Ini Perbedaan Vaksin Polio Tetes dan Vaksin Polio Suntik
Halodoc, Jakarta – Indonesia sempat mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) polio di tahun 2005. Namun sejak tahun 2014, Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah menyatakan Indonesia sebagai salah satu negara yang bebas polio berkat program vaksinasi. Polio adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dan bersifat menular. Virus tersebut menyerang sistem saraf sehingga menyebabkan kesulitan bernapas, kelumpuhan otot hingga kematian.
Sertifikat bebas polio yang diberikan WHO bukan berarti pemerintah Indonesia boleh berhenti waspada. Pasalnya, virus polio bisa terbawa dari negara lain yang belum dinyatakan bebas polio. Itu sebabnya pemerintah mencanangkan Pekan Imunisasi Nasional, yaitu balita diberi beberapa vaksin, termasuk untuk mencegah polio.
Terdapat Dua Jenis Vaksin Polio
Yaitu vaksin polio tetes (oral) dan suntik (injeksi). Semula vaksin yang diberikan berupa oral, kemudian secara perlahan beralih ke penggunaan vaksin polio suntik. Simak perbedaan kedua vaksin berikut ini.
1. Jadwal Pemberian Vaksin
Vaksin polio tetes diberikan sebanyak 4 kali sebelum bayi berusia 6 bulan, yakni saat lahir, serta bertahap pada usia 2 bulan, 4 bulan dan 6 bulan. Vaksin suntik diberikan sebanyak lima kali, yakni pada usia 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan, serta pada usia 3 – 4 tahun (booster vaksin pada masa prasekolah) dan usia 13 – 18 tahun (booster vaksin saat remaja).
2. Biaya Pemberian Vaksin
Vaksin polio tetes harganya lebih murah dibanding vaksin polio suntik, karena vaksin polio tetes sudah ada sejak lama dan diproduksi secara langsung di Indonesia. Sementara vaksin polio suntik hari diimpor sehingga harganya lebih mahal.
3. Rasa Vaksin
Vaksin polio tetes berasa manis sehingga lebih mudah diterima anak-anak. Hal ini jelas berbeda dengan vaksin polio suntik karena kebanyakan anak kecil takut disuntik, sehingga pemberiannya lebih sulit.
4. Kandungan Jenis Virus
Kedua vaksin polio mengandung jenis virus berbeda. Vaksin polio tetes mengandung virus hidup yang dilemahkan, sementara vaksin polio suntik mengandung virus yang sudah mati.
5. Respons Tubuh Terhadap Vaksin
Vaksin polio tetes langsung masuk ke saluran cerna untuk merangsang sistem kekebalan tubuh membentuk antibodi melawan penyakit. Virus polio yang masuk langsung diikat dan dimatikan oleh sistem imun anak yang terbentuk setelah vaksinasi, sehingga virus tidak bisa berkembang biak dan menimbulkan gejala. Sementara pada vaksin polio suntik, terbentuk kekebalan tubuh secara langsung dalam darah. Virus yang masuk masih bisa berkembang biak dalam usus, tapi tidak menimbulkan gejala karena terdapat imun polio dalam darah.
Yang Perlu Diperhatikan Adalah...
Sebagian orang yang mendapat vaksin polio mungkin mengalami reaksi alergi. Hal ini tergantung pada respons tubuh masing-masing, sehingga tidak perlu khawatir jika muncul reaksi alergi (seperti demam ringan, diare ringan dan munculnya bintik merah pada lokasi suntikan) beberapa menit hingga beberapa jam setelah vaksinasi.
Namun, kamu perlu segera bicara pada dokter jika reaksi alergi yang muncul berupa pusing, lemas, tenggorokan bengkak, sulit bernapas, pucat, serak, biduran, dan jantung berdetak kencang. Selain itu, tunda pemberian imunisasi jika mengalami demam hingga kondisi tubuh benar-benar pulih.
Itulah informasi tentang vaksin polio yang perlu diketahui. Kalau kamu punya pertanyaan tentang vaksin polio, tanya dokter Halodoc agar mendapat jawaban terpercaya. Kamu bisa menggunakan fitur Contact Doctor yang ada di aplikasi Halodoc untuk bertanya pada dokter via Chat, dan Voice/Video Call. Yuk, download aplikasi Halodoc di App Store atau Google Play sekarang juga!
Baca Juga:
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan