Diagnosis Kehamilan Ektopik dengan Cara Ini
Halodoc, Jakarta - Setiap calon ibu tentu menginginkan kehamilan yang normal dan sehat. Namun, ketika mengalami kehamilan ektopik, janin tidak dapat berkembang dengan normal. Untuk mendiagnosis gangguan kehamilan ini, dokter kandungan biasanya akan melakukan pemeriksaan USG transvaginal. USG ini dapat membantu dokter melihat kondisi organ reproduksi, sekaligus memastikan lokasi kehamilan secara akurat.
Selain USG transvaginal, pemeriksaan lain yang dapat dilakukan adalah tes darah. Tes ini digunakan untuk mengukur kadar hormon hCG dan progesteron. Sebab pada kehamilan ektopik, kadar kedua hormon tersebut cenderung lebih rendah dibandingkan kehamilan normal.
Perlu diketahui bahwa kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang terjadi di luar kandungan atau rahim. Kondisi ini dapat menyebabkan perdarahan dari vagina dan nyeri hebat di panggul atau perut bawah. Kehamilan ektopik harus segera ditangani karena dapat berbahaya, dan janin juga tidak akan berkembang dengan normal.
Baca juga: Mengalami Kehamilan Ektopik, Apakah Berbahaya?
Jika kamu mengalami nyeri hebat pada panggul atau perut bagian bawah pada masa awal kehamilan, segera diskusikan dengan dokter, agar penanganan bisa dilakukan sesegera mungkin. Sekarang, diskusi dengan dokter spesialis yang kamu inginkan juga bisa dilakukan di aplikasi Halodoc, lho. Lewat fitur Talk to a Doctor, kamu bisa obrolkan langsung gejalamu melalui Chat atau Voice/Video Call
Pada proses kehamilan normal, sel telur yang telah dibuahi akan menetap di tuba falopi (saluran sel telur) selama kurang lebih tiga hari, sebelum dilepaskan ke rahim. Di dalam rahim, sel telur yang telah dibuahi akan terus berkembang hingga masa persalinan tiba.
Sementara pada kehamilan ektopik, sel telur yang telah dibuahi tidak menempel pada rahim, melainkan pada organ lain. Tuba falopi adalah organ yang paling sering ditempeli sel telur pada kehamilan ektopik. Selain tuba falopi, kehamilan ektopik juga bisa terjadi di indung telur, leher rahim (serviks) atau di rongga perut.
Hal-Hal yang Dapat Menyebabkan Kehamilan Ektopik
Meski belum diketahui secara pasti apa yang menyebabkan terjadinya kehamilan ektopik, kondisi ini diduga memiliki kaitan dengan kerusakan pada tuba falopi, yaitu saluran yang menghubungkan indung telur dan rahim. Kerusakan ini umumnya disebabkan oleh:
-
Faktor genetik;
-
Bawaan lahir;
-
Ketidakseimbangan hormon;
-
Peradangan akibat infeksi atau prosedur medis;
-
Perkembangan organ reproduksi yang tidak normal.
Baca juga: Perlu Diwaspadai, Inilah 4 Gejala Kehamilan Ektopik
Selain beberapa hal tadi, risiko kehamilan ektopik juga bisa meningkat, jika:
-
Berusia 35 tahun atau lebih saat hamil;
-
Memiliki riwayat radang panggul dan endometriosis;
-
Mengidap penyakit menular seksual, seperti gonore dan chlamydia;
-
Mengalami kehamilan ektopik pada kehamilan sebelumnya;
-
Mengalami keguguran berulang;
-
Pernah menjalani operasi pada area perut dan panggul;
-
Pernah menjalani pengobatan terkait masalah kesuburan;
-
Menggunakan alat kontrasepsi jenis spiral;
-
Memiliki kebiasaan merokok.
Penanganan yang Dapat Dilakukan
Karena sel telur yang telah dibuahi tidak akan bisa tumbuh normal jika berada di luar rahim, jaringan ektopik harus segera diangkat. Hal ini bertujuan agar ibu hamil terhindar dari komplikasi serius. Sejauh ini ada beberapa pilihan pengobatan yang dapat dilakukan untuk menangani kehamilan ektopik, yaitu:
1. Suntik Methotrexate
Pada tahap awal, ibu hamil yang didiagnosis mengalami kehamilan ektopik akan diberikan suntik methotrexate. Suntik ini akan menghentikan pertumbuhan sel ektopik, sekaligus menghancurkan sel yang sudah terbentuk. Setelah pemberian suntikan, dokter akan memantau kadar hormon hCG dalam darah tiap 2-3 hari, sampai kadarnya menurun. Menurunnya kadar hCG menandakan kehamilan sudah tidak lagi berkembang.
2. Operasi Laparoskopi
Pilihan lain untuk mengatasi kehamilan ektopik adalah dengan operasi lubang kunci atau laparoskopi. Melalui prosedur ini, dokter kandungan akan mengangkat jaringan ektopik dan bagian tuba falopi tempat jaringan ektopik menempel. Namun, jika memungkinkan, bagian tuba falopi tersebut cukup diperbaiki tanpa harus diangkat.
Baca juga: Inilah Fakta Mengenai Kehamilan Ektopik
3. Operasi Laparotomi
Untuk menangani pasien yang mengalami perdarahan berat akibat kehamilan ektopik, dokter kandungan akan melakukan tindakan darurat berupa laparotomi. Dalam laparotomi, dokter akan membuat sayatan besar di perut sebagai jalan untuk mengangkat jaringan ektopik dan tuba falopi yang pecah.
Setelah menjalani pengobatan medis untuk mengatasi kehamilan ektopik, dokter biasanya akan menyarankan untuk menjalani gaya hidup sehat, sebagai penunjang pemulihan. Namun, jika dokter meresepkan obat atau vitamin tertentu, kamu bisa memesannya melalui aplikasi Halodoc, lho. Kapan dan di mana saja, obatmu akan langsung diantar ke rumah dalam waktu satu jam. Yuk, download sekarang di Apps Store atau Google Play Store!
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan