Ini Dampak Pemanis Buatan dalam Softdrink Bagi Kesehatan
Halodoc, Jakarta - Penggunaan pemanis buatan dalam makanan dan minuman, seperti minuman bersoda sebagai pengganti gula sudah bukan lagi hal yang baru. Pemanis buatan aspartam adalah salah satunya. Jenis inilah yang digunakan untuk menghasilkan rasa manis pada minuman bersoda.
Aspartam memiliki kandungan fenilalanin dan asam amino aspartat. Termasuk dalam pemanis buatan rendah kalori, aspartam mampu memberikan rasa manis hingga 200 kali lebih kuat jika dibandingkan dengan gula biasa yang kamu konsumsi. Meski begitu, pemanis buatan ini hanya mengandung 4 kalori per gram. Rasa manisnya yang begitu kuat membuat kamu dianjurkan untuk tidak mengonsumsinya secara berlebihan.
Selain minuman bersoda dan diet soda, kamu bisa menjumpai penggunaan aspartam dalam minuman kemasan lainnya, seperti yoghurt, sirup, es krim, susu tanpa lemak, minuman rasa, hingga jus. Ketika aspartam masuk ke dalam tubuh, pemanis ini akan dipecah menjadi metanol. Proses ini juga terjadi ketika kamu mengonsumsi sayuran, buah, jus, hingga produk fermentasi.
Baca juga: Pemanis Alami yang Aman dan Sehat Dikonsumsi untuk Diet Keto
Amankah untuk Dikonsumsi?
Aspartam ternyata telah digunakan sebagai pemanis buatan dalam makanan dan minuman sejak lama, dan pada tahun 1981, penggunaannya dalam produk pangan telah diklaim aman oleh FDA Amerika Serikat. Akan tetapi, asupan hariannya untuk tubuh dibatasi maksimal sebanyak 50 miligram per kilogram berat badan.
Selaras dengan FDA, penggunaan aspartam sebagai pemanis buatan untuk makanan dan minuman di Indonesia pun telah sepenuhnya mendapatkan izin dari BPOM. Namun, sekali lagi, penggunaannya tetap memperhatikan batas maksimal. Berkaitan dengan minuman bersoda, batas maksimal penggunaan aspartam sebagai pemanis buatan adalah sebanyak 600 miligram per kilogram berat badan. Ini artinya, kamu tidak dianjurkan untuk mengonsumsinya secara berlebihan.
Kenali Dampaknya
Meski diklaim aman dan penggunaannya telah sepenuhnya diperbolehkan oleh FDA dan BPOM, bukan berarti pemanis buatan ini tidak membawa dampak negatif untuk tubuh. Berikut ini beberapa dari bahaya mengonsumsi aspartam berlebihan untuk kesehatan:
- Fenilketonuria
Fenilketonuria merupakan gangguan kesehatan yang terjadi karena kelainan genetik yang langka. Kondisi ini membuat asam amino jenis fenilalanin menumpuk di dalam darah. Fenilalanin sendiri termasuk jenis asam amino yang penting dan dijumpai dalam makanan sumber protein, seperti telur, ikan, daging, berbagai produk berbahan baku susu, dan aspartam.
Baca juga: Bahaya, Ini Akibatnya Jika Minum Soda Setiap Hari
Orang-orang dengan kondisi fenilketonuria tidak mampu memproses fenilalanin di dalam tubuh dengan baik, sehingga mengakibatkan terjadinya akumulasi atau penumpukan. Inilah mengapa konsumsi aspartam terbilang berbahaya bagi pengidap fenilketonuria.
- Keracunan Metanol
Meski masih berupa dugaan, tetapi kamu tetap harus waspada dengan gangguan kesehatan ini. Keracunan metanol bisa terjadi jika kamu mengonsumsi pemanis buatan aspartam dalam jumlah yang berlebihan. Gangguan kesehatan ini ditandai dengan gejala berupa telinga berdenging, vertigo, dan tubuh terasa lemas.
- Tardive Dyskinesia
Penyakit ini berupa tidak terkendalinya gerakan pada otot tubuh, seperti pada wajah, bibir, dan lidah. Konsumsi aspartam akan membuat kondisi gangguan kesehatan ini semakin tidak terkontrol.
Baca juga: Berapa Berat Badan yang Dikategorikan Obesitas?
Selain ketiganya, konsumsi aspartam berlebihan juga bisa meningkatkan risiko terjadinya masalah medis lain, seperti obesitas, lupus, kanker, bayi yang mengalami cacat lahir, ADHD, multiple sclerosis, hingga penyakit Alzheimer. Meski begitu, hal ini perlu dibuktikan lebih lanjut melalui studi ilmiah.
Namun, memang benar sebaiknya kamu tidak mengonsumsi pemanis buatan dalam jumlah yang berlebihan, seperti halnya mengonsumsi minuman bersoda. Jika kamu mengalami gejala yang tidak biasa pada tubuh, langsung saja tanyakan pada dokter melalui aplikasi Halodoc. Kapan saja, dokter akan membantumu menemukan solusi dari setiap kondisi medis yang kamu alami.