Dampak Perceraian pada Kesehatan Mental Anak
“Perceraian kedua orang tua bisa menimbulkan dampak berupa masalah kesehatan mental pada anak. Beberapa di antaranya depresi, penarikan diri dari lingkup sosial dan kecemasan.”
Halodoc, Jakarta – Perceraian menjadi langkah terakhir ketika sepasang suami istri tidak menemukan titik penyelesaian masalah. Keadaan ini biasanya terjadi akibat kurangnya komunikasi dan ketidakcocokan karakter.
Tak hanya itu, perceraian terjadi ketika salah satu pasangan berselingkuh dan mengkhianati komitmen yang mereka buat. Masalah semakin rumit ketika pasangan sudah memiliki anak dari hasil pernikahannya.
Saat memutuskan bercerai dan mengasuh anak seorang diri, anak berisiko kehilangan salah satu karakter orang tuanya. Dampaknya, mereka berisiko terkena gangguan kesehatan mental, salah satunya kecemasan.
Masalah Kesehatan Mental Anak Akibat Perceraian
1. Merasa Emosi
Perceraian orang tua bisa mengubah dunia anak dalam waktu singkat. Jika tadinya memiliki keluarga lengkap dan tinggal satu atap, momen itu tidak akan pernah lagi dirasakan olehnya. Proses ini menimbulkan perasaan emosi.
Emosi yang dialami dikaitkan dengan perasaan marah akibat ditinggalkan oleh salah satu orang tua. Tak jarang anak jadi kehilangan kendali. Mereka juga bisa menyalahkan diri sendiri atas perceraian kedua orang tuanya.
Dari rasa marah ini, anak bisa saja berubah menjadi lebih agresif. Kondisi ini ditandai dengan perubahan temperamen dengan emosi meledak-ledak. Anak juga bisa saja memukul atau melempar barang saat emosi.
2. Menarik Diri dari Pergaulan
Perceraian menjadi beban mental tersendiri bagi anak. Kondisi ini bisa dipicu oleh rasa malu berlebihan akibat kondisi keluarga yang tidak lengkap. Akibatnya, anak memiliki citra diri yang rendah.
Mereka akan membandingkan diri dengan teman-temannya. Dengan sendirinya, anak merasa tersisih dari lingkungan dan mulai menarik dan menutup diri. Mereka bahkan bisa saja gugup ketika berhadapan dengan orang banyak.
3. Kecemasan Berlebihan
Perceraian orang tua menjadi salah satu kondisi yang menimbulkan rasa cemas berlebihan pada anak-anak. Kondisi ini bisa meninggalkan luka dalam batin yang bisa terus terbawa hingga dewasa.
Kecemasan berlebihan yang dialami oleh anak akibat perceraian orang tua ditandai dengan rasa percaya diri yang rendah. Mereka juga cenderung merasa ketakutan dan khawatir berlebihan ketika melakukan aktivitas yang berhubungan dengan orang tua. Salah satunya seperti mengambil rapot.
4. Stres Berlebihan
Pikiran kacau akibat perpisahan orang tua berdampak pada peningkatan hormon stres dalam tubuh. Mereka cenderung mengalami penurunan fokus, suka menyendiri dan perubahan pola tidur serta makan. Dampaknya, mereka bisa penurunan nilai akademik di sekolah.
5. Depresi
Depresi merupakan perburukan kondisi dari stres. Kondisi ini ditandai dengan selalu menyendiri, menjauhi teman-temannya, mudah marah dan sering menangis. Anak juga cenderung kesulitan berkonsentrasi di sekolah.
Yang lebih memprihatinkan, beberapa anak juga berupaya bunuh diri. Kondisi ini cenderung dialami oleh anak-anak berusia di atas 11 tahun. Menurut American Academy of Pediatrics, anak laki-laki lebih berisiko memiliki pikiran untuk bunuh diri ketimbang anak perempuan.
Dalam jangka panjang, perceraian orang tua bisa berdampak pada cara anak memandang hidup, terutama soal pasangan. Perceraian orang tua di masa lalu bisa berdampak pada keengganan anak untuk menikah.
Ketika anak mengalami beberapa kondisi di atas, silakan buat janji rumah sakit untuk melakukan sesi konsultasi dengan psikolog atau psikiater. Cara ini dilakukan guna mencegah perburukan gejala dan penurunan kualitas hidup.
Jika membutuhkan informasi lain seputar kesehatan mental, gaya hidup dan pola anak, silakan download Halodoc sekarang juga.