Enggak Cukup Vaksin, Kenali Difteri dan Cara Penularannya

Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   22 Februari 2019
Enggak Cukup Vaksin, Kenali  Difteri dan Cara PenularannyaEnggak Cukup Vaksin, Kenali  Difteri dan Cara Penularannya

Halodoc, Jakarta – Hingga kini, difteri masih menjadi penyakit yang perlu diwaspadai. Penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri ini sangat menular dan berpotensi mengancam jiwa. Itulah mengapa pemerintah Indonesia sudah mewajibkan masyarakat, terutama anak-anak untuk melakukan vaksin difteri. Enggak cukup hanya dengan mendapatkan vaksin saja, penting juga bagi kamu untuk mengenal difteri dan cara penularannya agar kamu terhindar dari infeksi serius ini.

Apa Itu Difteri?

Difteri adalah penyakit yang muncul akibat infeksi bakteri bernama Corynebacterium. Bakteri ini umumnya menyerang selaput lendir pada hidung dan tenggorokan dan terkadang dapat memengaruhi kulit. Dalam kondisi yang parah, infeksi bakteri bisa menyebar ke organ tubuh lain, seperti jantung dan sistem saraf, sehingga berpotensi menyebabkan kematian.

Baca juga: Kenapa Difteri Lebih Mudah Menyerang Anak-anak?

Cara Penularan Difteri

Difteri merupakan penyakit yang sangat menular. Bakteri penyebab difteri bisa menyebar dengan cepat dan mudah, terutama pada orang yang tidak mendapatkan vaksin difteri. Ada beberapa cara penularan difteri yang perlu kamu waspadai:

  • Tidak sengaja menghirup percikan ludah pengidap di udara saat pengidap bersin atau batuk. Ini adalah cara penularan difteri yang paling umum terjadi.

  • Menyentuh barang-barang yang sudah terkontaminasi oleh bakteri maupun berbagi peralatan pribadi dengan pengidap, misalnya minum dari gelas yang sama dengan pengidap, berbagi handuk, ataupun menyentuh mainan yang sudah terkontaminasi bakteri.

  • Menyentuh langsung luka borok (ulkus) akibat difteri di kulit pengidap. Cara penularan ini umumnya terjadi pada pengidap yang tinggal di lingkungan yang padat penduduk dan kebersihannya tidak terjaga.

Bakteri penyebab difteri yang masuk ke dalam tubuh, kemudian akan menghasilkan racun yang akan membunuh sel-sel sehat dalam tenggorokan, sehingga akhirnya sel menjadi mati. Sel-sel yang mati ini akan menumpuk dan membentuk membran (lapisan tipis) abu-abu pada tenggorokan. Selain itu, racun yang berasal dari bakteri juga bisa menyebar dalam aliran darah dan merusak jantung, ginjal, dan sistem saraf.

Gejala Difteri

Mengenali gejala difteri juga penting agar kamu bisa segera mendapatkan penanganan. Gejala-gejala difteri biasanya akan muncul 2–5 hari sejak bakteri masuk ke dalam tubuh. Gejala umum dari penyakit ini, antara lain:

  • Terdapat lapisan tipis berwarna abu-abu pada tenggorokan dan amandel

  • Demam sampai menggigil

  • Sakit tenggorokan dan suara serak

  • Sulit bernapas atau napas menjadi cepat

  • Lemas dan lelah

  • Pembengkakan kelenjar limfa pada leher

  • Pilek. Ingus yang keluar awalnya cair, namun lama-kelamaan mengental dan terkadang ada bercak darah.

Difteri kadang-kadang juga menyerang kulit dan menyebabkan luka, seperti borok (ulkus). Ulkus dapat sembuh dalam beberapa bulan, namun biasanya akan meninggalkan bekas pada kulit.

Segera periksakan diri ke dokter bila kamu atau anak mengalami gejala-gejala di atasi. Penanganan yang dilakukan sedini mungkin bisa mencegah terjadinya komplikasi.

Baca juga: Inilah 4 Penyakit yang Sering Ditandai dengan Demam

Cara Mencegah Difteri

Cara yang paling efektif untuk mencegah difteri adalah dengan mendapatkan vaksin difteri. Tapi, pemberian vaksin tersebut tidak bisa dilakukan kapan saja melainkan ada waktu-waktu tertentu yang disarankan:

  • Imunisasi DPT diberikan sebanyak lima kali pada anak sejak ia berusia 2 bulan hingga 6 tahun.  

  • Tiga pemberian pertama dilakukan ketika anak berusia 2 bulan, 4 bulan, dan 6 bulan.

  • Pemberian imunisasi DPT yang ke-4 bisa dilakukan di antara usia 18–24 bulan.

  • Pemberian vaksin yang terakhir ketika anak berusia 5 tahun.

  • Setelah itu, dianjurkan untuk memberikan imunisasi ulang Tetanus Difteri atau booster TD pada anak yang berusia di atas 7 tahun tiap 10 tahun sekali, termasuk untuk orang dewasa.  

Baca juga: Jenis Imunisasi yang Harus Didapatkan Anak Sejak Lahir

Itulah beberapa hal penting tentang difteri yang perlu kamu ketahui agar bisa mencegahnya. Bila kamu mengalami gejala-gejala difteri, coba bicarakan saja kepada dokter dengan menggunakan aplikasi Halodoc. Hubungi dokter untuk minta saran kesehatan melalui Video/Voice Call dan Chat kapan saja dan di mana saja. Yuk, download Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play.