Hati-Hati Shaken Baby Syndrome Saat Mengayun Bayi

Ditinjau oleh  dr. Fadhli Rizal Makarim   12 Maret 2020
Hati-Hati Shaken Baby Syndrome Saat Mengayun BayiHati-Hati Shaken Baby Syndrome Saat Mengayun Bayi

Halodoc, Jakarta – Bayi yang menggemaskan memang terkadang membuat ayah atau ibu tidak sadar melakukan hal yang kurang tepat saat mengajaknya bermain. Salah satunya dengan mengayun, misalnya ayah yang biasanya suka mengayunkan Si Kecil untuk membuatnya tertawa.

Sebenarnya, tidak masalah mengayun sang buah hati. Namun, perlu diketahui pula, mengayun bayi terlalu kencang bisa mengakibatkan terjadinya shaken baby syndrome. Untuk itu, perhatikan tanda-tanda shaken baby syndrome yang perlu dipahami.

Shaken Baby Syndrome Bisa Berakibat Fatal pada Bayi

Dilansir dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), shaken baby syndrome (SBS) adalah bentuk kekerasan pada anak berupa guncangan yang hebat pada kepala. Kondisi ini rentan dialami oleh bayi berusia kurang dari 2 tahun. Jangan anggap remeh, shaken baby syndrome bisa berakibat fatal, seperti:

  • Pendarahan Otak. Saat bayi mengalami guncangan hebat, otak mengalami perputaran atau pergeseran aksis (batang otak). Akibatnya, saraf dan pembuluh darah otak akan robek, sehingga memicu kerusakan dan pendarahan otak.

  • Kerusakan Saraf. Guncangan yang hebat juga bisa menyebabkan kerusakan saraf permanen.

  • Cedera Leher dan Tulang Belakang. Bayi berusia kurang dari 2 tahun masih memiliki batang leher yang rapuh, sehingga ketika mengalami guncangan keras, cedera bagian leher dan tulang belakang rentan terjadi.

  • Cedera Mata. Cedera bisa berupa perdarahan salah satu atau kedua retina mata. Sayangnya, masalah ini sering tidak terdeteksi karena bayi belum bisa mengeluhkan gangguan penglihatan yang dialaminya.

  • Kematian. Sekitar 10-12 persen kematian bayi di Amerika Serikat disebabkan karena shaken baby syndrome.

Baca juga: 7 Kesalahan yang Sering Dilakukan Orangtua pada Anak

 

Penyebab Shaken Baby Syndrome

SBS bisa terjadi karena pergerakan yang dilakukan oleh bayi sendiri, tetapi lebih sering disebabkan oleh tindakan orang dewasa mengguncang bayi secara keras. Sebagian besar kasus SBS yang disengaja biasanya dilakukan oleh ayah, pengasuh anak, dan orangtua yang mengalami stres secara sosial, biologis atau finansial, sehingga mudah melakukan tindakan yang impulsif dan agresif, seperti dilansir dalam Sultan Qaboos University Medical Journal.

Sementara itu, kasus SBS yang tidak disengaja, kebanyakan orangtua sering melakukan kebiasaan yang tanpa sadar bisa menyebabkan bayi mengalami sindrom ini, seperti menaruh bayi di ayunan, mengguncang saat menggendong, mengguncang bayi dengan tangan atau kaki, dan melempar bayi ke udara.

Baca juga: 4 Cara Menggendong Bayi yang Perlu Orang Tua Ketahui

 

Gejala Shaken Baby Syndrome

Tergantung dari tingkat keparahan kondisi yang dialami bayi, SBS bisa menimbulkan gejala yang ringan maupun yang sangat berat. Gejala yang ringan sering tidak disadari dan dapat membaik seiring berjalannya waktu.

Namun, SBS juga bisa menyebabkan gejala yang sangat parah, seperti hilang kesadaran, kejang sampai kematian. Gejala awal yang dialami oleh bayi sesaat setelah diguncang secara hebat adalah bayi menjadi rewel, muntah-muntah, tidak mau makan dan lebih banyak tidur. Gejala ini bisa berlangsung selama beberapa hari sampai beberapa minggu.

Sedangkan bayi yang sudah mengalami pendarahan otak akan menunjukkan gejala seperti hilang kesadaran, kejang, muntah, malas menyusu, dan kurang aktif, seperti dilansir dari Mayo Clinic.

Kerusakan otak yang berat akibat SBS membuat bayi mengalami gangguan pernapasan sampai berhenti bernapas. Namun, bayi yang mengalami kerusakan otak juga bisa menunjukkan gejala yang tidak spesifik, sehingga sulit diketahui. Akibatnya, ketika sudah besar, anak tersebut mengalami gangguan belajar atau gangguan perilaku.

Baca juga: Jangan Disepelekan! Ini Pentingnya Fase Merangkak pada Bayi

Waspada jika bermain dengan sang buah hati ya, bu. Jika Si Kecil menjadi rewel tanpa sebab, segera periksakan ke rumah sakit terdekat untuk mengetahui kondisinya. Gunakan aplikasi Halodoc agar pemeriksaan sang buah hati lebih mudah. 

 

Referensi:

IDAI. Diakses pada 2020. Shaken Baby Syndrome

Al-Saadoon, Muna, et al. 2011. Diakses pada 2020. Shaken Baby Syndrome as a Form of Abusive Head Trauma. Sultan Qaboos University Medical Journal 11(3): 322-327

Mayo Clinic. Diakses pada 2020. Shaken Baby Syndrome