Inilah Dampak Menopause Bagi Relasi Ibu dan Anak

Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   17 September 2021
Inilah Dampak Menopause Bagi Relasi Ibu dan AnakInilah Dampak Menopause Bagi Relasi Ibu dan Anak

“Menopause akan mulai terjadi pada wanita usia 45 hingga 55 tahun dan ini akan membuat hormon jadi tidak stabil. Menariknya, wanita dengan usia ini umumnya memiliki anak remaja yang sedang dalam masa pubertas. Jadi, bisa dikatakan ada dua atau lebih orang yang sedang dalam gejolak hormon dalam satu rumah, sehingga pertengkaran jadi cukup umum terjadi.”

Halodoc, Jakarta – Menopause adalah kondisi saat berakhirnya siklus menstruasi secara alami, yang biasanya terjadi saat wanita telah memasuki usia 45 hingga 55 tahun. Seorang wanita bisa dikatakan sudah menopause jika ia sudah tidak mengalami menstruasi lagi, minimal satu tahun. 

Namun, menginjak usia 30an, wanita biasanya juga telah mengalami apa yang dinamakan perimenopause sehingga ada beberapa gejala yang mungkin mulai ibu alami. Menariknya, di masa ibu mengalami perimenopause atau menopause, umumnya mereka telah memiliki seorang putri yang sedang menginjak usia remaja yang berarti tengah mengalami pubertas. Jadi, bisa dikatakan ada dua wanita atau mungkin lebih di dalam satu rumah yang tengah mengalami perubahan hormonal.

Sayangnya, kondisi ini juga kerap membuat wanita, baik itu ibu dan anak perempuan menjadi sangat sensitif, mudah marah, dan mengalami ledakan emosional lainnya. Jika gejala akibat perubahan hormonal ini tidak dikontrol, bukan tidak mungkin hubungan ibu dan anak perempuan bisa merenggang akibat pertengkaran. 

Baca juga: 5 Hal yang Perlu Diperhatikan Wanita tentang Menopause

Perubahan Suasana Hati Akibat Gejolak Hormon

Secara umum, ibu yang sudah menopause atau dalam tahapan perimenopause akan mengalami beberapa perubahan psikologis akibat perubahan hormon. Beberapanya antara lain suasana hati yang berubah-ubah atau moody, hingga depresi. Gejala fisik seperti hot flashes atau kondisi yang membuat ibu merasa panas atau gerah sehingga mudah berkeringat juga bisa membuat ibu sulit tidur sehingga secara keseluruhan, kesejahteraan akan sangat terganggu dan ibu bisa dengan mudah marah. 

Sementara pada anak perempuan, pubertas dapat menjadi masa yang sulit bagi mereka. Mereka sangat mungkin mulai merasa minder dengan perubahan fisik yang dialaminya. Namun, pubertas juga bisa dapat menjadi saat yang menyenangkan karena anak mengembangkan emosi dan perasaan baru. Masa pubertas juga kerap disebut sebagai tahapan “rollercoaster” karena perubahan emosional mereka bisa berubah dengan cepat dan tidak dapat dijelaskan.

Jadi, jika ada pertengkaran, tangisan, atau aksi membanting pintu antara anak perempuan dan ibunya di rumah, maka ini semua sebenarnya bisa saja terjadi akibat perubahan hormonal. Sebagai anggota keluarga yang sedang dalam kondisi baik, maka ada baiknya untuk menenangkan keduanya dan memerhatikan kondisi kesehatan keduanya dengan baik.

Jika kamu tidak tahu caranya, kamu bisa coba tanyakan dokter atau psikolog di Halodoc mengenai tips meredakan gejala menopause atau tips menghadapi perubahan hormon yang terjadi pada anak remaja dan ibu yang tengah menopause. Dokter atau psikolog di Halodoc akan dengan senang hati membagikan beberapa tips yang mungkin berguna.

Baca juga: Bagaimana Mengatasi Sedih saat Menstruasi?

Mengatasi Perubahan Suasana Hati Akibat Gejolak Hormon  

Berikut ini beberapa cara yang dapat dilakukan oleh ibu dan anak dalam mengatasi perubahan suasana hati akibat gejolak hormon: 

  1. Makan Bergizi

Mengonsumsi makanan bergizi, terutama yang mengandung karbohidrat kompleks, diduga membantu mengatasi mood swing akibat gejolak perubahan hormon. Sebab zat ini mampu meningkatkan produksi hormon serotonin yang bisa memperbaiki mood. Kamu bisa coba konsumsi biji-bijian, kacang-kacangan, brokoli, wortel, bayam, labu, kubis, tomat, dan ubi jalar.

  1. Rutin Olahraga

Pastikan juga untuk meningkatkan kesehatan fisik dengan olahraga secara teratur. Olahraga fisik bisa menghasilkan hormon endorfin yang baik untuk mengurangi stres dan menangani mood swing, bahkan ia bisa meningkatkan kualitas tidur. 

Baca juga: Emosi Meledak-Ledak, Tanda Mental yang Tidak Stabil?

  1. Batasi Alkohol, Kafein, dan Minuman Manis

Ketika sedang merasakan perubahan suasana hati, sebaiknya hindari konsumsi minuman beralkohol dan berkafein. Selain bisa membuat merasa letih, minuman tersebut juga dapat menimbulkan atau memperburuk rasa cemas. Hindari juga makanan atau minuman yang manis, karena gula yang terkandung di dalamnya bisa menyebabkan fluktuasi kadar glukosa dalam darah yang bisa memperburuk mood swing.

  1. Atasi Stres

Perubahan suasana hati dapat menimbulkan beragam keluhan seperti stres. Oleh karena itu, kendalikan stres dengan melakukan meditasi, yoga, terapi pijat, atau hal-hal lain yang menyenangkan. 

This image has an empty alt attribute; its file name is HD-RANS-Banner-Web-Artikel_Spouse.jpg
Referensi:
Everyday Health. Diakses pada 2021. How to Manage Mood Swings Naturally.
The Sydney Morning Herald. Diakses pada 2021. The ‘Hormonal Hell’ of Being a Menopausal Mother with Teenage Kids.
WebMD. Diakses pada 2021. Estrogen and Women’s Emotions.