Ini Dampak Menjadi People Pleaser untuk Kesehatan Mental

4 menit
Ditinjau oleh  dr. Fadhli Rizal Makarim   09 September 2022

“Menjadi people pleaser nyatanya dapat melelahkan fisik dan mental. Kamu bisa mengalami gejala kecemasan karena takut orang tidak menyukaimu.”

Ini Dampak Menjadi People Pleaser untuk Kesehatan MentalIni Dampak Menjadi People Pleaser untuk Kesehatan Mental

Halodoc, Jakarta – Terlalu sering bilang “iya”, takut orang lain tersinggung, kebanyakan merasa tidak enakan adalah ciri-ciri people pleaser. Menjadi orang seperti ini tidak hanya akan membuat kamu kehilangan pendirian dan tidak menikmati apa yang dilakukan, tetapi juga bisa berdampak pada kesehatan mental.

Menjadi orang seperti ini nyatanya dapat melelahkan fisik dan mental. Kamu bisa mengalami gejala kecemasan, karena takut orang tidak menyukaimu. Kamu pun bisa merasa tertekan, karena tidak bisa mengekspresikan diri. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui dampak menjadi people pleaser untuk kesehatan mental, sehingga kamu bisa berhenti menyenangkan orang lain. 

Nah, yuk Mengenal People Pleaser: Ciri, Dampak, dan Cara Mengatasinya.

Ini Akibat Menjadi People Pleaser

Membantu orang lain sebenarnya dapat memiliki sejumlah manfaat untuk kesehatan mental. Akan tetapi, tidak meluangkan waktu untuk diri sendiri juga bisa berdampak pada kesehatan mental. 

People pleaser sendiri berbeda dengan membantu orang lain. Latar belakang seseorang menjadi people pleaser biasanya adalah menyenangkan orang karena takut salah, agar disukai, atau mengikuti arus karena takut sendiri. Padahal menyenangkan orang lain sebaiknya didasarkan karena keinginan sendiri yang didorong empati dan keinginan untuk berbagi. Jadi, terdapat perbedaan signifikan antara keduanya.

Menjadi orang seperti ini nyatanya bisa merusak mental dan membuat orang yang melakoninya kehilangan jati diri. Bahkan, bukan tak mungkin seseorang nantinya akan dimanfaatkan oleh orang-orang tertentu untuk mendapatkan keinginannya sendiri.

Nah, berikut ini adalah dampak menjadi people pleaser untuk kesehatan mental, yaitu:

1. Gangguan Kecemasan dan Stres

“Tugas” dan tanggung jawab menyenangkan orang lain menjadi beban buat orang dengan kondisi ini. Apa lagi yang harus dia senangi tidak hanya satu orang, melainkan banyak orang.

Belum lagi, jika orang-orang tersebut menuntut kesenangan berbeda yang bisa jadi kontradiksi dengan yang lainnya. Sebagai orang dengan kondisi ini, pastinya akan kebingungan, ia harus memilih kemauan siapa yang hendak dituruti. Nah ini yang bisa banget seseorang cenderung mengalami kecemasan dan stres. 

2. Kehilangan Kemauan untuk Maju Buat Diri Sendiri

Saat seseorang mencurahkan semua energi dan sumber daya mental untuk memastikan bahwa orang lain bahagia, ini bukanlah hal yang bermanfaat. Ini pun yang membuat seseorang kehilangan waktu untuk menentukan apa yang sebenarnya dia senangi. 

Setiap manusia pasti butuh aktualisasi diri. Jadi, ketika orang tersebut tidak punya waktu untuk mengaktualisasikan diri, dia akan merasa kosong dan hampa, serta kehilangan semangat untuk maju dan berkembang.

3. Kehilangan Kekhasan Diri 

Orang dengan kondisi ini cenderung menyembunyikan kebutuhan dan preferensinya sendiri, karena dia lebih mengutamakan kepentingan orang lain. Ini bisa membuat seseorang kehilangan kekhasan dirinya dan tidak menjalani hidupnya.

Hidupnya hanya untuk menyenangkan orang lain. Jadi, walaupun terkesan seseorang ini senang-senang saja membantu orang dan direpotkan,  sebenarnya dia merasa tertekan dan tidak bahagia.

4. Memendam Amarah

Menjadi people pleaser akan membuat seseorang memendam amarah karena sebenarnya dia tahu kalau dia sedang dimanfaatkan oleh orang-orang sekitar. Sikap pasif-agresif ini bisa memicu frustrasi dan berisiko membuatnya depresi.

Misalnya, sebenarnya dia tidak mau mengerjakan tugas temannya di akhir pekan karena dia mau menonton di bioskop. Tapi karena merasa tidak baik untuk menolaknya, akhirnya dia memilih untuk mengerjakan tugas temannya dan mengorbankan keinginannya.

Nah, nantinyaa akan ada rasa amarah yang dipendam yang lama-lama bisa meledak sewaktu-waktu atau malah jadi memicu penyakit tertentu.

Berhentilah Menjadi People Pleaser!

Dengan menyadari dampak kesehatan mental akibat menjadi people pleaser seharusnya membuat seseorang menghentikan sikap seperti ini. Ingat, kamu tidak harus selalu disukai orang, apalgi jika itu mengorbankan kebahagian dan kedamaian diri.

Yuk, berhenti menjadi people pleaser dengan melakukan langkah-langkah berikut ini:

  • Menetapkan Batasan 

Penting untuk mengetahui batasan dan kemudian mengomunikasikan batasan tersebut. Bersikaplah jelas dan spesifik tentang apa yang ingin kamu ambil. Jika sepertinya seseorang meminta terlalu banyak, beri tahu mereka bahwa kamu tidak bisa melakukan di luar batas kemampuanmu. 

  • Mulai dari Hal Kecil

Mungkin sulit untuk membuat perubahan mendadak, jadi kamu bisa memulainya dari hal-hal kecil. Bisa dengan mengatakan tidak, belajar mengungkapkan pendapat meski berbeda dengan kebanyakan, dan mintalah bantuan jika memang kamu membutuhkan. 

  • Menetapkan Prioritas 

Pertimbangkan siapa saja yang bisa kamu bantu dan apakah itu akan mengganggu jadwalmu atau tidak. Mengetahui prioritas dapat membantu kamu menentukan apakah kamu masih memiliki waktu dan energi untuk hal-hal lain atau tidak. 

  • Afirmasi Positif ke Diri Sendiri 

Jika kamu mulai merasa kewalahan atau tergoda untuk menyerah, lakukan afirmasi dengan mengatakan hal-hal positif tentang diri sendiri. 

Kalau kamu merasa terlalu penat dan perlu profesional medis untuk mendiskusikan kesehatan mentalmu, kamu bisa buat janji pemeriksaan medis ke rumah sakit lewat aplikasi Halodoc. Belum punya aplikasinya? Download Halodoc sekarang juga ya!

Referensi:
WebMD. Diakses pada 2022. What Is a People Pleaser?
Medical News Today. Diakses pada 2022. People pleaser: What it means and how to stop.
Very Well Mind. Diakses pada 2022. How to Stop Being a People-Pleaser.
Taylor Counseling Group. Diakses pada 2022. How Being a People Pleaser Affects Your Mental Health.