In-depth: Fakta Kesehatan Mental Ibu Rumah Tangga dan Ibu Bekerja yang Perlu Diketahui

Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   27 April 2021
In-depth: Fakta Kesehatan Mental Ibu Rumah Tangga dan Ibu Bekerja yang Perlu DiketahuiIn-depth: Fakta Kesehatan Mental Ibu Rumah Tangga dan Ibu Bekerja yang Perlu Diketahui

Meski terasa berbeda, tetapi ibu bekerja dan ibu rumah tangga sama-sama memiliki tanggung jawab besar pada keluarga sehingga rentan mengalami gangguan kesehatan mental. Jadi, dukungan dari orang terdekat adalah hal yang sangat dibutuhkan.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Peran ibu sangat penting dalam keluarga. Selain menjaga kesehatan fisik, seorang ibu juga dituntut untuk memiliki kesehatan mental yang optimal. Kesehatan mental sendiri merupakan suatu kondisi ketika seseorang menyadari kemampuannya, dapat mengatasi setiap tekanan yang normal, dapat bekerja secara produktif, dan berkontribusi terhadap lingkungan. Ada berbagai faktor yang dapat meningkatkan risiko gangguan terjadinya kesehatan mental, mulai dari kondisi psikologi, sosial, hingga biologi.

Lalu, mengapa seorang ibu dituntut memiliki kesehatan mental yang baik? Ternyata, kesehatan mental seorang ibu dapat memengaruhi kondisi keluarga dan pola asuh anak. Bagi ibu pekerja, tekanan sosial di lingkungan pekerjaan dan rumah bisa menjadi pemicu stres. Sementara bagi ibu rumah tangga, stres sering terjadi karena gangguan rumah tangga yang dialami berulang tanpa penyelesaian yang tepat.

Oleh karena itulah sangat penting mengetahui gejala gangguan kesehatan mental pada ibu, baik ibu bekerja maupun rumah tangga. Tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi juga pasangan dan keluarga. Dengan begitu, permasalahan ini dapat segera ditangani sehingga kualitas kehidupan keluarga pun akan semakin membaik.

Baca juga: Ini Penjelasan Mengapa Ibu Rumah Tangga Lebih Rentan Mengalami Depresi

Mengenal Gangguan Kesehatan Mental yang Terjadi pada Ibu Rumah Tangga dan Ibu Bekerja

Selain sebagai istri, seorang wanita memiliki peran lain dalam keluarga, yaitu menjadi seorang ibu. Tak hanya berperan sebagai pendamping suami secara fisik maupun mental, seorang ibu juga memiliki peran menjadi lingkungan sosial pertama bagi anak sejak dilahirkan. Tentunya, hal ini tidak boleh diabaikan karena berkaitan langsung dengan pola asuh dan tumbuh kembang anak.

Menapaki era yang begitu modern sekarang ini, kebutuhan rumah tangga tentu akan mengalami peningkatan. Kondisi inilah yang membuat ibu memilih untuk bekerja di luar rumah. Selain membantu suami dalam menopang ekonomi rumah tangga, bekerja juga bisa menjadi cara agar ibu bisa memenuhi kebutuhan emosionalnya.

Lalu, apa sebenarnya yang membedakan antara ibu rumah tangga dan ibu bekerja? Secara sederhana, ibu rumah tangga memilih tinggal di rumah dan menyediakan seluruh waktunya untuk keluarga setiap hari. Sementara itu, ibu bekerja memilih untuk berperan sebagai istri, ibu untuk sang buah hati, dan wanita karir. Tidak ada yang lebih berat karena keduanya merupakan pilihan yang baik. Namun, tidak ada salahnya bagi pasangan dan keluarga terdekat untuk tetap memperhatikan kondisi kesehatan ibu baik secara fisik maupun mental.

Menjadi ibu rumah tangga bukan berarti membuat ibu terlepas dari segala tekanan yang dapat memengaruhi kesehatan mentalnya. Begitu juga dengan ibu bekerja yang memiliki tanggung jawab ganda. 

Menurut dr. Rilla Fitrina Sp. KJ, seorang dokter spesialis kedokteran jiwa, stres dan depresi ternyata menjadi dua masalah kesehatan mental yang sangat rentan terjadi pada ibu. Stres merupakan kondisi ketika seseorang tidak mampu lagi mengatasi tekanan mental atau emosional yang dialaminya.

Sebenarnya, stres yang dialami ibu bisa ditangani secara mandiri melalui manajemen stres yang baik jika masih bersifat ringan, begitu yang dikatakan oleh Salma Dias Saraswati, seorang psikolog klinis yang diwawancarai melalui sambungan telepon oleh tim Halodoc. Namun, stres yang terus bertumpuk dan tidak ditangani berkembang menjadi kondisi yang lebih buruk lagi yang dikenal sebagai depresi.

Selain stres dan depresi, baik ibu rumah tangga maupun ibu bekerja juga kerap mengalami kondisi gangguan kecemasan. Ketiga kondisi tersebut rentan terjadi pada ibu rumah tangga akibat beberapa faktor, seperti:

  • Adanya masalah dalam rumah tangga dan kurangnya dukungan dari pasangan atau keluarga terdekat.
  • Mendapatkan tekanan yang sama setiap hari.
  • Kondisi lingkungan sekitar yang kurang mendukung.
  • Tumbuh kembang anak yang secara tidak sadar membuat ibu kerap membandingkan dengan anak lain sehingga menimbulkan perasaan cemas dan khawatir berlebihan. Sebaiknya hindari melakukan hal ini karena kondisi setiap anak tentu berbeda. Lebih baik tanyakan langsung pada dokter anak agar ibu mendapatkan informasi yang tepat. Gunakan aplikasi Halodoc guna memudahkan tanya jawab langsung dengan dokter setiap saat.

Salma menambahkan, ibu rumah tangga akan lebih mudah tersulut emosi ketika terlalu memikirkan kebutuhan keluarga yang harus dipenuhi. Padahal, memenuhi kebutuhan diri sendiri juga tak kalah pentingnya.

Sementara itu, gangguan kesehatan mental pada ibu bekerja sering kali disebabkan karena adanya tanggung jawab ganda dalam keluarga maupun pekerjaan yang harus dikerjakan dalam waktu yang hampir bersamaan. Kondisi ini kerap membuat ibu bekerja merasa lebih sulit untuk memenuhi keduanya. Bahkan, bukan tidak mungkin permasalahan yang terjadi di kantor maupun rumah tangga dapat saling berkaitan. Manajemen waktu yang kurang tepat dan rasa tidak mampu seorang ibu dalam menyelesaikan tekanan yang dialaminya inilah yang dapat memicu munculnya gangguan kesehatan mental.

Tak hanya berkaitan langsung dengan kualitas keluarga maupun tumbuh kembang anak, kesehatan mental yang baik juga memengaruhi kondisi fisik seorang ibu. Melansir dari Mayo Clinic, gangguan kesehatan mental yang dialami seseorang bisa mengakibatkan terganggunya imunitas tubuh sehingga gangguan kesehatan fisik pun lebih rentan terjadi. Tanpa penanganan, kondisi ini juga bisa menjadi pemicu munculnya gangguan jantung, diabetes, hipertensi, dan stroke.

Baca juga: Ibu Bekerja Lebih Rentan Terkena Stres di Kantor

Alasan Ibu Rumah Tangga Mudah Mengalami Gangguan Kesehatan Mental

Menjadi ibu rumah tangga bukan berarti membuat ibu terlepas dari segala tekanan. Ibu rumah tangga justru rentan mengalami stres atau bahkan depresi jika tidak memiliki manajemen stres yang baik. Hal inilah yang dirasakan oleh Tri Wahyuni Handayani (29), seorang ibu rumah tangga yang diwawancara langsung oleh tim Halodoc melalui video call.

Tia menuturkan, menjadi ibu rumah tangga memerlukan kesabaran ekstra, terlebih tanpa bantuan asisten rumah tangga untuk mengurus kebutuhan suami, anak-anak dan pekerjaan rumah. Diperlukan strategi khusus antara suami dan istri dalam pembagian tugas agar ibu masih memiliki waktu untuk melakukan me time sebagai salah satu stress relief. Selain tugas yang dibebankan pada ibu, berikut sejumlah alasan mengapa ibu rumah tangga rentan mengalami stres atau depresi:

  • Sering Dihakimi

Bagaimana keadaan rumah, anak, dan suami seolah-olah hanya menjadi tanggung jawab ibu. Jika terjadi masalah dari ketiganya, hanya ibu yang perlu bertanggung jawab. Padahal, ibu tetap manusia yang bisa salah dan tentu saja butuh bantuan.

  • Merasa Tidak Mendapat Pengakuan

Banyak sekali ibu memiliki peran ganda sebagai ibu rumah tangga sekaligus wanita karir. Nah, kondisi tersebut membuat banyak ibu rumah tangga minder dan merasa tidak diakui karena hanya berada di dalam rumah.

  • Sedikit Waktu Luang untuk Me Time

Pekerjaan yang tidak ada habisnya membuat ibu rumah tangga tidak memiliki waktu luang untuk memanjakan diri sehingga gejala stres rentan terjadi. Inilah mengapa peran ayah sangat dibutuhkan untuk menggantikan ibu meski hanya beberapa saat. Mungkin, lebih baik lagi jika ayah dan ibu membuat komitmen pembagian tugas rumah tangga guna mengurangi beban pekerjaan ibu.

  • Mengerjakan Seluruh Aktivitas Rumah Tangga

Salah besar jika menganggap ibu rumah tangga hanya mengerjakan pekerjaan fisik saja. Ibu rumah tangga juga harus memiliki keterampilan berpikir untuk melaksanakan tugasnya, seperti menghitung anggaran keuangan pengeluaran dan pemasukan, mengatasi berbagai masalah anak, atau hanya sekadar memikirkan menu makan keluarga.

Terkait hal tersebut, akan lebih baik jika ibu dan ayah mendiskusikan pembagian pekerjaan, termasuk beban tanggung jawab yang membutuhkan keterampilan berpikir. Misalnya, ayah bisa memegang kendali besarnya pemasukan rumah tangga, lalu ibu yang mengatur.

Secara sederhana, sebagai ibu rumah tangga, tidak ada salahnya untuk mendiskusikan pembagian tugas rumah tangga pada pasangan agar ibu tidak merasa terbebani dengan pekerjaan yang tiada habisnya atau merasa mengerjakan semuanya sendiri. Jangan lupa untuk mengucapkan terima kasih pada ayah karena sudah dibantu meringankan tugas ibu. Ucapan terima kasih menjadi salah satu penghargaan sederhana yang bisa membuat pasangan merasa dihargai.

Memang benar, ibu tentu lebih teliti dan telaten dalam mengerjakan semua pekerjaan dibandingkan dengan pasangan. Namun, jangan sampai mengritik pasangan hanya karena menyelesaikan pekerjaan rumah tangga dengan hasil yang tidak sesuai seperti standar ibu. Ini hanya akan memicu konflik rumah tangga baru. Jadi, saling menghargai sudah cukup.

Baca juga: Inilah Alasan Pentingnya Me Time untuk Ibu Saat Pandemi

Tanggung Jawab Hingga Work Family Conflict bagi Ibu Bekerja

Setelah menikah, wanita memiliki peran sebagai pendamping pasangan. Nyatanya, kini keberadaan wanita atau istri sudah lebih dari sekedar pendamping. Istri juga bisa menjadi penentu kondisi keluarga hingga pemegang kendali ekonomi rumah tangga.

Banyak hal yang bisa dilakukan oleh istri sebagai pengatur ekonomi rumah tangga, mulai dari mengelola pemasukan hingga bekerja dan membantu menopang finansial keluarga. Namun, tidak jarang, keputusan ibu untuk kembali bekerja biasanya karena keinginannya untuk menghargai kemampuan diri sendiri. 

“Alasan khusus saya menjadi ibu bekerja karena ingin memiĺki lebih banyak pengetahuan. Tidak menutup ruang hidup saya dengan dunia luar, tapi tetap menomorsatukan suami dan anak.” Ungkap Husnul Mulyani (32), seorang ibu bekerja ketika diwawancara oleh tim Halodoc melalui sambungan telepon. Jadi, apapun keputusan yang dijalani, semuanya merupakan yang terbaik bagi masing-masing keluarga.

Hal yang perlu dilakukan oleh suami atau kerabat dekat adalah menjaga kesehatan mental ibu tetap optimal agar ibu tetap bisa menjalani semua peran dengan baik. Bukan hanya ibu rumah tangga, melainkan juga bagi ibu pekerja.

Lalu, apa yang menyebabkan ibu bekerja mengalami stres maupun depresi? Tanggung jawab ganda menjadi penyebab utama ibu bekerja mengalami stres bahkan depresi. Tentu saja, hal ini bisa menyebabkan terganggunya hubungan dengan keluarga, rekan kerja, hingga tumbuh kembang anak.

Munculnya dua tanggung jawab berbeda yang harus diselesaikan dalam waktu yang hampir bersamaan membuat ibu bekerja lebih sulit menjalani peran tersebut. “Ibu bekerja juga rentan mengalami depresi dan kecemasan biasanya karena tekanan dari pekerjaan dan mungkin juga dari keluarga (anak), tetapi umumnya lebih ringan karena tidak jenuh terhadap lingkungan.” Ungkap dr. Rilla Fitrina.

Selain itu, ibu bekerja juga rentan mengalami work family conflict. Kondisi ini terjadi ketika peran rumah tangga berbenturan langsung dengan peran pekerjaan. Work family conflict juga terdiri dari dua kondisi yang berbeda, seperti misalnya tanggung jawab rumah tangga yang mencampuri urusan pekerjaan atau sebaliknya.

Ada beberapa faktor yang bisa memicu terjadinya work family conflict pada ibu bekerja, yaitu:

  • Tekanan waktu;
  • Kondisi dan keluarga;
  • Kepuasaan pekerjaan;
  • Lingkungan pekerjaan.

Guna mengatasi hal ini, tentunya ibu bekerja membutuhkan pengetahuan yang mumpuni dalam menyusun strategi dan tak lupa juga dukungan dari keluarga. “Peran suami membantu meringankan beban istri. Ketika ada support dari suami, ibu bisa mengatur emosi dengan baik karena merasa tidak sendiri.” Tutur Salma pada tim Halodoc.

Menurutnya, langkah awal yang bisa dilakukan para suami dalam mengatasi gangguan kesehatan mental yang dialami oleh ibu bekerja akibat work family conflict yaitu dengan meringankan beban pekerjaan.

Pasangan hendaknya membantu pekerjaan rumah untuk meringankan tanggung jawab ibu bekerja. Selain itu, tidak ada salahnya sesekali memberikan kesempatan pada ibu untuk rehat dengan mengajaknya berjalan-jalan atau membiarkan ibu menikmati “me time” untuk mengembalikan kondisi hati.

“Rutinitas yang monoton dapat menyebabkan seseorang rentan mengalami stres yang berkembang menjadi depresi. Cara agar mental lebih baik adalah memiliki waktu yang berkualitas saat beristirahat (me time)”, ujar dr. Rilla.

Pendapat ini juga dikuatkan oleh Husnul. Ia mengatakan pentingnya me time bagi dirinya sendiri, “Me time itu penting buat saya, dan me time saya adalah istirahat yg cukup.”

Inilah mengapa, sangat penting bagi suami memastikan kondisi kesehatan mental para istri yang menjalani peran ganda sebagai ibu bekerja sekaligus ibu rumah tangga. Jangan ragu untuk mengajak pasangan bercerita lebih banyak mengenai kondisi hatinya, saat ibu mengalami perubahan suasana hati, lebih mudah sakit, atau mengalami penurunan nafsu makan. Beberapa tanda tersebut bisa menandakan kondisi stres yang perlu segera diatasi.

Segera lakukan pemeriksaan jika ibu selalu mengeluhkan sakit kepala, kehilangan energi, merasa kelelahan terus-menerus, atau bahkan mengalami penurunan gairah seksual. Tidak perlu repot, ibu bisa menggunakan aplikasi Halodoc dan mengajak ayah untuk berbicara langsung dengan psikolog agar masalah yang dialami bisa mendapatkan penanganan yang tepat.



Tips Mengatasi Gangguan Kesehatan Mental Ibu Rumah Tangga dan Ibu Bekerja

Mental dan fisik merupakan satu kesatuan. Artinya, menjaga kesehatan mental sama pentingnya seperti menjaga kesehatan fisik. Seseorang dengan mental yang sudah terganggu, fisiknya tentu dapat bermasalah. Saat stres, seseorang cenderung memiliki tekanan darah tinggi sehingga memicu timbulnya stroke atau diabetes melitus.

Stres dan depresi yang dialami oleh ibu rumah tangga dan ibu bekerja awalnya bersifat ringan. Namun, jika sejumlah tanda dibiarkan menumpuk tanpa penyelesaian, maka stres bisa berujung pada depresi dengan gejala yang lebih intens dan pemicu yang beragam. Bisa dikatakan, depresi merupakan stres yang tidak ditangani dengan cara yang tepat.

Lantas, apa kondisi yang menjadi pemicu gangguan kesehatan mental pada ibu rumah tangga dan ibu bekerja? Tak lain dan tak bukan adalah banyaknya masalah dalam rumah tangga atau pekerjaan dan manajemen stres yang kurang baik. Ini akan membuat ibu menjadi lebih emosional. Bagi ibu rumah tangga, penyebab utama adalah lupa pada kondisi diri sendiri karena terlalu sibuk mengurus orang lain.

Jangan dibiarkan, karena jika kondisi tersebut berlarut-larut, baik ibu rumah tangga maupun ibu bekerja akan sangat dirugikan. Atasi masalah gangguan kesehatan mental pada pada ibu rumah tangga dan ibu bekerja dengan cara berikut ini:

  • Lakukan Me Time

Banyak ibu yang merasa bersalah saat melakukan me time dengan alasan meninggalkan anak dan keluarga. Apalagi bagi ibu yang bekerja, rasa bersalah bisa dirasakan dua kali lipat karena sehari-hari sudah sibuk bekerja di kantor. Sebenarnya, hal tersebut jadi masalah perspektif masing-masing ibu. Padahal jika dipikirkan, me time tidak membutuhkan waktu lama. Hanya satu atau dua jam yang penting berkualitas. 

Bisa dibilang, me time menjadi salah satu hal penting untuk mencegah terjadinya stres akibat rutinitas sehari-hari yang monoton. Namun, jika ibu lebih suka meluangkan waktu dengan anak, mungkin saja me time bisa dilakukan di area playground

  • Hindari Lingkungan Sosial yang Toxic

Ternyata, faktor sosial dapat memengaruhi ibu rumah tangga dan ibu bekerja. Stres pada ibu rumah tangga biasanya disebabkan oleh lingkungan sekitar, seperti gosip para tetangga, kehidupan pribadi yang selalu dibandingkan dengan orang lain, bahkan pola asuh anak. Sedangkan pada ibu bekerja, stres biasanya disebabkan oleh lingkungan kerja yang tidak sehat.

Guna mencegah terjadinya sejumlah kondisi tersebut, mau tidak mau ibu harus menghindarinya. Caranya bisa dilakukan dengan pindah dari lingkungan toxic tersebut atau menutup telinga rapat-rapat jika memilih untuk menetap.

  • Mengonsumsi Makanan Sehat dan Bergizi Seimbang

Mengonsumsi makanan yang mengandung serotonin tinggi sangat disarankan guna membantu mengendalikan siklus tidur. Serotonin berperan untuk merangsang bagian otak yang mengendalikan siklus tidur dan mampu menjaganya dengan baik. Saat waktu tidur cukup, otak pun dapat beristirahat dengan baik. Hal tersebut juga menjadi salah satu langkah untuk mengatasi atau mencegah stres pada ibu rumah tangga dan ibu bekerja.

  • Meminta Dukungan Suami

Salah satu bentuk dukungan suami yang sangat membantu adalah meringankan pekerjaan rumah. Baik ibu rumah tangga maupun ibu bekerja, pekerjaan rumah terkadang tidak ada habisnya. Apalagi saat pulang kantor melihat kondisi rumah masih berantakan. Selain membantu melakukan pekerjaan rumah, ibu bisa meminta suami mengajak jalan-jalan, atau sekedar menonton film romantis berdua.

  • Meminta Dukungan Para Ahli

Jika ibu sulit mengendalikan emosi, lebih cerewet, atau bahkan lebih banyak diam, sepertinya ibu memerlukan dukungan dari para ahli. Terkait hal tersebut, ibu bisa mendiskusikan perasaan atau masalah yang dialami dengan psikolog atau psikiater di aplikasi Halodoc, ya.

Referensi 
Mayo Clinic. Diakses pada 2021. Mental Illness.
Jurnal Psikologi Tabularasa. Diakses pada 2021. Perbedaan Stres Ditinjau dari Ibu Bekerja dan Ibu Tidak Bekerja.
Jurnal Sosial Budaya. Diakses pada 2021. Work Family konflik pada ibu bekerja (Studi Fenomenologi dalam Perspektif Gender dan Kesehatan Mental)
Mental Health Foundation. Diakses pada 2021. Stress.
National Institute of Mental Health. Diakses pada 2021. Anxiety Disorders.
Huffpost. Diakses pada 2021. 7 Reasons Your Wife Is Stressed Out All the Time.
Very Well Mind. Diakses pada 2021. How to Keep Housework From Hurting Your Marriage.