Hati-Hati, Fobia Bisa Sebabkan Depresi
Halodoc, Jakarta – Ketika fobia menjadi dinding pembatas terhadap apa yang kamu kerjakan sehari-hari, kondisi ini dapat menyebabkan kecemasan dan depresi yang parah. Pengidap fobia memiliki kecenderungan untuk menghindar kontak dengan hal yang menyebabkan mereka takut dan cemas.
Misalnya, seseorang dengan rasa takut terhadap laba-laba (arachnophobia) mungkin tidak ingin menyentuh laba-laba atau bahkan melihat gambarnya. Dalam beberapa kasus, seseorang dapat mengembangkan fobia di mana mereka menjadi takut mengalami kecemasan itu sendiri karena rasanya sangat tidak nyaman.
Ketakutan ini bisa saja muncul meski pengidapnya tidak sedang berada dalam situasi pemicu. Otak mampu menciptakan reaksi terhadap situasi yang menakutkan, bahkan ketika sebenarnya situasi tersebut tidak ada.
Baca juga: Ketakutan yang Berlebihan, Ini Fakta Dibalik Fobia
Beberapa area otak menyimpan dan mengingat peristiwa berbahaya atau berpotensi mematikan. Jika seseorang menghadapi peristiwa serupa di kemudian hari, area-area otak mengambil ingatan yang membuat stres yang kadang-kadang lebih dari sekali. Ini menyebabkan tubuh mengalami reaksi yang sama.
Area otak orang yang mengalami fobia kerap memutar ulang pengalaman terpapar kondisi yang tidak menyenangkan tersebut dan menyimpannya dalam ingatan. Para peneliti telah menemukan bahwa fobia sering dikaitkan dengan amigdala, yang terletak di belakang kelenjar hipofisis di otak. Amigdala dapat memicu pelepasan hormon yang menempatkan tubuh dan pikiran dalam keadaan sangat waspada dan tertekan.
Penting untuk mengetahui perubahan fisik dan psikis yang kamu alami ketika kamu mengidap fobia tertentu. Orang dengan fobia sering mengalami serangan panik. Ini bisa sangat menakutkan dan menyedihkan. Gejalanya sering muncul tiba-tiba dan tanpa peringatan. Selain perasaan cemas yang luar biasa, serangan panik dapat menyebabkan gejala fisik, seperti:
-
Berkeringat
-
Gemetaran
-
Wajah memerah dan menggigil
-
Sesak napas
-
Mengalami sensasi tersedak
-
Detak jantung yang cepat
-
Rasa sakit atau sesak di dada
-
Sensasi kupu-kupu di perut
-
Mual
-
Sakit kepala dan pusing
-
Merasa lemah
-
Mati rasa
-
Mulut kering
-
Kebutuhan untuk pergi ke toilet sesering mungkin
-
Telinga mendenging
-
Kebingungan atau disorientasi
Perawatan Fobia untuk Mencegah Depresi
Fobia sangat dapat diobati, di mana orang-orang yang memilikinya hampir selalu menyadari gangguan mereka. Sejatinya, kesadaran kalau kamu mengidap fobia akan sangat membantu diagnosis.
Baca juga: Sering Ganggu Aktivitas, Bisakah Fobia Disembuhkan?
Diskusikanlah dengan seorang psikolog atau psikiater adalah langkah pertama yang berguna dalam mengobati fobia yang telah diidentifikasi. Jika fobia tidak menyebabkan masalah parah, kebanyakan orang menemukan bahwa menghindari sumber ketakutan mereka akan membantu mereka tetap terkendali.
Banyak orang dengan fobia spesifik tidak akan mencari pengobatan, karena ketakutan ini seringkali dapat diatasi. Tidak mungkin untuk menghindari pemicu dari beberapa fobia, seperti yang sering terjadi dengan fobia kompleks. Dalam kasus ini, berbicara dengan profesional kesehatan mental dapat menjadi langkah pertama untuk pemulihan.
Sebagian besar fobia dapat disembuhkan dengan perawatan yang tepat. Tidak ada pengobatan tunggal yang bekerja untuk setiap orang dengan fobia. Perawatan perlu disesuaikan dengan individu agar dapat bekerja.
Baca juga: Kenapa Ada Orang yang Fobia Terbang?
Dokter, psikiater, ataupun psikolog dapat merekomendasikan terapi perilaku, obat-obatan, ataupun kombinasi keduanya. Terapi ditujukan untuk mengurangi gejala ketakutan dan kecemasan dan membantu orang mengelola reaksi mereka terhadap objek fobia mereka.
Kalau ingin mengetahui lebih banyak mengenai fobia dan kaitannya dengan depresi, bisa tanyakan langsung ke Halodoc. Dokter-dokter yang ahli di bidangnya akan berusaha memberikan solusi terbaik untukmu. Caranya, cukup download aplikasi Halodoc lewat Google Play atau App Store. Melalui fitur Talk to A Doctor, kamu bisa memilih mengobrol lewat Video/Voice Call atau Chat.