Ibu Hamil Pengidap Diabetes Rentan Alami Polihidramnion
Halodoc, Jakarta – Polihidramnion adalah kondisi medis yang mengacu pada jumlah cairan ketuban berlebih di sekitar janin. Pada janin, ginjal berfungsi menghasilkan cairan ketuban yang mengalir ke dalam rahim melalui urine.
Janin kemudian menelan cairan dan menyerapnya kembali sebagai gerakan pernapasannya. Tindakan menelan ini berguna untuk menyeimbangkan jumlah cairan ketuban di dalam rahim. Proses ini bertujuan untuk menyeimbangkan produksi dan penyerapan cairan ketuban. Ketika ada gangguan yang memengaruhi keseimbangan, komplikasi dapat terjadi pada ibu hamil dan janin.
Baca Juga: Agar Tak Panik, Ketahui 5 Mitos Kehamilan Ini
Tanda dan Gejala Polihidramnion pada Ibu Hamil
Ibu hamil dengan polihidramnion seringkali tidak memiliki tanda atau gejala. Ketika gejalanya muncul, pengidap bisa kesulitan bernapas, terjadi kontraksi, bayi lahir prematur, atau nyeri di perut. Ukuran bayi yang lebih besar sekitar lebih dari empat kilo atau lebih dari yang diperkirakan usia janin juga termasuk gejala polihidramnion.
Penyebab Polihidramnion Rentan Dialami Ibu Hamil dengan Diabetes
Jenis diabetes yang diidap ibu hamil berbeda dengan diabetes pada umumnya. Penyakit ini dinamakan diabetes gestasional yang diakibatkan oleh naiknya kadar hormon di dalam tubuh saat hamil. Kondisi ini muncul akibat bertambahnya jumlah hormon kehamilan yang dapat menghambat kerja insulin. Itu sebabnya, gula darah akan naik dan disimpan sebagai lemak oleh tubuh ibu hamil.
Kadar gula darah yang terus meningkat menyebabkan berat badan janin naik hingga di atas rata-rata. Akibatnya, perubahan hormon insulin ini memicu produksi air ketuban yang berlebih, sehingga menyebabkan polihidramnion.
Risiko dan Komplikasi Polihidramnion pada Ibu Hamil
Berikut risiko dan komplikasi yang bisa dialami oleh ibu hamil saat mengidap polihidramnion:
- Kontraksi lebih cepat.
- Bayi lahir prematur.
- Pemisahan plasenta dari dinding rahim lebih cepat.
- Pecah air ketuban terlalu dini.
- Sesak napas.
- Relaksasi berlebihan.
- Kurangnya nada rahim setelah persalinan.
- Perdarahan yang tidak terkontrol setelah persalinan.
- Kelainan bawaan pada bayi.
- Ukuran atau posisi bayi abnormal, sehingga menyulitkan persalinan.
- Posisi tali pusar yang tidak pas. Contohnya tali pusar terperangkap pada janin, sehingga membatasi pasokan oksigen untuk janin.
- Keguguran.
Baca Juga: Cari Tahu Masalah Kulit Pada Masa Kehamilan
Diagnosis Polihidramnion pada Ibu Hamil
Untuk membuat diagnosis polihidramnion, dokter memerlukan bantuan pemeriksaan USG. Dengan menggunakan gelombang ultrasonik, dokter kandungan bisa mengukur jumlah cairan ketuban di dalam rahim dan mencari kelainan janin. Pemeriksaan lain untuk mendiagnosis polihidramnion, meliputi:
- Tes darah untuk memeriksa diabetes ibu hamil atau adanya infeksi.
- Amniosentesis, yaitu prosedur pemeriksaan dengan menggunakan sampel cairan ketuban dari rahim dan mengirimkannya ke laboratorium untuk analisis genetik.
Pengobatan Polihidramnion pada Ibu Hamil
Untuk mengobati polihidramnion, dokter mengurangi jumlah cairan ketuban di dalam rahim. Tujuannya agar menyelamatkan kehamilan dari keguguran dan meringankan kondisi ibu hamil. Terdapat satu metode yang dilakukan dokter kandungan untuk mengurangi jumlah cairan, yaitu amniosentesis atau disebut juga dengan amnioreduksi.
Amniosentesis merupakan prosedur pengambilan cairan dari rahim. Namun hingga kini, para ahli medis belum menemukan jumlah pasti tentang seberapa banyak cairan yang harus dikeluarkan atau seberapa cepat untuk menariknya. Beberapa obat yang bisa dikonsumsi untuk meringankan kondisi polihidramnion meliputi inhibitor prostaglandin sintetase atau sulindac (golongan antiinflamasi nonsteroid).
Baca Juga: Mitos Mengenai Penyebab Keguguran yang Perlu Diketahui
Itulah informasi seputar polihidramnion yang perlu ibu ketahui. Jika ada masalah seputar kehamilan yang ingin dibicarakan, jangan ragu menghubungi dokter Halodoc. Melalui fitur Talk to A Doctor yang ada di aplikasi Halodoc, Ibu bisa berbicara dengan dokter kapan saja dan di mana saja via Chat, dan Voice/Video Call. Yuk, segera download aplikasi Halodoc di App Store atau Google Play!