Hubungan Obesitas dan Depresi yang Perlu Diwaspadai
Halodoc, Jakarta - Obesitas menjadi penyakit yang umum terjadi pada banyak orang di dunia. Ini terjadi karena kebiasaan makan dan juga kurang gerak. Obesitas adalah kondisi yang harus dihindari, karena memicu banyak penyakit kronis, mulai dari jantung, diabetes, dan kanker.
Namun, obesitas juga bukan hanya terjadi karena gaya hidup, depresi yang dialami seseorang bisa memicu kondisi ini. Nah, berikut ini akan dijelaskan alasan keduanya saling berhubungan. Berikut penjelasannya!
Benarkah Depresi Sebabkan Obesitas?
Orang dengan depresi atau kecemasan dapat mengalami kenaikan berat badan atau bisa juga penurunan berat badan karena kondisi mereka atau obat-obatan yang merawat mereka. Depresi dan kecemasan dikaitkan dengan makan berlebihan, pilihan makanan yang buruk, dan gaya hidup yang lebih santai. Seiring waktu, kenaikan berat badan ini pun akan menyebabkan obesitas.
Centers for Disease Control and Prevention menyebutkan bahwa di Amerika Serikat, sekitar 43 persen orang dewasa yang alami depresi mengalami obesitas. Demikian juga untuk anak-anak, mereka yang alami depresi kerap kali memiliki BMI lebih tinggi daripada anak-anak yang tidak depresi.
Baca juga: Meski Bercanda, Mengejek Fisik Orang Bisa Sebabkan Depresi
Apakah Juga Berlaku Sebaliknya?
Obesitas juga sering dikaitkan dengan masalah emosional, seperti kesedihan, kecemasan, dan depresi. Sebuah studi menemukan bahwa orang yang mengalami obesitas memiliki risiko 55 persen lebih besar untuk mengembangkan depresi selama hidup mereka daripada orang yang memiliki tubuh yang ideal. Obesitas dan kondisi berat badan lainnya juga dapat menyebabkan masalah kesehatan fisik, seperti nyeri sendi, diabetes, dan hipertensi.
Baca juga: 3 Gangguan Kesehatan Gara-Gara Body Image
Apakah Jenis Pengobatan yang Dilakukan Jadi Penyebabnya?
Sejauh ini, memang ditemukan banyak resep antidepresan yang menimbulkan efek samping seperti kenaikan berat badan. Hal ini menjadi efek samping yang umum dan sulit dihindarkan.
Namun, hal ini juga berlaku pada terapi manajemen berat badan dapat menyebabkan naik turunnya emosi yang kemudian mengarah pada depresi. Mencoba berbagai jenis diet juga memperbesar peluang kegagalan atau kemunduran kondisi kejiwaan seseorang.
Oleh karena itu, kamu harus menemui tim ahli untuk membimbing, mendorong, dan bertanggung jawab akan metode pengobatan ini. Carilah rencana perawatan yang sesuai untuk kedua kondisi tersebut. Kamu bisa konsultasikan dengan dokter melalui chat di Halodoc terlebih dahulu untuk mendapatkan gambaran yang sesuai dengan kondisimu.
Baca juga: Apakah Itu Body Positivity?
Adakah Hal yang Bisa Diandalkan untuk Mengatasi Dua Hal Ini?
Strategi pencegahan untuk obesitas dan depresi bisa jadi berbeda, tetapi beberapa memang tumpang tindih. Kamu bisa mengurangi risiko untuk kedua kondisi tersebut jika kamu melakukan beberapa hal, seperti:
-
Tetap Aktif. Olahraga mampu meningkatkan endorfin. Hormon ini dapat memerangi depresi secara alami, menurunkan berat badan, dan membuat merasa lebih baik secara keseluruhan. Lakukan olahraga setidaknya sekali satu minggu untuk melihat dampaknya.
-
Berbicara dengan Ahli. Terapi menjadi pendekatan yang baik untuk banyak masalah. Dari depresi hingga obesitas, seorang terapis atau psikiater dapat membantu kamu memproses faktor-faktor emosional yang disebabkan oleh kedua kondisi tersebut. Mereka juga dapat membantu kamu menerima perubahan yang kelak akan meningkatkan kualitas hidup kamu.
-
Disiplin dalam Menjalani Pengobatan. Jika dokter telah mendiagnosis salah satu kondisi, mereka kemungkinan ia akan memberikan resep obat, perubahan pola makan, atau membuat saran lain untuk mengatasinya. Usahakan untuk tetap berpegang pada pedoman ini. Dengan begini, kamu bisa meminimalkan efek samping dan komplikasi lainnya.
Itulah hubungan antara obesitas dan depresi yang perlu diwaspadai. Ingat, selalu jaga kesehatan fisik dan mental kamu dengan baik akan terhindar dari berbagai jenis gangguan.