Inilah 5 Dampak Olahraga Terlalu Berat

Ditinjau oleh  dr. Verury Verona Handayani   15 Januari 2020
Inilah 5 Dampak Olahraga Terlalu BeratInilah 5 Dampak Olahraga Terlalu Berat

Halodoc, Jakarta - Semua pakar kesehatan sepakat bahwa olahraga baik untuk kesehatan tubuh. Karenanya, setiap orang disarankan untuk berolahraga secara teratur. Namun, segala sesuatu yang berlebihan tidak baik, begitu pun dengan olahraga.

Olahraga yang dilakukan terlalu berat atau melebihi kapasitas toleransi tubuh justru dapat menimbulkan masalah baru. Seperti yang pernah dialami oleh magician Deddy Corbuzier yang pernah mengalami saraf kejepit. Kondisi tersebut merupakan salah satu dampak dari olahraga yang berlebihan, dan masih ada beberapa dampak lainnya. Berikut ulasan lengkapnya!

1. Saraf Terjepit

Gangguan saraf terjepit terjadi ketika terlalu banyak tekanan yang diberikan pada saraf oleh jaringan di sekitarnya, seperti tulang, tulang rawan, otot, atau tendon. Tekanan ini mengganggu fungsi saraf, menyebabkan rasa sakit, kesemutan, bahkan mati rasa. 

Baca juga: 5 Alasan Olahraga Bisa Meningkatkan Kecantikan

Saraf terjepit dapat terjadi di sejumlah tempat di tubuh. Disk herniasi di tulang belakang bagian bawah, misalnya, dapat memberi tekanan pada akar saraf, sehingga menyebabkan rasa sakit yang menjalar ke bagian belakang kaki. Begitu pun saraf terjepit di pergelangan tangan, dapat menyebabkan rasa sakit dan mati rasa di tangan dan jari. 

2. Kerusakan Ginjal

Berolahraga terlalu banyak tidak hanya memengaruhi otot, tapi juga dapat mempengaruhi ginjal. Rhabdomyolysis merupakan kondisi yang sedikit diketahui dan jarang dibahas. Kondisi tersebut terjadi ketika pasokan energi dalam tubuh habis melalui serangkaian proses seluler. Kerusakan otot terjadi dan mengarah pada potensi kerusakan ginjal. 

3. Ketegangan Jantung

Salah satu cara terbaik untuk memiliki jantung yang sehat adalah dengan berolahraga secara teratur. Sedangkan dengan berolahraga terlalu banyak atau terlalu berat justru membuat tubuh bekerja secara terbalik. Jantung justru bisa tegang. Ketika jantung tegang, ia justru akan melemah, sehingga dapat menyebabkan gagal jantung. 

Latihan yang terlalu intens dapat menyebabkan perubahan struktural dan jaringan parut jantung. Tidak ada yang meragukan bahwa olahraga sangat baik untuk jantung, hanya saja jangan dilakukan terlalu ekstrem. 

Baca juga: Olahraga Juga Menyehatkan Otak, Kok Bisa?

5. Kehilangan Menstruasi

Olahraga yang dilakukan secara berlebihan oleh wanita dapat menyebabkan amenore. Berhentinya menstruasi biasanya terjadi karena kombinasi latihan yang intens dan lemak tubuh yang rendah menyebabkan tubuh memasuki “mode kelaparan”. Akibatnya, semua fungsi yang tidak diperlukan untuk bertahan hidup akan dimatikan, termasuk sistem reproduksi. Ini juga terjadi karena hormon yang dilepaskan saat berolahraga mengganggu hormon reproduksi yang pada dasarnya membuat sistem tubuh rusak. 

Berhentinya menstruasi pada wanita dapat menyebabkan dampak buruk dalam jangka panjang. Pasalnya, tanpa adanya estrogen saat sistem reproduksi sedang vakum, dapat membuat tubuh mengalami masalah-masalah kesehatan. Di antaranya adalah osteoporosis, infertilitas, serta atrofi payudara dan vagina. 

6. Sistem Kekebalan Tubuh Melemah

Kamu mungkin berolahraga untuk alasan kesehatan, tetapi terlalu banyak dan berat justru membuat tubuh menjadi payah dan lemah. Sistem kekebalan tubuh melemah membuat kamu lebih rentan terhadap infeksi dan penyakit. Olahraga ringan dapat membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh, tetapi jika terlalu berat justru yang akan terjadi malah sebaliknya. 

Baca juga: Olahraga Pagi atau Malam, Mana yang Lebih Baik?

Dampak-dampak yang dapat terjadi di atas tetap bukan alasan kamu jadi berhenti berolahraga. Kegiatan ini tetap perlu berjalan, tetapi ada baiknya bicarakan dengan dokter melalui aplikasi Halodoc tentang batasan apa yang harus kamu tetapkan. Kamu juga bisa mencari tahu tanda-tanda jika kamu mungkin berlebihan dalam berolahraga. 

Referensi:
WebMD. Diakses pada 2020. Can Too Much Exercise Be Harmful?
Mayo Clinic. Diakses pada 2020. Pinched nerve