Ini Alasan Pengidap Hepatitis B Butuh Tes Serologi
Halodoc, Jakarta - Tes serologi adalah pemeriksaan medis yang dilakukan untuk mencari antibodi dalam darah. Antibodi adalah senyawa yang terbentuk di dalam tubuh ketika terserang infeksi bakteri, virus, jamur, dan parasit. Ketika patogen (agen penyebab penyakit) memasuki tubuh, sistem imun akan menyerangnya dengan cara memproduksi antibodi. Lalu, mengapa tes serologi perlu dilakukan untuk mendiagnosis hepatitis B?
Sebab, tes serologi dapat menentukan apakah seseorang telah terinfeksi oleh virus hepatitis B (HBV) atau pernah mengidap penyakit ini sebelumnya atau tidak. Jika ditemukan keberadaan antibodi HBV dalam darah, hal itu berarti virus sedang menjangkiti tubuh. Jika ditemukan materi genetik dari HBV, berarti ada virus di dalam tubuh. Tes ini juga dapat membantu dokter untuk mengetahui seberapa parah infeksi yang dialami dan seberapa mudah penyebarannya.
Baca Juga: 7 Penyakit yang Bisa Didiagnosis Melalui Pemeriksaan Serologi
Bagaimana Tes Serologi untuk Diagnosis Hepatitis B?
Tes serologi untuk diagnosis hepatitis B diawali dengan pengambilan sampel darah. Caranya adalah dengan memasukkan jarum ke pembuluh darah, mengambil beberapa mililiter sampel darah, lalu sampel tersebut diuji di laboratorium. Dalam mendiagnosis hepatitis B, hasil tes biasanya akan terbagi menjadi 2, yaitu:
- Hasil tes normal. Tidak ditemukan antibodi hepatitis B dalam darah. Hal ini mengindikasikan bahwa kamu tidak terinfeksi hepatitis B. Selanjutnya, dokter akan menganjurkan tes penunjang untuk memastikan diagnosis, terutama jika gejala yang muncul dicurigai sebagai tanda infeksi hepatitis B.
- Hasil tes abnormal. Ditemukan antibodi hepatitis B dalam darah. Hal ini mengindikasikan bahwa kamu pernah atau sedang terinfeksi hepatitis B, sehingga memicu terbentuknya antibodi.
Baca Juga: Ini Waktu yang Tepat untuk Lakukan Tes Serologi
Kemudian, secara khusus, ada sekitar 3 jenis pemeriksaan antigen dan antibodi untuk deteksi hepatitis B, yaitu:
- Hepatitis B surface antigen (HbsAg). Tes ini dilakukan untuk menilai penularan virus hepatitis B. Jika hasil negatif, berarti tidak ada infeksi virus HBV dalam tubuh. Namun, jika hasil positif, berarti ada infeksi yang bisa ditularkan ke orang lain.
- Hepatitis B core antigen (HbcAg). Tes ini dilakukan jika hasil HbsAg menunjukkan hasil positif. Tujuan dilakukannya adalah untuk menentukan tingkat keparahan infeksi hepatitis B (akut atau kronis).
- Antibodi hepatitis B surface antigen (anti-HbsAg). Tes ini dapat menunjukkan kekebalan tubuh terhadap virus hepatitis B. Jika hasil tes positif, berarti kamu pernah mendapatkan vaksin hepatitis B atau sedang berada dalam masa pemulihan hepatitis B akut.
Berbagai tes tersebut baru akan dilakukan dokter jika dicurigai adanya gejala hepatitis B pada seseorang. Jadi, jika kamu mengalami gejala umum hepatitis B, seperti ruam, nyeri sendi, urine berwarna gelap, feses berwarna pucat, mual, muntah, dan demam ringan, segera bicarakan dengan dokter di aplikasi Halodoc. Jika dokter menyarankan pemeriksaan lebih lanjut, kamu bisa buat janji dengan dokter di rumah sakit, agar tidak perlu lama antri.
Pilihan Pengobatan untuk Pengidap Hepatitis B
Perlu diketahui bahwa semakin dini hepatitis B terdeteksi, semakin optimal hasil pengobatan yang dijalani. Setelah diagnosis pasti telah ditentukan, pengobatan akan disesuaikan dengan jenis hepatitis B yang diidap, yaitu:
- Hepatitis Akut
Pengobatan yang dilakukan akan bertujuan untuk mengurangi gejala melalui konsumsi obat pereda sakit (parasetamol) dan obat antimual. Pada kasus yang lebih parah, pengidap hepatitis B dapat diberikan obat kodein.
Baca juga: Risiko yang Bisa Ditimbulkan oleh Hepatitis B
- Hepatitis Kronis
Pengidap perlu mengonsumsi obat jangka panjang untuk mencegah kerusakan hati, seperti penggunaan obat peginterferon alfa-2a atau antivirus. Namun, efek samping yang perlu diwaspadai adalah muntah, nyeri pada tubuh, dan pusing. Jika kerusakan hati sudah terlanjur terjadi dan tergolong parah, diperlukan transplantasi hati.