Inilah Jenis Infeksi yang Berisiko Sebabkan Bell's Palsy
Halodoc, Jakarta – Tahukah kamu kalau ada jenis infeksi yang berisiko menyebabkan Bell’s Palsy? Infeksi-infeksi tersebut adalah infeksi dari herpes zoster, mononukleosis menular (Epstein-Barr), infeksi sitomegalovirus, penyakit pernapasan (adenovirus), campak jerman (rubella), mumps (virus gondong), flu (influenza B), serta penyakit tangan-kaki-dan-mulut (coxsackievirus).
Perlu diketahui kalau Bell’s Palsy lebih sering terjadi pada bumil terutama di trimester ketiga, mereka yang mengalami infeksi saluran pernapasan atas, seperti flu atau pilek dan pengidap diabetes. Informasi selengkapnya mengenai Bell’s Palsy bisa dibaca di bawah ini!
Kenal Lebih Jauh Penyebab Bell’s Palsy
Bell's palsy adalah suatu bentuk kelumpuhan wajah sementara atau kelemahan pada satu sisi wajah. Ini hasil dari disfungsi saraf kranial VII (saraf wajah) yang mengarahkan otot-otot hanya di satu sisi wajah. Termasuk juga yang mengontrol mata yang berkedip dan menutup serta ekspresi wajah seperti tersenyum.
Bell's palsy adalah penyebab paling umum kelumpuhan wajah, meskipun penyebab pastinya tidak diketahui. Secara umum, Bell's palsy hanya memengaruhi satu sisi wajah, tetapi dalam kasus yang jarang terjadi, ini dapat memengaruhi kedua sisi.
Gejala dapat muncul tiba-tiba selama 48–72 jam dan umumnya mulai membaik dengan atau tanpa pengobatan setelah beberapa minggu. Pemulihan sebagian atau seluruh fungsi wajah dapat terjadi dalam kurun waktu enam bulan. Dalam beberapa kasus, sisa kelemahan otot bisa bertahan lebih lama atau mungkin permanen.
Menurut data kesehatan yang dipublikasikan oleh National Institute of Neurological Disorders and Stroke, disebutkan kalau penyebab Bell's palsy tidak diketahui secara pasti. Sampai saat ini pembengkakan dan peradangan pada saraf kranial VII adalah penyebab utamanya.
Terkait infeksi sebagai pemicunya disebutkan kalau reaksi infeksi virus yang ada, tetapi tidak aktif dapat menyebabkan gangguan ini. Ketika saraf wajah membengkak dan menjadi meradang sebagai reaksi terhadap infeksi yang dapat menyebabkan tekanan di dalam saluran Fallopian (sebuah kanal tulang di mana saraf berjalan ke sisi wajah), yang mengarah ke pembatasan asupan darah dan oksigen ke sel-sel saraf.
Gangguan kekebalan dari stres, kurang tidur, trauma fisik, penyakit ringan atau sindrom autoimun sejauh ini juga menjadi pemicu kondisi Bell’s Palsy. Beberapa kondisi lain juga dapat menyebabkan kelumpuhan wajah, misalnya tumor otak, stroke, miastenia gravis, dan penyakit Lyme. Informasi selengkapnya mengenai Bell’s Palsy bisa ditanyakan ke aplikasi Halodoc. Dokter yang ahli di bidangnya akan berusaha memberikan solusi terbaik. Caranya, cukup download Halodoc lewat Google Play atau App Store. Melalui fitur Contact Doctor kamu bisa memilih mengobrol lewat Video/Voice Call atau Chat, kapan dan di mana saja tanpa perlu ke luar rumah.
Penanganan Bell’s Palsy
Dalam kebanyakan kasus, gejala-gejala Bell’s Palsy membaik tanpa perawatan. Namun, mungkin perlu beberapa minggu atau bulan bagi otot-otot di wajah untuk mendapatkan kembali kekuatan normalnya. Jenis-jenis perawatan yang dilakukan untuk membantu pemulihan adalah:
1. Obat kortikosteroid, yang mengurangi peradangan
2. Obat antivirus atau antibakteri, yang mungkin diresepkan jika virus atau bakteri menyebabkan kondisi Bell's Palsy
3. Obat pereda nyeri yang dijual bebas, seperti ibuprofen atau acetaminophen, yang dapat membantu meredakan nyeri ringan.
4. Obat tetes mata.
5. Perawatan di rumah.
6. Penutup mata (untuk kondisi mata kering).
7. Handuk hangat dan lembap menutupi wajah guna menghilangkan rasa sakit.
8. Pijat wajah.
9. latihan terapi fisik untuk merangsang otot wajah.
Referensi:
National Institute of Neurological Disorders and Stroke. Diakses pada 2020. Bell’s Palsy Fact Sheet.
Mayo Clinic. Diakses pada 2020. Bell’s Palsy.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan