosis penyakit ini adalah 63 tahun.
-
Menggunakan Terapi Pergantian Hormon
Biasanya dokter memberikan terapi penggantian hormon untuk meringankan gejala yang berhubungan dengan menopause (hot flashes, keringat malam, sulit tidur, kekeringan Miss V) yang terjadi ketika tubuh menyesuaikan diri dengan penurunan kadar estrogen. Terapi penggantian hormon biasanya melibatkan pengobatan dengan estrogen saja (untuk wanita yang telah menjalani histerektomi; pengangkatan rahim) atau kombinasi estrogen dengan progesterone.
Wanita yang menggunakan terapi hormon menopause berisiko lebih tinggi terkena kanker ovarium. Ada kemungkinan menggunakan kombinasi estrogen dan progesterone selama lima tahun atau lebih secara signifikan meningkatkan risiko kanker ovarium pada wanita yang belum menjalani histerektomi.
Baca juga: Kenali Lebih Dalam Kanker Ovarium
-
Kegemukan
Ternyata terdapat hubungan antara obesitas dan kanker ovarium. Obesitas dikaitkan dengan risiko kanker ovarium yang hampir 80 persen lebih tinggi pada wanita berusia 50–71 tahun.
-
Tidak Pernah Hamil
Tidak pernah hamil atau hamil di atas usia 35 tahun cukup memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker ovarium.
-
Menggunakan Perawatan Kesuburan
Pengobatan kesuburan dengan fertilisasi in vitro (IVF) tampaknya meningkatkan risiko jenis tumor ovarium yang dikenal sebagai "garis batas" atau "potensi ganas yang rendah". Namun, penelitian ini perlu digali lebih dalam lagi. Ada baiknya sebelum menggunakan obat kesuburan, pasangan mendiskusikan potensi risikonya dengan dokter.
Baca juga: 3 Penyebab Kanker Ovarium yang Perlu Diwaspadai
-
Pola Makan
Terdapat penurunan tingkat kanker ovarium pada wanita yang mengonsumsi makanan tinggi sayuran atau makanan rendah lemak. The American Cancer Society merekomendasikan makan berbagai makanan sehat, dengan penekanan pada sumber nabati. Batasi jumlah daging merah dan daging olahan. Meskipun efek dari rekomendasi diet ini pada risiko kanker ovarium tidak 100 persen pasti, menjalankannya dapat membantu mencegah beberapa penyakit ataupun jenis kanker lainnya.