Inilah Tahapan Pemeriksaan untuk Mendiagnosis Hidrosefalus

Ditinjau oleh  dr. Fadhli Rizal Makarim   25 Februari 2021
Inilah Tahapan Pemeriksaan untuk Mendiagnosis HidrosefalusInilah Tahapan Pemeriksaan untuk Mendiagnosis Hidrosefalus

Halodoc, Jakarta - Hidrosefalus adalah penumpukan cairan di dalam rongga (ventrikel) jauh di dalam otak. Cairan berlebih ini meningkatkan ukuran ventrikel dan memberi tekanan pada otak. Cairan serebrospinal biasanya mengalir melalui ventrikel dan melalui ventrikel dan membasahi otak dan tulang belakang. 

Tekanan akibat terlalu banyak cairan serebrospinal yang terkait dengan hidrosefalus bisa merusak jaringan otak dan menyebabkan berbagai gangguan pada fungsi otak. Hidrosefalus bisa terjadi pada semua orang dari segala usia, tapi lebih sering terjadi pada bayi dan orang dewasa berusia 60 tahun ke atas. Perlu dilakukan pemeriksaan untuk mendiagnosis penyakit ini. Bagaimana tahapannya?

Baca juga: Anak Alami Hidrosefalus, Apakah Berbahaya?

Tahapan Pemeriksaan untuk Mendiagnosis Hidrosefalus

Diagnosis hidrosefalus dimulai dengan tinjauan cermat terhadap gejala dan riwayat medis. Pemeriksaan ini dimulai dengan wawancara medis dan pemeriksaan fisik. Kemudian, pemeriksaan yang perlu dijalani di antaranya:

  • CT Scan atau MRI. Tes pencitraan kepala dilakukan untuk mencari keberadaan pembesaran ventrikel di otak. 
  • Tes cairan serebrospinal. Pemeriksaan ini termasuk tulang belakang dan drainase lumbal eksternal. Selama spinal tap, sedikit sampel cairan serebrospinal dikeluarkan dan pengidap hidrosefalus dinilai untuk melihat apakah gejala membaik. Selama drainase lumbal eksternal, cairan serebrospinal dikeluarkan melalui kateter (tabung) khusus selama 36 jam untuk melihat lebih lanjut apakah gejala membaik secara dramatis dan untuk menguji manfaat potensial dari penanaman shunt atau tabung tipis.
  • Gait analysis (walking). Ini adalah pemeriksaan jalan berjangka waktu. Pengidap diawasi saat dia berjalan 10 meter.
  • Uji Neuropsikologis. Pemeriksaan ini melibatkan serangkaian penilaian untuk menentukan apakah terjadi kehilangan fungsi otak (termasuk memori, konsentrasi, dan pemecahan masalah). 

Tanda dan gejala hidrosefalus berbeda-beda pada setiap usia. Berikut ini beberapa gejala yang harus diwaspadai:

Bayi

Tanda dan gejala umum hidrosefalus pada bayi, yaitu:

  • Perubahan ukuran kepala yang membesar.
  • Peningkatan ukuran kepala yang cepat.
  • Ubun-ubun kepala yang menonjol.
  • Muntah.
  • Sering mengantuk.
  • Lebih rewel.
  • Kejang.
  • Mata terbenam.
  • Kekurangan otot dan kekuatan.
  • Responsivitas yang buruk saat disentuh.
  • Pertumbuhan fisik yang buruk. 

Baca juga: Perlu Tahu, Jenis-Jenis Operasi untuk Menangani Hidrosefalus

Balita dan Anak yang Lebih Tua

Di antara balita dan anak yang lebih tua, gejala yang terjadi di antaranya:

  • Sakit kepala.
  • Penglihatan kabur atau ganda.
  • Mata tertuju ke bawah (mata terbenam).
  • Pembesaran kepala yang tidak normal.
  • Kantuk dan lesu.
  • Mual atau muntah.
  • Keseimbangan tubuh tidak stabil.
  • Koordinasi tubuh yang buruk.
  • Kejang.
  • Nafsu makan buruk.
  • Inkontinensia urine.

Meskipun belum ada obat untuk mengatasi hidrosefalus, gejala bisa ditangani melalui pembedahan atau operasi. Jika terjadi gejala hidrosefalus pada anak, segera hubungi dokter melalui aplikasi Halodoc untuk mendapatkan saran penanganan.

Dokter mungkin akan menyarankan tindakan operasi. Tindakan operasi dilakukan dengan memasukkan sistem drainase yang disebut shunt. Salah satu ujung shunt (yang menjadi tabung plastik fleksibel) ditempatkan di salah satu ventrikel otak. Sementara itu, ujung lainnya masuk di bawah kulit ke area tubuh lainnya, biasanya bagian bawah perut. 

Baca juga: Kurang Gizi Bisa Sebabkan Hidrosefalus pada Janin?

Shunt memungkinkan kelebihan cairan serebrospinal mengalir dari otak dan diserap kembali ke dalam tubuh. Katup di shunt menjaga fluida mengalir ke arah yang benar dan pada kecepatan yang tepat. Shunt tetap berada di tubuh penderita selama sisa hidup. 

Sementara itu, pengobatan hidrosefalus yang berhubungan dengan pembedahan memungkinkan terjadinya komplikasi. Hal ini termasuk perdarahan, infeksi, dan reaksi terhadap anestesi yang digunakan selama operasi. Pengidap bisa saja mengalami sakit perut ringan, bahkan tidak jarang terjadi kejang akibat pembedahan pada otak. Hal ini diakibatkan operasi mempengaruhi area otak yang sangat sensitif. 

Referensi:
Mayo Clinic. Diakses pada 2021. Hydrocephalus
NHS. Diakses pada 2021. Hydrocephalus