Ini Perbedaan Dasar antara Gula Rafinasi dan Gula Alami
“Jika gula alami berasal dari buah dan susu, maka gula rafinasi berasal dari tebu atau bit gula, yang diproses untuk mengekstrak gula. Gula alami dinilai lebih aman untuk tubuh dibandingkan gula rafinasi.”
DAFTAR ISI
- Beda Gula Rafinasi dan Gula Alami
- Risiko Mengonsumsi Gula Rafinasi Berlebihan
- Benarkah Gula Alami Lebih Aman?
Halodoc, Jakarta – Ada banyak jenis gula di pasaran, termasuk gula rafinasi. Gula merupakan jenis karbohidrat sederhana yang berfungsi sebagai sumber energi utama dan komoditas perdagangan yang penting.
Gula umumnya tersedia dalam bentuk kristal sukrosa yang padat. Fungsinya adalah untuk memberikan rasa manis pada makanan dan minuman.
Gula sederhana, seperti glukosa (dari sukrosa melalui enzim atau hidrolisis asam), menyimpan energi yang akan sel-sel tubuh gunakan. Nah, pertanyaannya apa bedanya gula alami dengan gula rafinasi? Yuk, simak penjelasannya!
Beda Gula Rafinasi dan Gula Alami
Gula rafinasi adalah gula yang melalui proses sehingga berisiko kehilangan nutrisi yang ada di dalamnya. Kondisi ini membuat gula rafinasi memiliki rasa yang sangat manis daripada jenis gula lainnya.
Selain itu, gula ini memiliki warna yang sangat bersih akibat prosesnya. Selain rasanya yang sangat manis, gula jenis ini padat energi karena kalorinya yang sangat tinggi. Namun, ini tidak memiliki nilai gizi yang cukup baik.
Produsen makanan biasanya menambahkan gula rafinasi ke sirup jagung fruktosa atau ke makanan kemasan. Tubuh dapat memecahnya dengan cepat, sehingga menyebabkan kadar insulin dan gula darah meningkat.
Karena tercerna dengan cepat, kamu sulit untuk merasa kenyang setelah makan, terlepas dari seberapa banyak porsi yang kamu makan.
Jika gula alami berasal dari buah dan susu, gula rafinasi berasal dari tebu atau bit gula, yang kemudian produsen proses untuk mengekstrak gula. Adapun, gula rafinasi juga termasuk gula putih, gula merah, gula tebu, gula aren, sirup jagung fruktosa dan sebagainya.
Semua gula tersebut berasal dari tumbuhan, tapi telah melalui proses tertentu menjadi bentuk yang sederhana dan manis. Tidak heran, terlalu banyak mengonsumsi makanan mengandung gula rafinasi berhubungan dengan peningkatan obesitas. Selain itu, konsumsi makanan ini juga berkaitan dengan tingginya risiko kanker.
Nah, jika kamu memiliki riwayat kanker, sebaiknya ketahui berbagai bahan pengganti gula melalui artikel ini → 5 Bahan Pengganti Gula untuk Pengidap Kanker.
Risiko Mengonsumsi Gula Rafinasi Berlebihan
Ada berbagai risiko yang bisa terjadi pada kesehatan bila mengonsumsi gula rafinasi secara berlebihan. Nah, berikut dampak negatif yang bisa terjadi:
1. Meningkatkan risiko obesitas
Pengonsumsian gula rafinasi berlebih dapat meningkatkan risiko obesitas pada kesehatan. Bahkan, pengonsumsian jenis gula ini bisa menyebabkan penumpukan lemak pada bagian perut sehingga menyebabkan kamu mengalami buncit.
2.Memicu diabetes
Pengonsumsian gula dapat memicu obesitas. Jika kondisi kelebihan berat badan tidak teratasi dengan baik, hal ini membuat kamu berisiko mengalami penyakit gula darah.
Ketika kamu memiliki kelebihan berat badan, maka tubuh akan mengalami resistensi insulin. Sehingga kadar gula darah dalam tubuh dapat melonjak. Hal ini bisa membuat kamu mengalami diabetes tipe 2.
3. Memperburuk kondisi ginjal
Bukan hanya pada masalah berat badan, mengonsumsi gula ini berlebihan juga bisa menyebabkan gangguan pada ginjal. Jika kamu memiliki riwayat penyakit ginjal, sebaiknya perhatikan jumlah asupannya.
4. Memicu gangguan jantung
Terlalu banyak mengonsumsi gula rafinasi dapat menyebabkan gangguan pada jantung. Sebaiknya berhati-hati terhadap jumlah asupan yang kamu konsumsi setiap harinya.
Itulah berbagai risiko yang mungkin terjadi akibat mengonsumsi gula rafinasi berlebihan. Selain gula rafinasi, ada berbagai jenis gula lainnya yang cukup umum untuk mengolah makanan tertentu.
Salah satu pilihan yang lebih sehat adalah madu. Simak berbagai manfaatnya dalam artikel ini → 6 Manfaat Madu untuk Kesehatan Reproduksi
Benarkah Gula Alami Lebih Aman?
Setiap gula yang terjadi secara alami dalam makanan aman untuk dikonsumsi. Termasuk gula dalam buah dan sayuran bertepung, serta karbohidrat utuh. Misalnya, beras merah dan pasta gandum utuh. Gula dalam produk susu, seperti susu dan keju, juga tidak masalah.
Jenis gula alami memiliki komponen lain yang dapat memperlambat seberapa cepat gula tercerna.
Konsumsi gula alami juga mencegah lonjakan dan penurunan gula darah yang terlalu cepat, yang dapat menyebabkan penambahan berat badan, dan resistensi insulin.
Makanan nabati selalu mengandung serat, dan susu dengan protein. Buah kering mengandung gula alami, kecuali jika dengan tambahan gula atau pemanis lain.
Nah, mengonsumsi sumber makanan nabati tidak hanya untuk membatasi gula, tapi juga memastikan tubuh mendapatkan beragam nutrisi yang tubuh perlukan.
Selain membatasi konsumsi gula, kamu dan keluarga bisa menjaga kesehatan dengan rutin melakukan pemeriksaan untuk memastikan kondisi kesehatan yang optimal.
Jika mengalami gangguan kesehatan, segera hubungi dokter Halodoc dulu untuk mendapatkan penanganan yang tepat, kapan saja dan di mana saja.
Referensi:
MD Anderson Center. Diakses pada 2022. Natural versus refined sugar: What’s the difference?
Health Designs. Diakses pada 2022. Natural vs Refined Sugar: Why the Difference Matters
NDTV. Diakses pada 2022. Natural Vs Refined Sugar: Nutritionist Decodes The Difference
Healthline. Diakses pada 2023. What is Refined Sugar?
E Times. Diakses pada 2023. What is Refined Sugar, and How Bad Is It For You?
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan