Gagal Ginjal Kronis Perlu Cuci Darah
“Organ ginjal pada pengidap gagal ginjal kronis tidak lagi mampu menjalankan fungsinya secara optimal. Misalnya seperti menyaring kotoran pada tubuh, mengontrol jumlah air, kadar garam, serta kalsium dalam darah. Jika kondisi ini tidak dibantu dengan cuci darah, zat-zat sisa metabolisme yang seharusnya dibuang tubuh akan menumpuk. Penumpukan tersebut lambat laun dapat membahayakan tubuh dan menimbulkan komplikasi fatal.”
Halodoc, Jakarta - Ginjal adalah organ yang berfungsi untuk menyaring darah. Apabila gagal ginjal terjadi, organ yang letaknya di kedua sisi atas pinggang ini akan kehilangan kemampuannya untuk menjalankan fungsinya tersebut, dan dapat berujung pada berbagai komplikasi serius.
Oleh sebab itu, metode cuci darah pun hingga saat ini masih menjadi salah satu cara efektif untuk mendukung ketidakmampuan ginjal menyaring darah. Namun, sebenarnya mengapa pengidap gagal ginjal kronis memerlukan cuci darah? Yuk simak penjelasannya di sini!
Baca juga: Pola Hidup Sehat Bagi Pengidap Infeksi Ginjal
Penjelasan Terkait Dialisis
Cuci darah atau dialisis merupakan prosedur medis yang dilakukan untuk membuang limbah berbahaya di dalam tubuh. Normalnya, proses ini dilakukan secara alami oleh ginjal. Ginjal yang sehat akan bertugas untuk menyaring darah dengan cara memisahkan zat berbahaya dan cairan berlebih dari dalam tubuh, untuk kemudian dikeluarkan melalui urine.
Dialisis biasanya diperlukan bagi pengidap gagal ginjal kronis, yaitu kondisi menurunnya fungsi ginjal hingga jauh di bawah batas normal. Sebab, ginjal pada pengidap gagal ginjal kronis tidak lagi mampu menyaring kotoran, mengontrol jumlah air dalam tubuh, kadar garam, serta kalsium dalam darah. Jika tidak dibantu dengan metode dialisis, zat-zat sisa metabolisme yang tidak berguna akan menumpuk dalam tubuh, sehingga lambat laun akan membahayakan tubuh.
Tentu saja dibutuhkan penilaian dari dokter, melalui serangkaian tes medis untuk menentukan perlu atau tidaknya seorang pengidap gagal ginjal menjalani cuci darah. Ada beberapa tolok ukur, seperti kadar kreatinin dan ureum dalam darah, kecepatan ginjal menyaring darah, kemampuan tubuh mengatasi kelebihan air, dan keluhan tertentu yang mengacu pada gangguan jantung, pernapasan, perut, serta kebas pada kaki.
Baca juga: Inilah Penanganan Gagal Ginjal Kronis yang Perlu Diketahui
Jenis-Jenis Dialisis yang Bisa Dijalani
Secara garis besar, ada 2 jenis metode dialisis yang dapat dipilih oleh pengidap gagal ginjal. Berikut penjelasannya:
1. Hemodialisis
Metode cuci darah jenis ini cukup populer dan banyak dipilih. Prosedur penyaringan darah dilakukan menggunakan mesin khusus, yang akan bekerja layaknya ginjal. Pada proses hemodialisis, petugas medis akan memasukkan jarum pada pembuluh darah untuk menghubungkan aliran darah dari tubuh ke mesin pencuci darah. Kemudian, darah kotor akan disaring pada mesin tersebut, dan darah bersih yang telah tersaring akan dialirkan kembali ke dalam tubuh.
Prosedur hemodialisis biasanya akan menghabiskan waktu sekitar empat jam per sesi. Pengidap gagal ginjal yang memilih metode cuci darah jenis ini akan diharuskan untuk menjalani 3 sesi dalam seminggu secara rutin. Pada sebagian besar kasus, hemodialisis dapat menimbulkan efek samping berupa gatal-gatal pada kulit dan kram otot.
Dilansir dari National Kidney Foundation, pengidap gagal ginjal kronis juga dapat melakukan hemodialisis di rumah. Namun, perlu diketahui bahwa hemodialisis di rumah tidak cocok bagi semua pengidap gagal ginjal kronis. Sebab, pengidap harus bertanggung jawab atas perawatannya sendiri dan diperlukan pelatihan menyeluruh untuk menguasai prosesnya. Apabila kamu ingin mencobanya, diskusikanlah dengan dokter terlebih dahulu.
2. Dialisis Peritoneal
Dialisis peritoneal adalah metode cuci darah yang memanfaatkan peritoneum atau selaput dalam rongga perut, sebagai penyaring. Selaput ini dipilih lantaran memiliki ribuan pembuluh darah kecil yang bisa berfungsi selayaknya ginjal. Pada prosedur dialisis peritoneal, sayatan kecil dibuat di dekat pusar untuk jalan masuk kateter atau selang khusus.
Kateter itu nantinya akan ditinggal di dalam rongga perut secara permanen. Fungsinya adalah untuk memasukkan cairan dialisat, yaitu cairan yang mengandung gula tinggi untuk menarik zat limbah dan kelebihan cairan dari pembuluh darah sekitar, ke dalam rongga perut. Setelah selesai, cairan dialisat yang sudah mengandung zat sisa akan dialirkan ke kantong khusus, yang akan dibuang nantinya, lalu diganti dengan cairan baru.
Keuntungan memiliki metode cuci darah jenis ini adalah bisa dilakukan di rumah dan kapan saja, sehingga pengidap gagal ginjal tidak diharuskan untuk selalu datang ke rumah sakit untuk melakukan cuci darah. Namun, dialisis peritoneal ini juga memiliki beberapa efek samping, seperti peritonitis atau infeksi peritoneum, rasa penuh pada perut ketika proses cuci darah berlangsung, hingga munculnya hernia akibat berat cairan yang ada pada rongga perut.
Nah, itulah penjelasan mengenai alasan mengapa pengidap gagal ginjal kronis memerlukan cuci darah beserta jenis-jenisnya. Perlu diketahui bahwa kedua jenis dialisis yang telah dijabarkan itu sama-sama berguna untuk membantu menggantikan tugas ginjal, dan tidak akan menjadi penghalang untuk melakukan berbagai aktivitas. Selama melakukannya secara teratur, pengidap gagal ginjal kronis sekalipun masih dapat bekerja, sekolah, atau melakukan kegiatan lain seperti biasanya.
Baca juga: Perlu Diketahui, Ini 5 Komplikasi Gagal Ginjal Kronis
Apabila kamu membutuhkan informasi lebih lanjut seputar gagal ginjal atau masalah kesehatan lainnya, jangan ragu untuk bertanya kepada dokter. Melalui aplikasi Halodoc, kamu dapat menghubungi dokter spesialis untuk bertanya terkait hal tersebut. Lewat fitur chat/video call yang tersedia pada aplikasinya secara langsung.
Selain itu, kamu juga dapat membuat janji di rumah sakit pilihanmu, bila membutuhkan pemeriksaan fisik. Tanpa harus mengantri berlama-lama di rumah sakit. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang!