Deteksi Dini Penting untuk Mencegah Gawat Janin

Ditinjau oleh  dr. Fadhli Rizal Makarim   04 Agustus 2020
Deteksi Dini Penting untuk Mencegah Gawat JaninDeteksi Dini Penting untuk Mencegah Gawat Janin

Halodoc, Jakarta – Gawat janin adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kondisi ketika janin tidak menerima jumlah oksigen yang cukup selama masa kehamilan. Kondisi ini mengakibatkan bayi lahir dengan berat badan rendah, atau bila kekurangan oksigen yang dialami sangat parah, janin dapat meninggal di dalam kandungan. 

Namun, ibu dapat mencegah gawat janin dengan cara melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin ke dokter kandungan, sehingga kondisi tersebut dapat terdeteksi lebih dini. Dengan demikian, dokter dapat melakukan penanganan secepatnya agar bayi terhindar dari dampak buruk. 

Baca juga: Waspadai Penyebab Terjadinya Gawat Janin

Kenali Gejala Gawat Janin Selama Kehamilan

Gawat janin sebenarnya dapat diketahui selama masa kehamilan melalui tanda atau gejala tidak normal yang dirasakan ibu:

  • Gerakan Janin Menurun Secara Drastis

Pergerakan janin dapat berkurang menjelang persalinan, karena ruang geraknya di dalam rahim menjadi lebih sempit. Meski demikian, frekuensi pergerakan janin semestinya tetap sama, dan tetap terasa kuat, sering dan teratur. Bila pergerakan janin berkurang atau berubah secara drastis, kondisi ini dapat menjadi pertanda gawat janin.

Itulah mengapa ibu hamil dianjurkan untuk memantau gerakan janin agar dapat mengenali pola gerakan dan kondisi janin.  

  • Ukuran Kandungan Jauh Lebih Kecil dari Usia Kehamilan

Ukuran kandungan yang terlalu kecil untuk usia kehamilan juga bisa menjadi pertanda gawat janin. Ukuran kandungan bisa diketahui melalui pengukuran tinggi puncak rahim (tinggi fundus uteri) yang diukur mulai dari tulang kemaluan ke atas.

Baca juga: Ibu, Ketahui 4 Gejala Gawat Janin yang Harus Ditangani

Cara Mendiagnosis Gawat Janin

Gawat janin dapat didiagnosis dengan memeriksa detak jantung bayi. Denyut jantung yang lambat, atau pola yang tidak biasa dalam denyut jantung, dapat menandakan gangguan janin.

Kadang-kadang gawat janin terdeteksi ketika dokter atau bidan mendengarkan jantung bayi selama kehamilan. Denyut jantung bayi biasanya juga dimonitor terus menerus selama persalinan dengan menggunakan electronic fetal monitor (EFM). Jenis pemeriksaan ini menggunakan dua tali yang mengelilingi perut ibu, yang satu untuk mengukur detak jantung bayi, dan yang lain untuk mengukur kontraksi atau aktivitas rahim ibu.

Melalui grafik detak jantung, dokter atau bidan dapat melihat apakah detak jantung janin tetap dalam parameter tertentu. Jika detak jantung terlalu cepat, maka menunjukkan janin mengalami demam atau kondisi gawat. Detak jantung yang terlalu rendah bisa menandakan bahwa janin kekurangan oksigen yang bisa disebabkan oleh sejumlah alasan, seperti posisi atau kompresi tali pusat.

EFM juga dapat digunakan untuk memantau kontraksi ibu. Kontraksi yang terlalu kuat atau terlalu berdekatan dapat menyebabkan gawat janin. Selain itu, pemantauan janin dengan menggunakan EFM juga dapat memberikan manfaat berikut:

  • Mampu mengenali perkembangan hipoksia (ketika janin tidak menerima oksigen dalam jumlah yang cukup) dengan menganalisis pola dalam denyut jantung janin.
  • Mampu untuk memantau respon janin terhadap hipoksia
  • Hasil yang lebih positif untuk persalinan berisiko tinggi.

Meski demikian, pemantauan dengan EFM juga memiliki risiko, yaitu kemungkinan untuk melakukan operasi caesar meningkat karena kesalahan interpretasi hasil pemantauan EFM.

Tanda lain dari gawat janin adalah bila ada mekonium atau feses janin dalam cairan ketuban. Dokter kandungan atau bidan dapat segera mengetahui kondisi tersebut bila melihat cairan ketuban berwarna hijau atau cokelat saat melakukan pemeriksaan cairan ketuban, karena hal itu dapat menandakan adanya mekonium.

Baca juga: Waspadai Anemia pada Janin

Penanganan Gawat Janin

American Pregnancy Association mengungkapkan, perawatan utama yang dilakukan untuk status janin yang dicurigai memiliki tanda-tanda gawat janin adalah resusitasi intrauterin. Cara ini membantu mencegah prosedur yang tidak perlu. Beberapa cara resusitasi intrauterin, meliputi:

  • Mengubah posisi ibu.
  • Memastikan ibu terhidrasi dengan baik.
  • Memastikan ibu memiliki oksigen yang cukup.
  • Melakukan amnioinfusion (memasukkan cairan ke dalam rongga amniotic untuk mengurangi kompresi tali pusat).
  • Tocolysis, terapi yang digunakan untuk menunda persalinan prematur dengan menghentikan kontraksi untuk sementara.

Meskipun demikian, ada kasus-kasus di mana operasi caesar perlu dilakukan segera. Kesimpulannya, melakukan perawatan prenatal dan pemeriksaan ibu dan janin secara rutin selama kehamilan penting agar kondisi kehamilan yang berbahaya, seperti gawat janin, dapat terdeteksi lebih dini. Dengan demikian, dokter dapat segera melakukan penanganan untuk mencegah terjadinya komplikasi serius pada bayi.

Untuk melakukan pemeriksaan kesehatan, ibu hamil juga dapat langsung membuat janji di rumah sakit pilihan kamu lewat aplikasi Halodoc, lho. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play.

Referensi:
American Pregnancy Association. Diakses pada 2020. Fetal Distress.
Verywell Family. Diakses pada 2020. Fetal Distress in Labor.
Baby Center. Diakses pada 2020. Fetal distress.
MSD Manual. Diakses pada 2020. Fetal distress.