Harus Tahu, Penanganan untuk Mengatasi Delirium

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   25 Januari 2019
Harus Tahu, Penanganan untuk Mengatasi DeliriumHarus Tahu, Penanganan untuk Mengatasi Delirium

Halodoc, Jakarta – Delirium adalah gangguan mental serius yang ditandai dengan penurunan kesadaran terhadap lingkungan sekitar. Penyebabnya adalah perubahan fungsi otak akibat penyakit fisik atau mental. Kondisi ini berdampak pada gangguan berpikir, mengingat, berkonsentrasi, dan tidur. Delirium bersifat akut, berubah-ubah (fluktuatif), dan biasanya terjadi singkat jika segera mendapatkan penanganan yang tepat. Namun jika dibiarkan dan tidak dilakukan  penanganan delirium, kondisi ini bisa menurunkan kualitas hidup pengidap dan memicu keinginan bunuh diri.

Baca Juga: Perlu Tahu, Inilah 6 Hal yang Bisa Menyebabkan Delirium

Apa Saja Gejala Delirium?

Gejala delirium tergantung pada jenis yang diidap. Delirium hiperaktif ditandai dengan perasaan gelisah, perubahan suasana hati, dan halusinasi. Delirium hipoaktif ditandai dengan lesu, sering mengantuk, dan tampak linglung. Sedangkan delirium campuran ditandai dengan perubahan gejala dari delirium hiperaktif ke delirium hipoaktif, atau sebaliknya. Selain itu, delirium ditandai dengan penurunan kesadaran, gangguan kognitif, gangguan emosional, dan perubahan perilaku. Gejala berlangsung beberapa jam hingga hari, serta cenderung memburuk saat malam hari.

Baca Juga: Gangguan Mental Parah, Ini Gejala Delirium yang Perlu Diketahui

Delirium rentan terjadi pada orang yang sering konsumsi obat-obatan tertentu, kecanduan alkohol, mengalami keracunan, kekurangan gizi (malnutrisi), sulit tidur, suasana hati tidak stabil, mengidap demam, dan mengidap penyakit kronis (seperti gagal ginjal). Risiko delirium juga meningkat pada orang berusia lebih dari 65 tahun, ada riwayat delirium, mengalami gangguan penglihatan atau pendengaran, memiliki kelainan otak, dan mengidap beberapa penyakit sekaligus.

Bagaimana Delirium Diobati?

Diagnosis delirium dilakukan melalui pemeriksaan fisik dan neurologis, pemeriksaan kondisi kejiwaan, dan pemeriksaan penunjang (seperti tes darah, tes urine, dan tes pemindaian). Setelah diagnosis ditetapkan, pengobatan dilakukan untuk menangani penyebab munculnya delirium. Misalnya delirium akibat konsumsi obat-obatan tertentu, diobati dengan menghentikan atau mengurangi dosis obat tersebut. Gejala kecemasan, rasa takut, dan halusinasi diobati dengan pemberian obat penenang.

Delirium juga ditangani dengan terapi pendukung untuk mencegah komplikasi. Caranya dengan membantu pengidap delirium untuk tetap menjaga jalan napas, menyediakan cairan dan nutrisi yang dibutuhkan, menggerakkan tubuh, dan mengurangi nyeri. Jangan mengisolasi pengidap delirium karena pada kasus tertentu, pengidap gangguan mental (termasuk delirium) dipasung atau diikat karena dianggap membahayakan orang di sekitarnya.

Keluarga juga perlu menjaga interaksi dengan pengidap. Caranya dengan mengajak pengidap berbicara menggunakan kalimat singkat dan sederhana, bantu ingatkan pengidap tentang waktu dan kejadian yang telah dialami, bantu pengidap beraktivitas (termasuk makan dan minum), serta nyalakan lampu di malam hari agar pengidap bisa melihat lingkungan sekitar saat bangun tidur.

Bisakah Delirium Dicegah?

Delirium bisa dicegah dengan menghindari penyebab atau faktor risikonya. Misalnya, hindari pengidap dengan situasi yang memperparah gejalanya, terapkan kebiasaan tidur yang sehat, ciptakan suasana yang tenang dan stabil, serta pastikan pengidap menjalani pola makan sehat, berolahraga teratur, dan konsumsi obat sesuai anjuran dokter.

Baca Juga: Inilah 4 Cara Untuk Mencegah Delirium

Itulah cara penanganan delirium yang bisa dicoba. Kalau kamu mengalami gejala delirium atau ada anggota keluarga yang mengidap delirium, tanya dokter Halodoc tentang cara penanganan yang tepat. Kamu dapat menggunakan aplikasi Halodoc untuk berbicara pada dokter kapan saja dan di mana saja via Chat, dan Voice/Video Call. Yuk, segera download aplikasi Halodoc di App Store atau Google Play!