Hal yang Perlu Diketahui Seputar Vaksin Pfizer
“Vaksin Pfizer merupakan vaksin mRNA yang dapat melindungi dari infeksi COVID-19. Dosis dan jadwal pemberiannya perlu diperhatikan.”
Halodoc, Jakarta – Vaksin Pfizer adalah salah satu jenis vaksin mRNA (messenger RNA) yang dapat melindungi kamu dari infeksi virus corona atau COVID-19. Vaksin dengan nama lain BNT162b2 ini dapat kamu gunakan sebagai vaksin primer (untuk dosis 1 dan 2) dan juga sebagai booster.
Cara kerja vaksin Pfizer adalah dengan merangsang tubuh untuk memproduksi spike protein virus. Ini nantinya akan membantu sistem kekebalan tubuh untuk membentuk antibodi, yang melawan paparan virus corona yang masuk.
Apa Itu Vaksin Pfizer?
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai vaksin Pfizer, berikut ini penjelasannya:
- Golongan: Obat resep. Artinya, vaksin Pfizer tidak boleh kamu gunakan sembarangan, dan pemberiannya harus sesuai dengan rekomendasi dan pengawasan dokter.
- Kategori: Vaksin. Untuk mencegah virus corona atau COVID-19.
- Manfaat: Membantu membentuk antibodi untuk mencegah terjadinya infeksi COVID-19 atau kemunculan gejala yang berat dan mengancam jiwa.
- Digunakan oleh: Orang dewasa dan anak-anak berusia 6 tahun ke atas.
- Bentuk Obat: Suntikan atau injeksi.
- Digunakan oleh: Orang dewasa dan anak usia 6 bulan ke atas
- Keamanan untuk Ibu Hamil dan Menyusui: Vaksin Sinovac dapat diberikan kepada ibu hamil dan menyusui. Untuk ibu hamil, pemberian vaksin mulai trimester dua atau usia kehamilan di atas 12 minggu.
Laporan Penelitian Tentang Vaksin Pfizer
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) telah mengirim panduan ke negara bagian dan teritori AS. Isinya terkait kemungkinan datangnya salah satu dari 2 vaksin corona pada akhir Oktober 2020.
Namun, nama vaksin itu tak disebutkan dengan jelas. Dokumen tersebut kemudian bocor dan dalam sebuah wawancara. Trump mengisyaratkan bahwa vaksin mungkin akan disetujui pada hari istimewa.
Sementara itu, Pfizer telah menerbitkan deskripsi rinci metodologi uji coba dalam usaha menghasilkan vaksin. Kepala eksekutif perusahaan tersebut, Albert Bourla, cukup yakin bisa menyediakan suntikan vaksin pada akhir Oktober 2020.
Mengutip laman New York Times, penelitian vaksin Pfizer melibatkan sebanyak 44.000 peserta. Vaksin lain yang juga akan segera dapat persetujuan adalah Moderna.
Berbeda dengan Pfizer, perusahaan besar yang juga tengah mengembangkan vaksin corona ini hanya melibatkan 30000 peserta. Vaksin Pfizer dan Moderna diyakini sebagai 2 vaksin yang tertera dalam dokumen yang dirilis oleh CDC sebelumnya.
Di saat vaksin Pfizer harus segera siap, Moderna justru mengungkapkan bahwa waktu untuk mengetahui apakah vaksin bekerja dengan efektif atau tidak adalah sampai tahun depan.
Artinya, waktu tersebut tidak sesuai dengan prediksi optimis Trump. Kendati begitu, Pfizer tetap optimis bisa merilis vaksin paling cepat di bulan Oktober.
Protokol uji klinis Pfizer memberikan detail untuk perusahaan, ilmuwan dan regulator, mengenai bagaimana pembuat obat dapat menunjukkan bahwa vaksinnya memenuhi standar keefektifan dan keamanan U.S. Food and Drug Administration (FDA).
Hasil dari penerapan protokol tersebut kemudian diserahkan ke FDA untuk ditinjau dan diawasi oleh panel ahli independen. FDA juga menegaskan bahwa calon vaksin virus corona harus terbukti setidaknya 50 persen lebih efektif daripada plasebo dalam uji coba skala besar. Hal itu menjadi syarat persetujuan vaksin.
Pfizer sendiri sudah menjalankan uji coba untuk vaksin. Sejauh ini, vaksin sudah memasuki tahap uji coba fase ketiga. Uji coba vaksin Pfizer adalah pada hewan, salah satunya tikus.
Pemilihan hewan ini dengan alasan bahwa gejala dan respons tubuh pada tikus cenderung sama dengan manusia.
Peringatan Sebelum Dapatkan Vaksin Pfizer
Sebelum menerima vaksin Pfizer, ada beberapa hal yang perlu kamu perhatikan dan waspadai, yaitu:
- Hindari penggunaan vaksin Pfizer jika kamu memiliki alergi terhadap salah satu komponen yang terkandung dalam vaksin ini.
- Diskusikan dengan dokter mengenai kondisi kesehatan kamu. Pastikan aman dan cukup sehat untuk mendapatkan vaksinasi. Terutama jika kamu memiliki riwayat penyakit seperti penyakit jantung, diabetes, HIV/AIDS, gangguan pernapasan, penyakit autoimun, kanker, penyakit ginjal, radang sendi, atau penyakit pencernaan kronis.
- Jika kamu sedang menjalani pengobatan tuberkulosis (TB), konsultasikan pada dokter terlebih dahulu. Umumnya, vaksin Pfizer baru bisa kamu dapatkan jika sudah mengonsumsi obat selama minimal 2 minggu.
- Bila kamu sudah pernah terinfeksi COVID-19, atau memiliki anggota keluarga serumah yang sedang terinfeksi, informasikan pada dokter.
- Beri tahu dokter bila kamu sedang mengalami gejala masalah pernapasan, seperti batuk, pilek, atau sesak napas, dalam 7 hari terakhir.
- Informasikan pada dokter jika kamu sedang menjalani terapi untuk penyakit kelainan darah, atau transfusi darah.
- Beri tahu dokter bila kamu pernah menjalani prosedur transplantasi ginjal, atau sedang menjalani cuci darah rutin.
- Segera hubungi dokter jika kamu mengalami reaksi alergi setelah mendapatkan vaksin Pfizer.
Vaksin Pfizer Dosisnya Berapa?
Vaksin Pfizer bisa kamu dapatkan sebagai vaksin primer (dosis 1 dan 2), ataupun sebagai booster. Berikut ini dosis dan jadwal pemberian vaksin Pfizer sebagai vaksin primer, berdasarkan usia:
- Anak Usia 6 Bulan hingga 4 Tahun: Dosisnya 3 mcg, dengan pemberian sebanyak 3 dosis. Dosis kedua pada 3–8 minggu setelah dosis pertama, dan dosis ketiga 8 minggu setelah dosis kedua.
- Anak Usia 5 hingga 11 Tahun: Dosisnya 10 mcg, dengan pemberian 2 kali dengan jarak 4–8 minggu.
- Dewasa dan Anak Usia 1 Tahun ke Atas: Dosisnya 0,3 ml (30 mcg), dengan pemberian sebanyak 2 kali, dengan jarak pemberian 4–8 minggu.
Orang yang memiliki gangguan sistem kekebalan tubuh mungkin perlu mendapatkan dosis vaksin primer tambahan, bukan merupakan dosis booster. Dengan jarak pemberian 4–8 minggu setelah dosis kedua.
Jika kamu mendapatkan vaksin primer Pfizer, jenis vaksin booster ke-1 yang bisa kamu dapatkan adalah:
- Pfizer: Dosis penuh (full dose) atau 0,3 ml.
- Moderna: Separuh dosis (half dose) atau 0,25 ml.
- Astra Zeneca: Dosis penuh (full dose) atau 0,5 ml.
Sementara itu, vaksin yang bisa kamu dapatkan sebagai booster ke-2, jika mendapatkan booster pertama vaksin Pfizer adalah:
- Pfizer: Dosis penuh (full dose) atau 0,3 ml.
- Moderna: Separuh dosis (half dose) atau 0,25 ml.
- Astra Zeneca: Dosis penuh (full dose) atau 0,5 ml.
Cara Pemberian Vaksin Pfizer
Sebelum menjalani vaksinasi, biasanya petugas medis akan melakukan pemeriksaan tanda vital. Seperti suhu tubuh, tekanan darah, dan denyut nadi. Pemberian vaksin Pfizer mungkin perlu kamu tunda jika mengalami demam (suhu tubuh >37,5 derajat Celsius) atau memiliki tekanan darah di atas 140/90 mmHg.
Jika sehat dan tanda vital baik, dokter atau petugas medis akan menyuntikkan vaksin ke otot. Setelah sebelumnya petugas membersihkan area kulit dengan alcohol swab.
Setelah mendapat suntikan, kamu biasanya harus menunggu selama 30 menit. Hal ini untuk mengantisipasi terjadinya kejadian ikutan pascaimunisasi (KIPI) atau efek samping yang serius.
Meski jarang, beberapa orang mungkin mengalami KIPI yang parah dan mengancam jiwa setelah mendapat vaksin Pfizer. Oleh karena itu, kamu perlu tahu lebih lanjut tentang KIPI yang dapat terjadi setelah vaksinasi COVID-19 di sini → Efek Samping Vaksinasi COVID-19, Ketahui tentang KIPI
Interaksi Vaksin Pfizer dengan Obat Lain
Seperti vaksin lainnya, vaksin Pfizer juga memiliki risiko interaksi, jika pemberiannya bersamaan dengan obat-obatan lain. Jenis obat yang umumnya dapat berinteraksi dengan vaksin ini adalah obat imunosupresan, termasuk kortikosteroid.
Penggunaan obat ini bersamaan dengan vaksin Pfizer berisiko membuat efektivitas vaksin menurun. Oleh karena itu, penting untuk memberi tahu dokter mengenai obat, suplemen, dan produk herbal apapun yang sedang kamu gunakan, sebelum vaksinasi.
Efek Samping dan Bahaya Vaksin Pfizer
Pada beberapa kasus, vaksin Pfizer dapat menimbulkan efek samping atau KIPI, sebagai reaksi atas kerja vaksin dalam tubuh. Berikut ini beberapa efek samping umum vaksin Pfizer yang dapat terjadi:
- Area bekas suntikan terasa nyeri, kemerahan, atau bengkak.
- Kelelahan.
- Mengantuk.
- Sakit kepala.
- Batuk dan sakit tenggorokan.
- Demam atau meriang.
- Nyeri otot dan sendi.
- Hidung tersumbat atau berair.
- Diare.
- Mual.
- Muntah.
Berbagai efek samping tersebut umumnya akan membaik dalam 1-2 hari. Untuk meredakannya, kamu bisa mengonsumsi obat pereda nyeri tanpa resep, seperti paracetamol. Namun, jika kondisi tak kunjung membaik, segera periksakan diri ke dokter di Halodoc.✔️
Selain berbagai efek samping ringan, beberapa orang juga bisa mengalami efek samping serius, seperti miokarditis atau perikarditis. Namun, efek samping ini terbilang sangat jarang terjadi.