Fakta atau Mitos: Apakah Antiperspirant dan Deodoran Berbahaya?

3 menit
Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   01 September 2022

“Santer kabar yang menyebutkan bahwa pemakaian antiperspirant dan deodoran yang memicu kanker payudara. Akan tetapi, tak banyak studi yang mengaitkan hubungan antara keduanya, dan masih diperlukan studi lebih lanjut untuk membuktikan hal tersebut.”

Fakta atau Mitos: Apakah Antiperspirant dan Deodoran Berbahaya?Fakta atau Mitos: Apakah Antiperspirant dan Deodoran Berbahaya?

Halodoc, Jakarta – Kabar bahwa memakai antiperspirant dan deodoran bisa memicu terkumpulnya racun pada ketiak, sehingga menyebabkan kanker payudara masih santer terdengar. Tak heran apabila kian banyak produk yang dibuat khusus untuk menggantikan penggunaan keduanya. 

Sebelum membahas lebih lanjut mengenai benar atau tidaknya hal tersebut, sebelumnya tahukah kamu kalau antiperspirant dan deodoran adalah dua hal yang berbeda? 

Antiperspirant bekerja aktif untuk membantu menekan produksi keringat berlebih yang keluar dari tubuh, terutama dari area ketiak. Sedangkan deodoran memiliki fungsi untuk menaikkan kadar keasaman kulit, sehingga menekan munculnya bakteri yang menjadi penyebab bau badan. 

FDA mengategorikan deodoran sebagai bagian dari produk kecantikan. Sementara itu, lembaga tersebut menganggap antiperspirant sebagai obat yang dapat memberikan efek samping terhadap kerja maupun fungsi tubuh. 

Benarkah Memicu Terjadinya Kanker Payudara?

Antiperspirant memiliki kandungan aluminium yang membantu mencegah munculnya keringat pada permukaan kulit, dengan menahan fungsi kelenjar tersebut. Inilah awal mula munculnya kecemasan masyarakat kalau kulit akan menyerap kandungan tersebut, sehingga berefek pada hormon estrogen yang terdapat pada payudara.

Namun, American Cancer Society menyebutkan tidak ada kaitan antara kandungan aluminium pada antiperspirant dan risiko penyakit kanker payudara. Sebab, sel kanker di payudara tidak menunjukkan peningkatan kadar aluminium. 

Selain itu, studi dalam Journal of the National Cancer Institute melakukan uji terhadap 813 wanita dengan kanker payudara dan 793 wanita tanpa kanker payudara. Studi tersebut menyebutkan bahwa tidak ada peningkatan terhadap pertumbuhan sel kanker, setelah penggunaan antiperspirant dan deodoran. 

Studi lain dalam Central European Journal of Public Health turut menemukan bahwa tidak adanya kaitan antara kanker payudara dengan pemakaian kedua produk tersebut. Namun, tetap saja, dibutuhkan studi lebih lanjut terkait hal ini. 

Benarkah Memicu Penyakit Alzheimer?

Selain itu, muncul pula kecemasan bahwa pemakaian antiperspirant dan deodoran bisa mengakibatkan penyakit Alzheimer. Seperti dilansir pada laman WebMD, studi yang dilakukan sekitar tahun 1960 silam menyebutkan, bahwa terjadi peningkatan kadar aluminium pada otak orang-orang dengan kelainan fungsi kognitif tersebut. 

Meski demikian, saat kembali dilakukan pengujian tahun-tahun setelahnya, tidak didapatkan hasil serupa. Sehingga, aluminium tidak lagi diyakini sebagai penyebab munculnya penyakit Alzheimer. Para ahli setuju kalau aluminium yang terkandung pada produk yang mencegah bau badan, tidak dapat masuk secara langsung ke tubuh. 

Bagaimana dengan Kelainan Ginjal?

Kekhawatiran tentang antiperspirant dan kelainan pada ginjal pertama kali muncul saat seorang pasien dialisis,` diberi obat yang disebut aluminium hidroksida. Pemberian obat tersebut bertujuan untuk membantu mengontrol kadar fosfor yang tinggi dalam darah. 

Oleh karena ginjal tidak berfungsi dengan baik, tubuh pasien tidak dapat mengeluarkan aluminium dengan cukup cepat, dan penumpukan pun terjadi. Para ahli memperhatikan bahwa pasien dialisis yang memiliki kadar aluminium tinggi ini lebih mungkin mengembangkan demensia.

Akibatnya, FDA mewajibkan label antiperspirant dan menganjurkan untuk selalu bertanya pada dokter sebelum memakainya jika memiliki penyakit ginjal. Namun, peringatan ini hanya ditujukan untuk orang-orang dengan fungsi ginjal hanya 30 persen atau kurang dari itu. 

Pun, pada kenyataannya, hampir tidak mungkin untuk tubuh menyerap cukup aluminium melalui kulit untuk merusak ginjal. Jadi, tidak benar bahwa pemakaian antiperspirant dan deodoran bisa memicu masalah kesehatan yang berbahaya, ya!

Jika kamu membutuhkan informasi lebih banyak lagi tentang antiperspirant dan deodoran, kamu bisa tanyakan langsung pada dokter di aplikasi Halodoc. Segera download Halodoc sekarang juga, ya!

Referensi:
American Cancer Society. Diakses pada 2022. Antiperspirants and Breast Cancer Risk.
Journal of the National Cancer Institute. Diakses pada 2022. Antiperspirant use and the risk of breast cancer.
Central European Journal of Public Health. Diakses pada 2022. Breast Cancer and Deodorants/Antiperspirants: a Systematic Review.
FDA. Diakses pada 2022. Cosmetics Safety Q&A: Personal Care Products.
Healthline. Diakses pada 2022. Benefits and Risks of Deodorants vs. Antiperspirants.
WebMD. Diakses pada 2022. Antiperspirant Safety: Should You Sweat It?

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan