Ini Kabar Terbaru tentang Pengembangan Vaksin Corona AstraZeneca
Halodoc, Jakarta - Dari ratusan kandidat vaksin corona yang sedang dikembangkan di seluruh dunia, sembilan di antaranya dianggap terdepan karena sudah mencapai uji klinis tahap 3. Salah satu kandidat vaksin yang banyak dibicarakan adalah vaksin corona AstraZeneca, ChAdOx1 atau AZD1222.
Vaksin tersebut dikembangkan oleh perusahaan farmasi asal Inggris-Swedia, AstraZeneca, yang bekerja sama dengan Universitas Oxford. Seperti apa kabar terbaru tentang pengembangan vaksin AstraZeneca? Simak pembahasan berikut hingga tuntas, ya!
Baca juga: Berjuang Hasilkan Vaksin COVID-19, Ini Kandidatnya
Menghasilkan Respons Kekebalan pada Orang Tua dan Muda
Melansir laman The Guardian, penelitian terbaru menunjukkan bahwa vaksin AstraZeneca menghasilkan respons kekebalan yang baik pada orang tua dan muda. Namun, baik Universitas Oxford maupun AstraZeneca tidak akan merilis data dari uji coba awal yang menunjukkan efek positif, yang saat ini sedang dikirimkan ke jurnal peer-review.
Di sisi lain, Badan Pengawas Obat Eropa (European Medicines Agency atau EMA) telah memulai peninjauan terhadap vaksin corona AstraZeneca. Peninjauan ini menjadi yang pertama kalinya dilakukan oleh Uni Eropa untuk kandidat vaksin corona. Mengingat situasi saat ini sangat mendesak, peninjauan dilakukan dengan prosedur yang dipercepat.
Untuk menghemat waktu peninjauan, otoritas setempat memeriksa data pengujian di saat yang bersamaan ketika data itu masih dikumpulkan. Padahal, biasanya pengujian harus diselesaikan terlebih dahulu, baru semua hasil pengujian diserahkan ke EMA.
Dengan prosedur saat ini, dapat dibayangkan bahwa vaksin bisa dirilis hanya beberapa hari setelah pengujian akhir selesai, jika otoritas yakin bahwa vaksin tersebut efektif dan aman.
Sejauh ini, EMA menolak mengatakan berapa lama peninjauan tersebut akan berlangsung. Mereka hanya mengatakan bahwa tes dengan ribuan relawan sedang dilakukan dan hasilnya diharapkan ada dalam beberapa pekan atau bulan mendatang.
Baca juga: Uji Coba Vaksin Corona Lemah pada Lansia, Apa Alasannya?
Dipesan Berbagai Negara dan Diserang Kritikus
Meski masih belum jelas apakah vaksin corona AstraZeneca akan disetujui pada akhirnya, banyak negara, termasuk Jerman, sudah memesan puluhan juta dosis. AstraZeneca telah menandatangani perjanjian yang mengikat dengan Serum Institute of India untuk memproduksi setidaknya 300 juta dosis.
Di saat yang sama, hingga kini vaksin corona AstraZeneca terus menuai kontroversi dari para kritikus. Misalnya, ahli ekologi kesehatan Austria, Clemens Arvay, melihat semua ini sebagai konfirmasi dari keyakinan mereka bahwa industri farmasi besar, yang didukung oleh sponsor seperti Bill Gates, ingin menghasilkan vaksin dengan biaya berapa pun untuk mengejar keuntungan.
Arvay berpendapat bahwa dalam prosesnya, pengembangan vaksin corona mengabaikan kehati-hatian medis dan membahayakan kesehatan masyarakat. Ia berargumen dengan sejumlah poin, yakni zat aktif yang tidak menciptakan perlindungan yang cukup terhadap infeksi, saat pengujian tahap praklinis pada primata, tetapi disetujui untuk percobaan gabungan tahap 1 dan 2.
Pada tahap ini, terjadi juga efek samping yang parah, seperti demam dan penurunan sel darah putih (neutropenia). Meski begitu, vaksin telah disetujui untuk tahap 3. Lalu, ada insiden serius juga pada tahap 3, yaitu satu orang relawan mengidap myelitis transversal. Akibatnya, penelitian sempat dihentikan sementara.
Terkait kontroversi vaksin corona AstraZeneca, ahli genetika dan ahli biologi molekuler AS terkemuka William A Haseltine, pada Mei lalu sempat menyatakan keraguannya tentang keefektifan vaksin dalam sebuah artikel di Forbes. Ia menuliskan kekecewaannya dengan hasil tahap praklinis, saat vaksin itu diujikan pada hewan.
Namun, interpretasi yang berbeda terhadap hasil penelitian ini, yang dipublikasikan sebagai preprint di BioarXiv dan di Nature, vaksin ini pertama kali diujikan pada tikus, lalu pada kera.
Profesor Stephan Becker, ahli virus dari Universitas Marburg di Jerman, mengatakan penelitian tersebut menunjukkan bahwa semua tikus menunjukkan reaksi setelah vaksinasi, yakni menghasilkan tiga bentuk kekebalan yang diinginkan.
Baca juga: Alasan Pandemi Belum Tentu Usai Meski Vaksin Corona Ditemukan
Indonesia Batal Memesan Vaksin AstraZeneca?
Dalam upaya pengendalian COVID-19, pemerintah Indonesia tidak hanya bekerja sama dengan China untuk mendatangkan tiga jenis vaksin corona. Melainkan juga menyepakati pembelian vaksin AstraZeneca. Kesepakatan tersebut diperoleh dari hasil kunjungan pemerintah ke Inggris dan Swiss.
Tak tanggung-tanggung, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI, Achmad Yurianto, seperti dikutip dari Kompas, mengatakan bahwa AstraZeneca telah berkomitmen untuk menyediakan 100 juta dosis vaksin corona untuk Indonesia, pada Maret 2021 mendatang.
Namun, belum lama ini terdengar kabar bahwa Indonesia batal membeli vaksin corona AstraZeneca. Kabar ini dibantah oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian dan Ketua Komite Penanganan COVID-19, Airlangga Hartanto, dalam talk show daring yang ditayangkan di kanal YouTube resmi BNPB, Selasa (27/10). Menurutnya, vaksin corona AstraZeneca tetap jadi kandidat vaksin potensial hingga saat ini.
Meski begitu, ketersediaan vaksin corona AstraZeneca belum bisa diadakan dalam waktu dekat. Vaksin tersebut baru akan masuk di kuartal kedua 2021. Oleh karena itu, menurut Airlangga, Presiden RI, Joko Widodo, tetap akan mengkaji dan melihat perkembangan beberapa kandidat vaksin corona lainnya, sesuai dengan kebutuhan yang ada di Indonesia.
Itulah sedikit penjelasan mengenai perkembangan vaksin AstraZeneca. Mari tunggu hasil uji coba vaksin hingga tahap akhir, dengan terus menerapkan protokol pencegahan COVID-19. Jika tidak enak badan, sebaiknya di rumah saja. Lalu, download aplikasi Halodoc untuk membicarakan keluhanmu pada dokter.