Ini 3 Hal Penting yang Perlu Dilakukan saat Isoman di Rumah
“Penambahan kasus positif virus corona di negara kita semakin tajam. Bahkan, sempat menembus angka 40.000 dalam waktu satu hari. Selain itu, tak sedikit pula pasien COVID-19 yang meninggal selama menjalani isolasi mandiri di rumah. Lantas, apa saja hal yang penting yang perlu diperhatikan selama isolasi mandiri?”
Halodoc, Jakarta – Di tengah pandemi COVID-19 di negara kita, tak sedikit pasien COVID-19 yang meninggal selama isolasi mandiri (isoman) di rumah. Menurut data dari Lapor Covid-19, setidaknya ada 451 pasien isolasi mandiri yang meninggal. Provinsi Jawa Barat menjadi yang tertinggi, dengan 160 pasien meninggal di selama isolasi mandiri di rumah.
Nah, karena semakin gentingnya penyebaran COVID-19, mau tak mau kita harus mengetahui pedoman isolasi mandiri di rumah yang aman, tepat, dan efektif. Tujuannya untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.
Lantas, apa saja hal yang perlu diperhatikan selama melakukan isolasi mandiri di rumah?
Baca juga: Anak-Anak Berisiko Rendah Alami COVID-19 yang Parah
Isolasi Mandiri di Rumah, Harus Apa?
Sebenarnya ada banyak hal yang perlu diperhatikan saat menjalani isolasi mandiri di rumah. Selama menjalani isolasi pasien COVID-19 harus disiplin menerapkan pendoman yang telah ditentukan oleh petugas kesehtatan. Tujuannya, untuk meningkatkan peluang kesembuhan, dan mencegah penularan COVID-19 pada anggota keluarga di rumah.
Lantas, apa saja sih hal penting yang perlu diperhatikan saat menjalani isolasi mandiri di rumah? Ada tiga faktor penting yang harus menjadi perhatian utama.
Nah, berikut penjelasan selengkapnya menurut pakar di Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI – RSUP Persahabatan Satgas Waspada dan Siaga COVID-19 PB IDI, dan Satuan Tugas Penanganan COVID-19.
- Teknis Isolasi Mandiri di Rumah
- Ruangan isolasi (pasien) idealnya terpisah dengan anggota keluarga yang lain.
- Jaga jarak dengan orang sehat minimal 1 meter.
- Selalu menggunakan masker untuk mencegah penyebaran virus.
- Terapkan etika batuk dan bersin, menggunakan tisu dan langsung buang ke tempat sampah tertutup, dan cuci tangan sampai bersih.
- Hindari pemakaian barang pribadi bersama. Misalnya alat makan, alat mandi, linen (pakaian dan kain lainnya), dan lainnya.
- Cuci alat makan dengan air dan sabun hingga bersih dan kering.
- Tisu, sarung tangan, dan pakaian yang terpakai oleh pasien harus dimasukkan ke wadah linen khusus, dan terpisah.
- Cuci pakaian dengan mesin cuci suhu 60-90 derajat Celcius dengan deterjen.
- Pembersihan dan desinfektan rutin area yang tersentuh.
- Batasi jumlah perawat yang merawat pasien, pastikan perawat selalu dalam kondisi sehat.
- Batasi pengunjung atau membuat daftar yang mengunjung.
- Tetap berada di rumah dan dapat di kontak.
- Jika harus keluar rumah, gunakan masker, dan hindari menggunakan transportasi umum dan hindari tempat ramai.
- Buatlah sirkulasi udara dengan baik atau ventilasi ruangan yang baik (buka jendela).
Selain itu, sebaiknya sediakan oximeter untuk mencatat saturasi oksigen di tubuh, termometer, dan alat pengukur tensi darah bila memungkinkan.
Hal yang perlu ditegaskan, isolasi mandiri ini ditujukan pada pasien COVID-19 dengan gejala ringan. Sementara itu, pasien dengan gejala berat perlu mendapatkan pengawasan dan penanganan medis langsung dari petugas kesehatan di rumah sakit, atau tempat lainnya.
Baca juga: Kenali Gejala COVID-19 Setelah Vaksinasi
- Tingkatkan Sistem Imun
Sistem imun yang prima amat dibutuhkan untuk mengalahkan serangan virus corona dalam tubuh. Nah, berikut ini hal yang perlu dilakukan untuk meningkatkan sistem imun, selama menjalani isolasi mandiri di rumah.
- Istirahat yang cukup. Untuk orang dewasa sekitar 7-8 jam dan remaja sekitar 9-10 jam sehari.
- Perbanyak makan sayur dan buah. Kandungan vitamin dan mineral sayur dan buah dapat memperkuat sistem imun tubuh.
- Hindari Stres. Stress yang tidak terkendali dan berkepanjangan bisa meningkatkan hormon kortisol. Dalam jangka panjang hormon kortisol ini bisa menurunkan kekebalan sistem imun.
- Hindari rokok dan alkohol. Paparan asap rokok dan alkohol secara berlebih dapat merusak sistem imun.
Selain itu, konsumsilah suplemen atau obat-obatan yang diberikan oleh petugas kesehatan secara teratur. Kamu juga bisa mengonsumsi suplementasi tambahan yang mengandung echinacea, buah mengkudu, daun meniran, vitamin B6, vitamin C, dan E. Pastikan yang sudah ada izin Badan POM.
Di samping itu, bila merasa fit lakukan olahraga ringan di rumah. Jangan pula lupa untuk berjemur minimal 30 menit setiap harinya.
Baca juga: Kasusnya Meningkat, Ini 8 Cara Perkuat Sistem Imun Tangkal Virus Corona
- Layanan Kesehatan Daring
Peran layanan kesehatan daring atau telemedis juga tidak kalah penting selama menjalani isolasi mandiri di rumah. Menurut Satuan Tugas Penanganan COVID-19, dapat membantu pasien COVID-19 dan memberi saran selama menjalani isolasi mandiri di rumah.
“Kabar baik bagi warga Jabodetabek, ada 11 penyedia jasa layanan telemedis sudah akan siap memberikan konsultasi bahkan obat-obatan dan vitamin gratis karena sudah menjalin kerja sama dengan Kementerian Kesehatan,” ujar Juru Bicara Pemerintah untuk COVID-19 dan Duta Adaptasi Kebiasaan Baru, dr Reisa Broto Asmoro
Nah, agar isolasi mandiri di rumah berjalan aman dan efektif, cobalah untuk rutin melakukan konsultasi dengan dokter secara daring. Menurut Reisa, dokter bisa merujuk ke RS apabila timbul gejala berat.
Namun, hal ini adalah hal terakhir yang diinginkan. Selain itu, hal yang perlu ditegaskan adalah masa selesai isolasi mandiri diputuskan oleh dokter yang mengawasi bukan keputusan pribadi.
Nah, bagi kamu atau keluarga yang ingin melakukan konsultasi daring atau telemedis selama isolasi mandiri di rumah, bisa kok bertanya langsung pada dokter melalui aplikasi Halodoc. Kamu juga bisa membeli obat atau vitamin selama menjalani isolasi mandiri melalui Halodoc.
Selanjutnya, apabila dokter merujuk ke rumah sakit, sebaiknya daftarkan diri dan buat janji dengan dokter di rumah sakit pilihan. Dengan begitu, kamu tidak tidak perlu mengantre sesampainya di rumah sakit. Sangat praktis, bukan?