Inilah Keluhan yang Biasanya Dialami Pengidap Sleep Apnea
Halodoc, Jakarta - Sleep apnea adalah gangguan tidur yang ditandai dengan masalah pernapasan saat tidur. Seseorang dengan sleep apnea mengalami beberapa kali jeda napas panjang saat tidur. Gangguan pernapasan ini menyebabkan kualitas tidur yang lebih rendah dan memengaruhi suplai oksigen tubuh, yang berpotensi pada gangguan kesehatan yang lebih serius.
Karena prevalensi sleep apnea dan potensi dampak kesehatannya, penting bagi kamu untuk mengetahui apa itu sleep apnea dan mengetahui gejala, jenis, penyebab dan pengobatannya. Sleep apnea dibedakan menjadi obstructive sleep apnea, central sleep apnea, dan complex sleep apnea.
Baca juga: Jangan Sepelekan Dengkuran Saat Tidur, Bisa Jadi Kesehatan Terganggu
Keluhan yang Dirasakan saat Alami Sleep Apnea
Tanda dan gejala semua jenis sleep apnea terkadang mirip dan tumpang tindih, sehingga sulit untuk menentukan jenis sleep manea apa yang dialami. Namun, ketiga jenis sleep apnea memiliki gejala umum tertentu, yaitu:
- Pernapasan yang terganggu di mana pernapasan seseorang bisa menjadi sulit atau bahkan berhenti hingga satu menit pada suatu waktu.
- Mengantuk secara berlebihan di siang hari.
- Sakit kepala di pagi hari.
- Memiliki sifat lekas marah.
- Gangguan fokus atau kesulitan berpikir jernih.
Secara umum, pengidap sleep apnea tidak menyadari adanya gangguan pernapasan di malam hari. Oleh sebab itu, pengidap sering kali hanya mengetahui masalah tersebut dari pasangan, anggota keluarga, atau teman sekamar. Rasa kantuk yang berlebihan di siang hari adalah gejala yang mungkin diperhatikan oleh pengidap sleep apnea yang hidup seorang diri.
Baca juga: Mitos atau Fakta, Sleep Apnea Picu Kematian
Faktor Risiko Sleep Apnea
Obstructive sleep apnea terjadi saat saluran napas seseorang tersumbat selama tidur. Berbagai faktor dapat meningkatkan risiko penyumbatan, di antaranya:
- Karakteristik anatomi. Ukuran dan posisi leher, rahang, lidah, amandel, dan jaringan lain di dekat bagian belakang tenggorokan memengaruhi aliran udara secara langsung.
- Obesitas. Kelebihan berat badan adalah penyebab utama OSA dan mungkin menjadi faktor risiko yang mendasari hingga 60 persen kasus. Obesitas juga berkontribusi pada penyempitan anatomis jalan napas. Peningkatan berat badan sebesar 10 persen dapat menyebabkan peningkatan enam kali lipat pada risiko obstructive sleep apnea.
- Penggunaan obat penenang, termasuk alkohol. Obat penenang dan obat-obatan menyebabkan jaringan di tenggorokan menjadi rileks, sehingga saluran napas menjadi lebih mudah tersumbat.
- Riwayat keluarga. Orang yang memiliki satu atau lebih kerabat dengan obstructive sleep apnea lebih cenderung mengembangan gangguan tidur ini.
- Merokok. Orang yang merokok, kebanyakan memiliki tingkat gangguan tidur yang lebih tinggi dibanding yang tidak merokok.
- Tidur telentang. Posisi tidur ini memudahkan jaringan di sekitar jalan napas dan menyebabkan penyumbatan.
- Hidung tersumbat. Orang yang kemampuan bernapas melalui hidung berkurang karena hidung tersumbang lebih mungkin mengalami obstructive sleep apnea.
Biasanya obstructive sleep apnea juga disebabkan karena adanya gangguan medis, seperti stroke, infeksi otak. Gagal jantung juga dianggap sebagai faktor risiko gangguan tidur yang dapat muncul ketika kadar oksigen seseorang menurun karena berada di ketinggian.
Baca juga: 4 Jenis Gangguan Tidur yang Rentan Dialami Lansia
Jika kamu didiagnosis mengalami sleep apnea, maka segera bicarakan pada dokter melalui aplikasi Halodoc. Pengobatan yang efektif akan meningkatkan kualitas tidur dan mengurangi risiko komplikasi kesehatan jangka panjang.
Perubahan gaya hidup, seperti menurunkan berat badan, mengurangi penggunaan obat penenang, dan tidur miring, dapat mengatasi beberapa kasus sleep apnea. Meskipun bukan pilihan utama pengobatan, pembedahan untuk mengangkat jaringan dan memperluas jalan napas juga bisa dilakukan untuk mengobati sleep apnea. Pengobatan ini diresepkan untuk membantu mengatasi kantung di siang hari pada orang dengan gejala tertentu.
Referensi: