Inilah 4 Komplikasi yang Disebabkan Polihidramnion Bagi Ibu Hamil
Halodoc, Jakarta – Polihidramnion ditandai adanya penumpukan air ketuban selama kehamilan. Dalam kadar yang pas, air ketuban berperan dalam menjaga dan membantu perkembangan janin. Yakni melindungi janin dari serangan infeksi, menjaga suhu dalam kandungan tetap stabil, menjaga janin agar tetap bergerak bebas selama dalam kandungan dan meredam getaran yang berasal dari luar kandungan. Namun dalam kadar yang berlebihan, air ketuban membahayakan janin dalam kandungan. Kondisi ini umumnya terjadi di trimester ketiga, tapi bisa terjadi di trimester awal dan kedua kehamilan.
Ketahui Penyebab Polihidramnion pada Ibu Hamil
Air ketuban normalnya mencapai volume maksimal sekitar 1 liter di minggu ke-34 hingga ke-36 kehamilan, kemudian perlahan berkurang sekitar 1,5 liter hingga mendekati waktu persalinan. Pada pengidap polihidramnion, volume air ketuban bisa meningkat dengan cepat hingga mencapai 2 - 3 liter. Kondisi ini berbahaya jika janin dalam kandungan tidak mampu menelan dan mengeluarkan air ketuban berlebih ini sebagai urine.
Berikut faktor risiko polihidramnion yang perlu diwaspadai.
-
Ibu hamil mengidap diabetes.
-
Infeksi kehamilan, seperti toksoplasma dan rubella.
-
Penumpukan cairan pada salah satu tubuh janin (hydrops fetalis).
-
Kondisi kromosom abnormal, seperti sindrom Down atau sindrom Edward.
-
Sindrom transfusi pada janin kembar yang membuat salah satu janin menerima terlalu banyak darah dari plasenta, sehingga cairan yang dikeluarkan janin melalui urine bertambah banyak dan membuat volume air ketuban bertambah banyak.
-
Masalah pada plasenta dan ketidaksesuaian darah antara ibu dan janin yang membuat sel darah bayi diserang sel darah ibu.
-
Gangguan kesehatan pada janin. Misalnya, kelainan saluran cerna atau sistem saraf pusat pada janin, gangguan kendali otot janin, dan anemia pada janin. Kondisi ini menyebabkan janin kesulitan untuk menelan air ketuban guna menyeimbangkan volume air ketuban dalam kandungan.
Empat Komplikasi Polihidramnion pada Ibu Hamil
1. Kelahiran Prematur
Yakni kelahiran bayi yang terjadi pada tiga minggu atau lebih sebelum waktu persalinan normal. Kondisi ini perlu diwaspadai karena bayi lahir prematur lebih rentan mengalami gangguan medis sehingga harus dirawat di rumah sakit lebih lama dibanding bayi lahir normal (usia kandungan 40 minggu).
2. Ketuban Pecah Lebih Awal
Termasuk komplikasi kehamilan yang langka karena hanya terjadi pada 2 - 3 persen kehamilan. Kondisi ini sering berkaitan dengan kelahiran prematur, sehingga kombinasi keduanya bisa meningkatkan risiko kematian bayi.
3. Solusio Plasenta
Solusio plasenta adalah kondisi terlepasnya plasenta (sebagian atau menyeluruh) sebelum persalinan berlangsung. Kondisi ini rentan menyebabkan perdarahan yang bisa berdampak negatif pada kondisi ibu dan janin dalam kandungan. Polihidramnion rentan menyebabkan tali pusar keluar mendahului bayi saat persalinan.
4. Kematian Janin dalam Kandungan
Disebut juga stillbirth, yakni kondisi janin meninggal dalam kandungan setelah kehamilan berusia lebih dari 28 minggu. Meski penyebabnya belum diketahui secara pasti, kematian janin dalam kandungan diduga terjadi akibat masalah plasenta, penyakit yang diidap ibu hamil, tali pusar abnormal, cacat lahir, infeksi bakteri pada janin, serta polihidramnion.
Itulah komplikasi polihidramnion bagi ibu hamil yang perlu diwaspadai. Kalau kamu punya pertanyaan lain seputar polihidramnion, tanya dokter Halodoc untuk mendapat jawaban terpercaya. Kamu bisa menggunakan fitur Contact Doctor yang ada di aplikasi Halodoc untuk bicara pada dokter via Chat, dan Voice/Video Call kapan saja dan di mana saja. Yuk, download aplikasi Halodoc di App Store atau Google Play sekarang!
Baca Juga:
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan