Hipersomnia dan Insomnia Tidak Sama, Ini Bedanya
Halodoc, Jakarta - Kamu tentu tidak asing dengan istilah insomnia, bukan? Gangguan tidur ini memang cukup umum dialami. Namun, jika berbicara soal gangguan tidur, tentu tidak sebatas insomnia saja. Salah satu yang juga perlu diketahui adalah hipersomnia.
Jika insomnia menyebabkan pengidapnya sulit tidur, hipersomnia kebalikannya. Gangguan tidur ini membuat pengidapnya terserang kantuk secara berlebihan. Ingin tahu lebih lanjut perbedaan insomnia dan hipersomnia? Yuk, simak pembahasannya!
Baca juga: Anak Mengalami Sulit Tidur? Waspadai Risiko Penyakit Ini
Mengetahui Perbedaan Hipersomnia dan Insomnia
Secara umum, perbedaan hipersomnia dan insomnia terletak pada gejala dan penyebabnya. Berikut ini dijelaskan satu persatu:
1.Perbedaan Gejala Hipersomnia dan Insomnia
Perihal gejala, kedua gangguan tidur ini memiliki perbedaan yang mencolok. Secara sederhana, seperti dijelaskan di awal, gejala insomnia adalah sulitnya tidur di malam hari, sedangkan hipersomnia adalah mudah mengantuk. Namun, ada berbagai gejala lain yang juga bisa menjadi tanda.
Gejala-gejala yang bisa terjadi pada pengidap hipersomnia adalah:
- Selalu mengantuk di siang hari.
- Masih mengantuk walaupun sudah tidur lama.
- Merasa sangat lelah.
- Sensitif, sering cemas, dan mudah marah.
- Sulit konsentrasi dan mengingat sesuatu.
- Nafsu makan menurun.
Sementara itu, gejala yang dapat dialami oleh pengidap insomnia adalah:
- Sulit terlelap atau memulai tidur di malam hari.
- Sering terbangung tengah malam.
- Tubuh terasa lelah saat bangun tidur.
- Sering mengantuk dan kelelahan di siang hari.
- Sakit kepala.
- Sulit konsentrasi.
- Mudah marah, cemas, dan sedih berlebihan.
Baca juga: Mengenal Sleep Hygiene, Trik Membuat Anak Tidur Lebih Lelap
2.Perbedaan Penyebab Hipersomnia dan Insomnia
Selain dari segi gejala, hipersomnia dan insomnia juga berbeda dalam hal penyebab. Hipersomnia adalah jenis gangguan tidur di mana pengidapnya merasa lelah dan ingin tidur, meski sudah cukup tidur. Gangguan tidur ini juga terjadi pada sindrom putri tidur, dan tampak mirip dengan narkolepsi.
Narkolepsi adalah gangguan neurologis yang menyebabkan pengidapnya tidur tiba-tiba dan sulit dicegah. Kondisi ini sebenarnya berbeda dengan hipersomnia, karena pengidap hipersomnia masih bisa menahan kantuknya.
Soal penyebab, ada beberapa hal yang bisa jadi pemicu hipersomnia, yaitu:
- Gaya hidup yang tidak sehat.
- Obesitas atau kegemukan.
- Mengidap gangguan tidur lain, seperti sleep apnea atau narkolepsi.
- Depresi.
- Pernah mengalami cedera kepala.
- Efek samping obat-obatan tertentu.
- Faktor genetik atau keturunan.
Sementara itu, insomnia adalah gangguan tidur di mana pengidapnya merasa kesulitan untuk tidur di malam hari. Selain itu, pengidap insomnia juga sering terbangun saat tidur, bangun terlalu dini, dan merasa lelah saat bangun tidur. .
Berdasarkan tingkat keparahannya, insomnia terbagi menjadi dua, yaitu akut dan kronis. Insomnia akut berlangsung selama satu hari hingga beberapa minggu, sedangkan insomnia kronis terjadi lebih dari itu atau berkepanjangan.
Baca juga: Ketahui Inilah Alasan Mengapa Anak Perlu Tidur Siang
Ada banyak hal yang dapat memicu terjadinya insomnia, yaitu:
- Stres.
- Mengidap depresi.
- Memiliki gaya hidup yang tidak sehat.
- Penggunaan obat-obatan tertentu.
- Kebiasaan tidur yang kurang baik.
- Sering mengalami perubahan jadwal tidur, termasuk jet lag, atau bekerja dengan sistem shifting.
Itulah beberapa hal yang jadi perbedaan hipersomnia dan insomnia. Kedua gangguan tidur ini tidak boleh dianggap sepele, terutama jika sudah berkepanjangan. Sebab, baik hipersomnia atau insomnia dapat menyebabkan kualitas hidup pengidapnya menurun, dan mengganggu produktivitas.
Jika kamu atau orang terdekat ada yang mengalami hipersomnia atau insomnia, sebaiknya segera bicarakan pada dokter di aplikasi Halodoc. Dengan begitu, penanganan terhadap gangguan tidur yang dialami bisa dilakukan secepatnya.