Ini Sebabnya Perempuan Lebih Sering Depresi
Halodoc, Jakarta – Katanya, perempuan lebih mengandalkan perasaan dibandingkan logika. Mereka dianggap “baperan” dan emosional hanya karena mereka seringkali mengungkapkan perasaanya dengan tangisan. Tapi, apa iya? Lantas, apakah hal tersebut menyebabkan perempuan lebih rentan depresi dibandingkan pria? Simak penjelasannya di bawah ini, yuk!
Perasaan sedih itu wajar, apalagi saat kamu menghadapi masa-masa sulit. Tapi, kalau perasaan sedih yang muncul tidak kunjung selesai dan mengganggu aktivitas kamu, bisa jadi itu tanda depresi. Depresi adalah kondisi gangguan mental yang dapat memengaruhi semua aspek kehidupan, termasuk perasaan, cara berpikir, dan berperilaku. Gejala depresi ditandai dengan munculnya perasaan putus asa, rendah diri, sedih berkepanjangan, selalu cemas, ingin menangis, hingga keinginan untuk bunuh diri. Bahkan, depresi juga dapat memengaruhi kondisi fisik seperti perubahan nafsu makan, perubahan siklus menstruasi, mudah lelah, sembelit, dan kesulitan tidur.
Depresi pada Wanita
Sebuah studi menyebutkan bahwa perempuan dua kali lebih banyak mengalami depresi dibandingkan pria. Beberapa ahli menduga jika hal ini disebabkan karena adanya perubahan hormon saat fase menstruasi, kehamilan, dan menopause. Berikut adalah beberapa faktor penyebab perempuan depresi:
1. Faktor Genetik
Depresi dapat diwariskan melalui genetik. Hal ini disebutkan dalam studi yang dipublikasikan dalam jurnal Nature Genetics. Sehingga, seorang perempuan lebih berisiko mengalami depresi jika memiliki riwayat keluarga dengan depresi.
2. Premenstrual Dysphoric Disorder (PMDD)
Banyak yang bilang kalau perempuan lagi PMS jangan diganggu. Kalau enggak, mereka akan marah. Ternyata, hal ini dipengaruhi oleh perubahan hormon yang terjadi saat fase menstruasi. Tapi dibandingkan PMS, ternyata PMDD memiliki gejala yang lebih serius, lho. Selain menyebabkan perubahan suasana hati, PMDD dapat ditandai dengan gejala depresi, seperti perasaan sedih, tertekan, pikiran untuk bunuh diri, perubahan nafsu makan, dan gejala lain yang terjadi selama minggu terakhir sebelum menstruasi dan akan menghilang setelah menstruasi selesai.
3. Fase Setelah Melahirkan
Pernah dengar tentang baby blues? Umunya, baby blues dialami oleh perempuan setelah proses persalinan. Kondisi ini disebabkan oleh penurunan hormon estrogen dan progesteron setelah melahirkan. Akibatnya, mereka akan mengalami perubahan suasana hati, munculnya rasa khawatir, tidak bahagia, dan kelelahan. Bahkan, sebuah studi menyebutkan jika baby blues bisa menjadi tanda awal depresi setelah melahirkan (postpartum depression) yang dapat menyulitkan perempuan untuk menjalankan peran baru sebagai ibu, termasuk dalam merawat bayinya.
4. Fase Menopause
Sama halnya dengan fase menstruasi dan kehamilan, fase menopause juga bisa menyebabkan depresi pada perempuan. Hal ini disebabkan karena adanya perubahan hormon yang memicu perubahan suasana hati. Bahkan, beberapa perempuan juga akan mengalami perubahan makan yang ekstrem dan insomnia saat menopause.
Memiliki depresi tentu tidak mudah. Kamu perlu melakukan sesuatu untuk mengatasi depresi, salah satunya dengan bicara ke dokter. Kalau kamu ingin bicara dengan dokter, kamu bisa memanfaatkan fitur contact doctor di aplikasi Halodoc. Kamu bisa menghubungi dokter kapan saja dan dimana saja melalui Voice/Video Call dan Chat.
Melalui fitur di aplikasi Halodoc, kamu juga bisa membeli produk kesehatan dan vitamin yang dibutuhkan. Kamu hanya tinggal pesan lewat aplikasi Halodoc, dan pesanan kamu akan diantar dalam satu jam. Atau, jika kamu penasaran dengan kadar kolesterol, kadar gula dalam darah, dan lain-lain, kamu bisa cek melalui aplikasi Halodoc. Caranya mudah! Kamu tinggal pilih Lab Service yang terdapat pada aplikasi Halodoc, kemudian tentukan tanggal dan tempat pemeriksaan, lalu petugas lab akan datang menemui kamu pada waktu yang sudah ditentukan. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play.