Ini 7 Perusahaan Pembuat Vaksin Virus Corona
Halodoc, Jakarta - Vaksin boleh dibilang menjadi senjata terampuh untuk meredam serangan virus corona terbaru SARS-CoV-2. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), vaksinasi merupakan salah satu cara paling efektif untuk mencegah penyakit. Kok bisa? Vaksin mampu membantu sistem kekebalan tubuh untuk mengenali dan melawan patogen seperti virus atau bakteri, yang membuat tubuh aman dari penyakit yang disebabkannya.
Para ilmuwan sedang mengembangkan lebih dari 100 vaksin virus corona dengan menggunakan berbagai teknik. Sampai kemarin (8/9), setidaknya terdapat 37 vaksin dalam uji klinis pada manusia. Sementara itu, setidaknya 91 vaksin masih masuk dalam tahap praklinis dan sedang dalam penelitian aktif pada hewan.
Total keseluruhan ada sebanyak 24 vaksin yang sudah memasuki tahap uji klinis fase I, 14 vaksin di uji klinis fase II, 9 vaksin di tahap uji klinis fase III, dan 3 vaksin di tahap persetujuan dini atau terbatas.
Lantas, perusahaan mana saja yang ada di balik proses pembuatan vaksin COVID-19?
Baca juga: Ini Tahapan Pengujian dan Perkembangan Global Vaksin Corona
1.Moderna x National Institutes of Health
Kolaborasi Moderna dan National Institutes of Health (NIH) sudah mencapai uji klinis fase III. Vaksin yang dikembangkan merupakan vaksin genetik dengan tipe RNA (mRNA) untuk menghasilkan protein virus di dalam tubuh.
Pada bulan Maret, Moderna dan NIH memasukkan vaksin COVID-19 pertama ke dalam uji coba pada manusia, dan membuahkan hasil yang menjanjikan. Setelah melakukan uji klinis fase II, mereka meluncurkan uji klinis fase III pada 27 Juli lalu. Uji coba terakhir akan melibatkan 30.000 orang sehat di sekitar 89 lokasi di Amerika Serikat.
2.BioNTech, Pfizer, dan Fosun Pharma
Perusahaan asal Jerman, BioNTech, berkolaborasi dengan Pfizer (US) dan Fosun Pharma (Tiongkok) untuk mengembangkan vaksin mRNA. Vaksin yang dibuat telah memasuki uji klinis fase II, III, dan fase gabungan (uji coba fase I/II, misalnya, di mana mereka diuji untuk pertama kalinya pada ratusan orang)
Pada Mei lalu, para ahli menemukan bahwa vaksin tersebut menghasilkan antibodi yang mampu melawan SARS-CoV-2, dan sel kekebalan yang disebut sel T yang mampu merespons virus. Efek samping yang ditimbulkan vaksin ini jauh lebih sedikit, seperti demam dan kelelahan.
3.Zydus Cadila
Pembuat vaksin asal India Zydus Cadila mulai menguji vaksin genetik berbasis DNA pada Juli lalu. Zydus Cadila menjadi perusahaan kedua di India yang mengikuti perlombaan vaksin corona setelah Bharat Biotech. Keduanya meluncurkan uji klinis fase II pada 6 Agustus.
Baca juga: Kasusnya Meningkat , Ini 8 Cara Perkuat Sistem Imun Tangkal Virus Corona
4.Imperial College London x Morningside Ventures
Peneliti di Imperial College London (ICL) telah mengembangkan vaksin RNA yang ‘memperkuat diri sendiri’, meningkatkan produksi protein virus untuk merangsang sistem kekebalan tubuh. Pada uji coba klinis fase I/II pada 15 Juni lalu, ICL menggandeng Morningside Ventures untuk memproduksi vaksin virus corona. Saat ini vaksin virus corona buatan ICL dan Morningside Ventures memasuki uji klinis fase I, uji klinis fase II, dan fase gabungan.
5.AnGes, Osaka University, dan Takara Bio
Pada tanggal 30 Juni, perusahaan bioteknologi asal Jepang, AnGes, mengumumkan telah memulai uji coba klinis pada vaksin berbasis DNA. Pembuatan vaksin ini berkolaborasi dengan Universitas Osaka dan Takara Bio. Vaksin buatan Anges ini berada di tahap uji klinis fase I, uji klinis fase II, dan fase gabungan.
6.CanSino Biologics
Perusahaan asal Tiongkok, CanSino Biologics, mengembangkan vaksin berdasarkan adenovirus yang disebut Ad5. CanSino Biologic bekerja sama dengan Institut Biologi di Akademi Ilmu Kedokteran Militer.
Pada bulan Mei, mereka mengumumkan hasil yang menjanjikan dari uji klinis fase I. Selanjutnya pada uji klinis fase II menunjukkan bahwa vaksin tersebut menghasilkan respons imun yang kuat.
Baca juga: Sakit Perut jadi Gejala Tambahan COVID pada Anak, Ini Penjelasannya
Pada kasus yang belum pernah terjadi sebelumnya, militer Tiongkok menyetujui vaksin pada 25 Juni selama setahun sebagai "obat yang dibutuhkan secara khusus." CanSino tidak menjelaskan apakah vaksinasi akan menjadi wajib atau opsional untuk para tentara di sana. Pada 9 Agustus, Kementerian Kesehatan Arab Saudi mengumumkan bahwa CanSino Biologics akan menjalankan uji coba klinis III di Arab Saudi.
Vaksin virus corona buatan CanSino Biologics kini memasuki uji klinis fase III dan persetujuan dini atau terbatas (early or limited approval). Menurut para ahli, proses pembuatan vaksin yang terburu-buru bisa menimbulkan risiko serius.
7. The Gamaleya Research Institute
The Gamaleya Research Institute, bagian dari Kementerian Kesehatan Rusia, meluncurkan uji klinis pada bulan Juni dari vaksin bernama Gam-Covid-Vac. Vaksin ini merupakan kombinasi dari dua adenovirus, Ad5 dan Ad26, keduanya direkayasa dengan gen coronavirus.
Pada 11 Agustus, Presiden Vladimir V. Putin mengumumkan bahwa regulator perawatan kesehatan Rusia telah menyetujui vaksin tersebut, meski belum memasuki uji klinis fase III. Gam-Covid-Vac pun berganti nama menjadi Sputnik V. Para ahli mengecam langkah tersebut karena amat berisiko.
Alhasil, Rusia kemudian menarik kembali pengumuman tersebut, dengan mengatakan bahwa persetujuan itu adalah "sertifikat pendaftaran bersyarat," yang akan bergantung pada hasil positif dari uji coba Klinis III. Uji coba yang awalnya direncanakan hanya untuk 2.000 sukarelawan, diperluas menjadi 40.000.
Pada 4 September, tiga minggu setelah pengumuman Putin, para peneliti Gamaleya menerbitkan hasil uji klinis fase I/II. Melalui sebuah penelitian kecil, mereka menemukan bahwa Sputnik menghasilkan antibodi terhadap virus corona dan efek samping ringan.
Mau tahu lebih jauh mengenai vaksin corona atau penyakit COVID-19? Atau memiliki keluhan kesehatan lainnya? Kamu bisa kok bertanya langsung pada dokter melalui aplikasi Halodoc. Tidak perlu keluar rumah, kamu bisa menghubungi dokter ahli kapan saja dan di mana saja. Praktis, kan?
Referensi:
The New York Times. Diakses pada 2020. Coronavirus Vaccine Tracker
The New York Times. Diakses pada 2020. Different Approaches to a Coronavirus Vaccine
CNN. Diakses pada 2020. Widespread Covid-19 vaccination not likely available until mid-2021, World Health Organization says
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan