Dampak Pandemi Terhadap Kemampuan Sosial Anak
“Pandemi membawa perubahan yang begitu signifikan terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Tidak hanya memengaruhi kondisi kesehatan secara keseluruhan, pandemi juga berpengaruh terhadap kemampuan sosial anak.”
Halodoc, Jakarta – Imbas dari pandemi COVID-19 tidak hanya berdampak pada penurunan yang signifikan di bidang ekonomi dan industri. Tak banyak yang menyadari bahwa pandemi yang sudah berlangsung selama 2 tahun terakhir ini, juga berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak. Salah satunya kemampuan sosial anak dalam berinteraksi dengan teman sebaya atau orang lain.
Kini, setelah pandemi dinyatakan mulai mengalami penurunan, anak-anak mulai kembali ke sekolah setelah selama pandemi harus belajar secara daring. Akan tetapi, anak-anak justru mengalami kesulitan untuk berinteraksi. Bahkan, terdapat beberapa masalah terkait tumbuh kembang anak yang terjadi selama masa pandemi beralih pada masa transisi.
Dampak Pandemi Terhadap Kemampuan Sosial Anak
Selain anak kesulitan berinteraksi, anak juga mudah menangis saat bertemu orang baru, tidak memiliki kemampuan untuk menanggapi atau memberikan respons terhadap orang lain, dan mengalami keterlambatan berbicara. Penyebabnya karena anak yang memang lebih banyak menghabiskan waktu di rumah selama pandemi.
Para pakar menyebutkan, banyak permasalahan psikososial dan perilaku yang paling umum terjadi di antara usia anak dan remaja, di antaranya:
- Kurangnya perhatian.
- Menjadi ketergantungan pada orang lain.
- Mudah terdistraksi.
- Menjadi ketergantungan dengan gawai.
Efek kemampuan sosial ini lebih jelas terlihat pada anak-anak yang memiliki kondisi kesehatan mental yang sudah ada sebelumnya. Kurangnya waktu bermain dan interaksi dengan teman sebaya sangat berpengaruh terhadap kemampuan sosial anak. Selain itu, para ahli juga melihat peningkatan prevalensi keterlambatan bicara dan bahasa pada anak-anak.
Menurut pakar, banyak anak tidak memiliki suasana yang sehat di rumah karena kecemasan orang tua, pertengkaran, atau kondisi lainnya. Selain itu, terlihat juga bahwa pekerjaan dan tekanan keluarga membuat orang tua tidak dapat menghabiskan banyak waktu dengan anak.
Tidak hanya itu, banyak sekolah juga membebani siswa dengan tugas berlebih, dan duduk berjam-jam di depan layar dengan intensitas Zoom yang tinggi, nyata menyebabkan anak mengalami kelelahan. Terutama dari sisi kesehatan mental.
Jadi, Apa yang Harus Dilakukan Orang Tua?
Pakar menyarankan kepada semua orang tua untuk terus menjalin komunikasi dengan anak, dan mencoba memahami kebutuhan anak. Selain itu, sebisa mungkin luangkan waktu untuk fokus terhadap anak, terutama dari sisi pertumbuhan dan perkembangan serta kesehatan mentalnya.
Jadilah orang tua yang selalu ada dan dapat menjadi teman terbaik untuk anak. Berikan ruang untuk mereka ketika memang diperlukan, apalagi ketika usia anak sudah beranjak remaja. Jangan lupa, berikan asupan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan anak, juga ajak anak untuk berolahraga secara rutin setiap harinya.
Meski pandemi telah mulai beralih ke masa transisi, praktik kebersihan tetap harus diterapkan. Pastikan anak tetap memakai masker ketika sedang berada di luar rumah, termasuk saat berada di sekolah dan ruang kelas. Selalu biasakan anak untuk cuci tangan dengan menggunakan air mengalir, dan sabun setelah beraktivitas, menggunakan toilet, dan sebelum makan.
Apabila ibu membutuhkan bantuan ahli untuk mengembangkan kemampuan sosial anak, ibu bisa memanfaatkan layanan janji medis yang ada di aplikasi Halodoc. Ibu bisa download aplikasi Halodoc langsung di ponsel secara gratis melalui App Store dan Play Store.
Referensi:
The Indian Express. Diakses pada 2022. How has the pandemic affected your child’s social development?
CNN Indonesia. Diakses pada 2022. Survei: Pandemi Bikin Anak Kesulitan Berinteraksi.
Forbes. Diakses pada 2022. Impact Of Covid-19 On Children’s Social Skills.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan