Insecure pada Remaja karena Medsos, Ini Tandanya
“Penggunaan medsos yang berlebihan bisa membuat remaja menjadi insecure. Insecure pada remaja ditandai dengan mudah marah ketika keinginannya tidak terwujud, tidak mau ketinggalan tren, hingga terlalu sering membuat posting-an.”
Halodoc, Jakarta – Medsos akhir-akhir ini tidak hanya sebagai sarana interaksi, informasi, dan hiburan, tetapi apa yang berseliweran di medsos bisa membuat orang menjadi insecure, terutama buat anak remaja.
Di usia remaja, psikologis anak sedang mengalami perkembangan, dan berada pada tahap membangun citra diri. Apa yang ditampilkan di media sosial, dengan segala hingar-bingar dan janji manisnya, membuat anak remaja menganggapnya sebagai sebuah kebenaran.
Ketika remaja mulai membandingkan apa yang ditampilkan di media sosial dengan kehidupan pribadinya, dan ternyata tidak sesuai dengan ekspektasi di medsos, ini bisa membuat remaja menjadi insecure.
Tanda Insecure pada Remaja
Sebuah survei yang pernah dilakukan oleh Royal Society of Public Health di Inggris, menemukan fakta kalau media sosial membuat pengguna dari rentang usia 14 – 24 tahun mengalami insecure. Ini terutama pada media sosial seperti Snapchat, Facebook, Twitter, dan Instagram, di mana penggunaannya menyebabkan peningkatan perasaan depresi, kecemasan, citra tubuh yang buruk, dan kesepian.
Ada kecenderungan, tampilan di media sosial membuat remaja berasumsi bahwa kehidupan orang lain lebih dari dirinya. Inilah salah satunya yang membuat rasa insecure tersebut muncul. Lantas, seperti apa tanda insecure pada remaja akibat dari penggunaan media sosial?
1. Memiliki citra diri yang buruk
Salah satunya bisa dilihat dari membandingkan penampilan diri dengan apa yang ditampilkan di media sosial. Kemudian menganggap kalau diri sendiri tidak cukup baik, sehingga merasa tidak percaya diri.
2. Meniru apa yang lagi tren di media sosial
Insecure pada remaja akibat dari penggunaan media sosial juga bisa ditandai dengan meniru segala sesuatu yang menjadi tren di media sosial. Misalnya dari segi fashion, makanan yang lagi digandrungi public figure/selebgram, dan lain sebagainya.
3. Marah-marah ketika apa yang diinginkan tidak terwujud
Semua orang–tidak hanya anak remaja, memiliki ekspektasi terhadap suatu hal yang menurut kita baik. Namun, ketika apa yang diharapkan tidak menjadi kenyataan, dibutuhkan penerimaan dan sikap lapang dada.
Nah, rasa insecure biasanya membuat orang–dalam hal ini anak remaja, sulit menerima kalau tidak semua sesuai dengan harapannya. Bila itu terjadi pada anak remaja, biasanya karena dia ingin menjadi sama dengan role model-nya. Kalau hal tersebut tidak terwujud, dia bisa merasa kehilangan arah dan jati diri. Akibatnya, jadi marah-marah, dan lepas kontrol.
4. Menyembunyikan kehidupan yang sebenarnya
Tanda lain yang menunjukkan insecure pada anak remaja adalah, ketika dia tidak menampilkan kehidupan nyatanya di media sosial. Ini bisa terlihat dari menggunakan filter terlalu sering, foto-foto yang diedit, caption yang tidak sesuai dengan kenyataan, dan hal-hal lain yang kesannya gimmick.
5. Menganggap serius setiap komentar yang masuk ke media sosialnya
Apa yang ditampilkan di media sosial tidak sepenuhnya benar dan merupakan kondisi nyata. Begitu juga komentar-komentar yang bertebaran di setiap posting-an. Kadang netizen di media sosial suka memberikan komentar nyeleneh, nyeletuk tak tentu arah, asbun alias asal bunyi tanpa memikirkan perasaan orang lain.
Bila remaja menganggap serius setiap komentar-komentar tersebut dan menjadikannya sebagai kebenaran, ini bisa membangun rasa insecure di dalam dirinya.
Supaya Remaja Tidak Insecure
Tidak ada cara lain untuk menghindari insecure pada remaja terkait penggunaan media sosial dengan membatasi ketergantungan gadget. Anak remaja perlu memperbanyak diri aktif dengan pertemanan nyata, jadi tidak hanya berteman melalui media sosial saja.
Di samping itu, sudah sepatutnya juga orang tua memberikan contoh yang baik kepada remaja, melalui pembatasan diri akan gadget. Bangunlah interaksi langsung yang baik di rumah dengan anak. Seperti mengobrol mengenai aktivitas harian, kemudian juga terlibat dengan kegiatan nyata, sesederhana memasak bersama, membersihkan mobil, atau berkegiatan di luar rumah seperti olahraga atau trekking.
Ketika anak dilibatkan dengan aktivitas di luar dunia online, anak akan mendapatkan pengalaman nyata yang membuatnya bisa berpikir ulang, dan mempertimbangkan lebih bijak situasi yang terjadi di media sosial.
Dengan begitu, anak punya perbandingan yang lebih sehat atau solusi terhadap isu yang beredar di dunia maya. Sebab, di kehidupan nyata dia sudah terbiasa berhadapan langsung dengan hal-hal yang lebih real dan jauh lebih masuk akal, ketimbang sekadar posting-an yang viral di media sosial.
Itulah informasi mengenai tanda insecure pada anak karena penggunaan media sosial. Bila anak terus menggunakan gadget sampai mengganggu aktivitas sehari-harinya, orang tua bisa bertanya langsung dengan psikolog lewat aplikasi Halodoc ya! Yuk, download langsung Halodoc sekarang juga!
Referensi:
Royal Society of Public Health. Diakses pada 2023. Status of Mind.
Child Mind Institute. Diakses pada 2023. How Using Social Media Affects Teenagers.
Mayo Clinic. Diakses pada 2023. Tween and Teen Health.
MedVisit. Diakses pada 2023. This is how Social Media affects your mental health.
ReachOut Australia. Diakses pada 2023. Self-esteem and teenagers.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan