Hasil Studi: Anjing Mampu Mendeteksi Keberadaan Virus Corona
Halodoc, Jakarta - Beragam cara telah dilakukan puluhan, bahkan ratusan negara untuk melawan pandemi COVID-19. Mulai dari menerapkan physical distance, menutup tempat-tempat umum, menutup perbatasan negara, karantina, hingga yang paling ditunggu-tunggu, yaitu vaksin untuk mencegah serangan SARS-CoV-2 penyebab pagebluk COVID-19.
Kabar baiknya, beberapa minggu lalu para ilmuwan menemukan cara baru untuk membantu mengatasi pandemi ini. Kali ini bukan menyoal obat-obatan untuk mengatasi gejala atau pola perkembangan vaksin COVID-19. Kini, para ilmuwan memanfaatkan anjing untuk membantu mendeteksi keberadaan virus corona. Menarik, bukan?
Hewan yang disebut sebagai ‘sahabat baik’ dan ‘paling setia’ dengan manusia ini, dinilai mampu mendeteksi keberadaan SARS-CoV-2. Hmmm, kira-kira apa alasannya, ya?
Baca juga: Ingat, Lakukan 8 Hal Ini untuk Cegah Angka COVID-19 yang Kian Naik
Lewat Endusan Air Liur
Studi yang dilakukan oleh University of Veterinary Medicine Hannover dan German Armed Forces (angkatan Bersenjata Jerman) ini menemukan hasil menarik mengenai anjing dan virus corona terbaru. Para ilmuwan di sana mengatakan, bila dilatih dengan benar anjing mampu mengendus keberadaan SARS-CoV-2 dalam air liur pasien COVID-19.
Para peneliti melatih delapan anjing selama satu minggu, di mana mereka mengendus air liur lebih dari 1.000 orang yang sehat atau telah terinfeksi virus corona. Menariknya, hewan ini berhasil menentukan perbedaan antara sampel air liur dari pasien yang positif mengidap COVID-19, dan mereka yang dinyatakan negatif COVID-19.
Lalu, bagaimana tingkat keberhasilannya? Hasilnya bisa dilihat dalam jurnal BMC Infectious Diseases - Scent dog identification of samples from COVID-19 patients – a pilot study.
Hasil riset mengatakan dalam penyajian 1012 sampel air liur, anjing mencapai tingkat deteksi rata-rata keseluruhan 94 persen dengan 157 benar-benar positif (correct indications of positive), 792 benar-benar negatif (correct rejections of negative), 33 positif palsu (false positive), dan 30 negatif palsu (false negative).
Pertanyaannya, apa sebabnya anjing mampu mendeteksi virus corona dengan tingkat keakuratan seperti di atas?
Ternyata hewan ini memiliki banyak kekuatan otak untuk mengartikan bau. Anjing setidaknya memiliki lebih dari 100 juta reseptor sensorik di rongga hidung. Bagaimana dengan manusia? Perbedaannya jauh, manusia hanya memiliki 6 juta reseptor dalam hidungnya.
Tak cuma itu saja perbedaannya, faktanya area otak anjing yang dikhususkan untuk menganalisis bau, 40 kali lebih besar daripada bagian yang sebanding dari otak manusia. Singkat kata, menurut ahli di VCA Animal Hospitals anjing diperkirakan bisa mencium 1.000 hingga 10.000 kali lebih baik daripada manusia.
Baca juga: Benarkah Tes Agresif Sebabkan Kasus Positif Corona Makin Meningkat?
Peran Jacobson's Organ dan Metabolisme Pasien
Selain fakta-fakta di atas, anjing juga memiliki alat penciuman tambahan yang bisa meningkatkan kemampuan mereka untuk mencium. Organ ini (Jacobson's organ) berfungsi sebagai sistem penciuman sekunder yang dirancang khusus untuk komunikasi kimiawi. Saraf dari Jacobson's organ ini merespon berbagai zat yang sering tidak berbau sama sekali. Dengan kata lain, organ ini bekerja untuk mendeteksi bau yang “tidak terdeteksi”.
Namun, bagaimana anjing bisa mengendus COVID-19 secara spesifik? Menurut Maren von Koeckritz-Blickwede, profesor di University of Veterinary Medicine Hannover, proses metabolisme dalam tubuh pasien (positif COVID-19) benar-benar berubah. Nah, anjing mampu mendeteksi secara spesifik bau ketika terjadinya perubahan metabolisme di dalam tubuh pasien.
Baca juga: Kita Semua Vs Virus Corona, Siapa Pemenangnya?
Hal yang perlu digarisbawahi, meski tingkat keberhasilan endusan anjing cukup tinggi, masih membutuh banyak penelitian untuk mengembangkan studi ini menjadi lebih andal. Menurut Maren, langkah selanjutnya adalah melatih anjing untuk membedakan sampel COVID-19 dari penyakit lain.
Harapannya, metode pendeteksian ini dapat digunakan di tempat-tempat umum. Contohnya bandara, perbatasan suatu negara, acara olahraga, atau pertemuan massal lainnya.
Nah, bagi kamu yang memiliki keluhan kesehatan di masa pandemi COVID-19, kamu bisa bertanya langsung pada dokter melalui aplikasi Halodoc. Tanpa perlu keluar rumah, kamu bisa bertanya pada dokter ahli kapan saja kamu mau.