Ini Jenis Imunisasi 18 Bulan yang Perlu Anak Dapatkan
“Di usia 18 bulan, anak perlu mendapatkan empat jenis vaksin, yaitu Hib, DTP, Hepatitis B dan polio. Pemberian jenis vaksin dapat mencegah infeksi penyakit tersebut, sekaligus meningkatkan kualitas hidupnya di masa depan.”
DAFTAR ISI
Halodoc, Jakarta – Saat dalam kandungan, ibu memberikan antibodi yang dibuat oleh tubuh untuk melawan penyakit. Antibodi tersebut kemudian bekerja secara alami setelah bayi dilahirkan. Anak yang disusui juga mendapatkan lebih banyak antibodi dalam ASI.
Namun, perlindungan ini sifatnya hanya sementara dan imunitas anak akan dituntut untuk berkembang sendiri. Nah, selama masa perkembangan ini, anak rentan terhadap infeksi. Itu sebabnya, mereka butuh perlindungan lebih melalui imunisasi.
Pertanyaannya, apa saja sih imunisasi yang perlu anak dapatkan saat usianya menginjak 18 bulan?
Jenis Imunisasi untuk Anak Berusia 18 Bulan
Di usia 1 bulan anak perlu mendapatkan vaksin BCG, baca penjelasannya di artikel Usia Berapa Bayi Sebaiknya Diberikan Vaksin BCG? Lantas, saat memasuki 18 bulan, anak membutuhkan beberapa jenis vaksin. Apa sajakah itu?
1. Vaksin DTP (Difteri – Pertusis – Tetanus)
Vaksin DPT yang diberikan di usia 18 bulan adalah booster pertama, setelah sebelumnya diberikan sejak anak berusia 6 minggu.
Imunisasi DPT merupakan vaksin kombinasi yang memberi perlindungan terhadap tiga penyakit berbahaya tersebut.
Difteri adalah infeksi serius pada tenggorokan yang bisa menyumbat saluran napas dan menyebabkan masalah pernapasan yang parah.
Tetanus adalah penyakit saraf akibat racun bakteri yang mengontaminasi luka. Sementara itu, pertusis atau batuk rejan adalah penyakit pernapasan yang bisa menyebabkan batuk parah pada anak.
2. Vaksin Hib (Haemophilus Influenzae B)
Vaksin Hib merupakan vaksin inaktif (virus yang dimatikan) dan disuntikkan intramuskular dalam bentuk kombinasi sesuai jadwal.
Diberikan pertama kali pada usia 2, 3, 4 bulan baru kemudian di usia 18 bulan.
Vaksin ini mencegah infeksi bakteri Hib yang menjadi penyebab utama meningitis anak-anak di bawah 5 tahun. Tidak hanya meningitis, bakteri ini juga memicu infeksi di telinga, paru-paru, kulit, maupun persendian.
3. Vaksin Hepatitis B (HB)
Sesuai namanya, vaksin ini berfungsi untuk mencegah infeksi virus hepatitis B. Virus ini dapat ditularkan melalui kontak darah atau cairan tubuh pengidap hepatitis B.
Setelah menginfeksi tubuh, virus hepatitis dapat menyebabkan komplikasi yang berbahaya, seperti sirosis dan kanker hati.
4. Vaksin Polio
Vaksin ini merupakan imunisasi dasar atau vaksin wajib yang diberikan semenjak anak menginjak usia 2 bulan, 4 bulan dan 6 bulan.
Setelahnya, di usia 18 bulan anak juga diwajibkan untuk mendapatkan booster sebagai perlindungan tambahan.
Vaksin ini diberikan untuk mencegah penyakit polio yang menyebabkan kelumpuhan permanen. Jangan Terlewatkan, Ini Jadwal Imunisasi Anak Menurut Rekomendasi IDAI 2023.
Apabila ibu ingin memberikan vaksin untuk Si Kecil namun memiliki kendala untuk ke rumah sakit, jangan khawatir!
Halodoc menyediakan fasilitas vaksinasi untuk anak melalui layanan Halodoc Home Lab (tersedia di Jabodetabek dan Surabaya).
Layanan dari Halodoc ini akan mendatangkan petugas ke tempat ibu atau di lokasi mana pun yang dipilih untuk pemberian vaksin.
Booking Vaksinasi DTaP-POLIO IPV-HIB-HEP B (Hexaxim) di Rumah Lebih Mudah Lewat Halodoc.
Kamu bisa order melalui aplikasi atau hubungi langsung nomor WhatsApp 0888-0999-9226.
Tips Menangani Efek Imunisasi pada Anak
Setelah imunisasi, Si Kecil umumnya mengalami beberapa efek samping yang sifatnya ringan dan sementara. Berikut adalah tips untuk mengelola efek samping setelah imunisasi:
1. Konsumsi obat penurun demam
Tanyakan pada dokter mengenai obat penurun demam jika anak mendapatkan imunisasi yang berisiko menyebabkan demam.
Hindari memberikan aspirin untuk anak di usia 18 tahun. Pasalnya, aspirin dapat meningkatkan risiko penyakit langka seperti Sindrom Reye.
2. Kompres
Kompres dengan kain basah dingin di area suntikan yang mengalami pembengkakan. Jika bengkak dirasa sangat mengganggu, segera temui dokter.
3. Buat suasana menjadi nyaman
Kadang-kadang bayi mungkin merasa lelah, mudah marah, dan tidak mau makan beberapa jam setelah imunisasi.
Pegang dan peluk anak saat dibutuhkan dan jaga suhu ruangan pada tingkat yang nyaman.
4. Temui dokter bila mengalami reaksi alergi
Reaksi alergi parah setelah imunisasi sangat jarang terjadi. Biasanya, tim medis akan meminta orangtua dan anak untuk tetap tinggal selama 15 menit untuk memantau efek dari imunisasi.
Tujuannya agar reaksi alergi bisa segera ditangani. Fakta seputar vaksin lainnya bisa dibaca di artikel Ibu, Kenali Jenis dan Jadwal untuk Vaksin Anak.
Jika ibu punya pertanyaan lain seputar masalah kesehatan anak, jangan ragu untuk langsung konsultasi dengan dokter anak di Halodoc.✔️
Dokter yang ahli di bidangnya akan menjawab pertanyaan sekaligus memberikan solusi terbaik. Jangan tunda sebelum kondisinya memburuk, download Halodoc sekarang juga!
Referensi:
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Diakses pada 2023. Jadwal Imunisasi IDAI 2020.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Diakses pada 2023. Vaksin Kombinasi.
Queensland Government. Diakses pada 2023. Immunization is important for children.
Kementerian Kesehatan RI. Diakses pada 2023. Pentingnya Imunisasi Dasar Lengkap untuk Anak Indonesia.
Kids Health. Diakses pada 2023. Your Child’s Immunizations.
Halodoc. Diakses pada 2023. Imunisasi.
Halodoc. Diakses pada 2023. Vaksin Polio.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan