Ini Penjelasan Emergency Use Authorization untuk Vaksin Corona
Halodoc, Jakarta – Vaksin Corona siap masuk Indonesia pada November 2020. Pemerintah disebut sudah melakukan finalisasi pembelian vaksin dari tiga perusahaan vaksin COVID-19, yaitu Cansino, G42/Sinopharm, dan Sinovac. Melansir Kompas.com, informasi tersebut disampaikan Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi melalui siaran pers.
Ketiga vaksin tersebut memang sudah masuk pada tahap akhir pengujian klinis, yaitu pengujian tahap 3. Pengujian dilakukan di beberapa negara, salah satunya vaksin Sinovac di Indonesia. Selain itu, ketiga vaksin corona ini juga disebut sudah mendapat Emergency Use Authorization (EUA) dari Pemerintahan China dan sedang dalam proses mendapatkan EUA dari negara lain.
Apakah itu berarti ketiganya sudah bisa digunakan? Apa yang dimaksud dengan emergency use authorization untuk vaksin corona?
Baca juga: Bio Farma Pastikan Kisaran Harga Vaksin Corona di Indonesia
Alasan Diterbitkannya Emergency Use Authorization
Emergency use authorization (EUA) atau otorisasi penggunaan darurat adalah izin yang dikeluarkan untuk penggunaan metode atau produk medis tertentu. Izin ini digunakan untuk mendeteksi, mencegah, atau mengobati penyakit dalam keadaan darurat, dalam hal ini pandemi virus corona. Isitlah EUA mungkin terdengar asing, tapi tidak bagi pekerja medis.
Hal ini berarti EUA merupakan sebuah alat penting yang bisa digunakan untuk pejabat kesehatan masyarakat dan dokter dalam menangani kondisi darurat kesehatan. Jika dikaitkan dengan vaksin corona, emergency use authorization bisa digunakan untuk memberikan izin penggunaan vaksin pada kelompok yang membutuhkan dan rentan.
Dengan begitu, penyebaran virus diharapkan bisa ditanggulangi dan tidak semakin buruk. Seperti diketahui, sejumlah kandidat vaksin masih terus melakukan uji klinis untuk mendapatkan izin edar. Meski begitu, EUA tidak dengan sembarangan diberikan. Ada sejumlah hal yang harus diperhatikan dan dipenuhi untuk bisa mendapatkannya.
EUA dikeluarkan oleh Food and Drug Administration (FDA). Otorisasi penggunaan darurat bisa membantu melewati beberapa persyaratan pelabelan dan tantangan lain yang mungkin menghambat. Sebab secara umum, kebutuhan kesehatan masyarakat harus dipenuhi dengan tindakan medis yang didukung oleh ilmu pengetahuan yang baik dan mengikuti persyaratan regulasi.
Baca juga: Golongan Darah O Berisiko Rendah Tertular COVID-19, Ini Penjelasannya
Dalam menerbitkan EUA, otoritas harus memperhatikan beberapa hal, termasuk situasi yang menunjukkan keadaan darurat. Keadaan darurat bisa berupa keadaan darurat militer, domestik, atau kesehatan masyarakat yang dikhawatirkan bisa memengaruhi keamanan nasional secara signifikan. Karenanya, deklarasi keadaan darurat harus melibatkan agen kimia, biologi, radiologi, atau nuklir.
Setelah keadaan darurat atau emergensi dideklarasikan, misalnya pada vaksin corona, itu berarti vaksin yang ditunjukkan bisa diberikan pada kelompok orang yang rentan dan memang membutuhkan. Periode pemberian vaksin juga diatur dalam EUA. Satu hal yang pasti, pertimbangan harus berdasarkan pada kebutuhan, keamanan, dan tingkat efektivitas obat yang dibuktikan secara ilmiah.
Sesaat setelah keadaan dinyatakan cukup kondusif alias tidak lagi darurat, UEA juga secara otomatis akan dicabut. Hingga kini, COVID-19 masih menjadi masalah global dan sudah menelan banyak korban jiwa. Namun, angin segar mulai terasa setelah banyak negara memulai penelitian dan mengembangkan vaksin untuk membantu mengatasi virus corona. Sebelum diizinkan secara resmi, vaksin harus melewati beberapa tahap uji klinis, yaitu pra klinis, fase 1, fase 2, dan fase 3.
Baca juga: Tes COVID-19 Sebelum Naik Pesawat, Pilih Swab Antigen atau PCR?
Perbarui informasi seputar vaksin corona dengan membaca artikel di aplikasi Halodoc. Kamu juga bisa menggunakan Halodoc untuk berbicara dengan dokter dan menyampaikan masalah kesehatan melalui Video/Voice Call atau Chat. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang di App Store dan Google Play!