COVID-19, SARS, atau MERS, Mana yang Paling Berbahaya?

Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   14 Februari 2020
COVID-19, SARS, atau MERS, Mana yang Paling Berbahaya?COVID-19, SARS, atau MERS, Mana yang Paling Berbahaya?

Halodoc, Jakarta - Virus corona Wuhan atau COVID-19 setidaknya sudah menyebar ke 27 negara. Lalu, bagaimana dengan Indonesia? Hingga saat ini belum ditemukan kasus positif virus korona Wuhan di Indonesia. Beberapa ahli dari luar negeri mengatakan, kemungkinan indonesia belum mampu mendeteksi virus korona jenis terbaru. Namun, argumen tersebut ditepis oleh pemerintah Indonesia. 

Terlepas dari hal tersebut, berbicara COVID-19, secara tidak langsung juga bersinggungan erat dengan penyakit Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) dan Middle East Respiratory Syndrome (MERS). 

Virus ketiga penyakit tersebut berasal dari keluarga yang sama. Ketiganya sama-sama disebabkan oleh virus korona. SARS disebabkan oleh SARS-CoV dan MERS disebabkan oleh MERS-CoV. Sedangkan virus korona Wuhan disebabkan oleh 2019-nCoV (kini berganti nama menjadi COVID-19). 

Struktur virus corona Wuhan hampir sama dengan virus penyebab SARS dan MERS. Sebenarnya sebelum virus corona mewabah di Wuhan, Tiongkok, para peneliti sudah mengidentifikasi virus corona hampir enam dekade lalu. Namun, COVID-19 sampai kini masih menjadi misteri. 

Pertanyaannya, mana yang paling berbahaya di antara COVID-19, SARS, dan MERS? Berikut penjelasan selengkapnya.

Baca juga: 10 Fakta Virus Corona yang Wajib Diketahui

Kilas Balik SARS dan MERS

SARS yang muncul pada November 2002 di Tiongkok, menyebar ke beberapa negara lain. Mulai dari Hongkong, Vietnam, Singapura, Indonesia, Malaysia, Eropa (Inggris, Italia, Swedia, Swiss, dan Rusia), hingga Amerika Serikat.

Epidemi SARS yang berakhir hingga pertengahan 2003 itu menjangkiti 8.098 orang di berbagai negara. Bagaimana dengan jumlah korbannya? Setidaknya 774 orang mesti kehilangan nyawa akibat penyakit infeksi saluran pernapasan berat tersebut. 

Bagaimana dengan MERS? Faktanya bisa kita simak dari jurnal di US National Library of Medicine - National Institutes of Health, “Middle East Respiratory Syndrome (MERS) – An update”. Dalam studi tersebut diungkapkan, virus korona yang menyebabkan penyakit MERS pertama kali dilaporkan pada 24 September 2012 oleh seorang dokter di Arab Saudi. MERS tercatat resmi di WHO pada september 2012. 

Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), sejak muncul kali pertama pada 2012, MERS telah menewaskan sekitar 858 orang. Penyakit ini tak hanya mewabah pada 2012 saja, tetapi juga pada muncul pada 2016 hingga 2018. 

Kembali ke tajuk utama, mana yang paling berbahaya di antara COVID-19, SARS, dan MERS?

Baca juga: Selain Virus Corona, Ini 12 Wabah Mematikan Lainnya dalam Sejarah

Tingkat Fatal yang Berbeda

COVID-19, SARS, dan MERS memang sama-sama disebabkan oleh virus korona. Namun, bila diselisik lebih jauh, ketiganya memiliki tingkat kematian yang berbeda. Menurut ahli, selama epidemi SARS angka kematiannya sama dengan 10 persen.

Komplikasi SARS lebih mungkin terjadi pada lansia. Sekitar setengah dari semua orang yang terinfeksi di atas usia 65 tahun, tak mampu bertahan hidup. Bagaimana dengan MERS?

Menurut catatan WHO, MERS memiliki tingkat kematian sebesar 37 persen. Artinya hampir empat kali lipat daripada SARS. Para ahli di Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mengatakan, sekitar 3 atau 4 dari 10 pengidap MERS tak bisa bertahap hidup. Kasus di Arab Saudi terbilang lebih serius, sekitar 22 orang tewas dari 44 kasus yang terjadi. 

Baca juga: Novel Coronavirus Sudah Ditemukan Sejak 2012, Fakta atau Hoaks?

Andaikan pengidap MERS tak meninggal dunia, ada beberapa komplikasi yang mungkin harus mereka hadapi. Mulai dari pneumonia, gagal ginjal, gagal napas, hingga syok sepsis. Sungguh mengerikan, bukan? 

Lalu, apa kabarnya COVID-19 yang kini tengah mewabah? Menurut data dari GISAID (Global Initiative on Sharing All Influenza Data) secara realtime, pada Jumat 14 Februari 2020, setidaknya sekitar 64,418 orang terinfeksi COVID-19. 

Dari total tersebut sekitar 1,491 tewas, dan 7,064 orang berhasil pulih dari serangan virus misterius tersebut. Artinya, tingkat kematian virus korona Wuhan ini sekitar 2,3 persen. 

Hal yang perlu ditegaskan, meski dalam hitung-hitungan COVID-19 tidak semengerikan SARS dan MERS, jangan sekali-kali meremehkan penyakit ini. Alasannya jelas, penyakit ini bisa menimbulkan pneumonia berat yang berujung pada kematian. 

Mau tahu lebih jauh mengenai virus korona dan cara mencegahnya? Atau memiliki keluhan kesehatan lainnya? Kamu bisa kok bertanya langsung pada dokter melalui aplikasi Halodoc

Lewat fitur Chat dan Voice/Video Call, kamu bisa mengobrol dengan dokter ahli tanpa perlu ke luar rumah kapan dan di mana saja. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play!

Referensi:
CDC. Diakses pada 2020. Middle East Respiratory Syndrome (MERS).
CDC. Diakses pada Januari 2020. Frequently Asked Questions About SARS.
CDC. Diakses pada 2020. Human Coronavirus Types.
GISAID. Diakses pada 2020. Coronavirus COVID-19 Global Cases by Johns Hopkins CSSE. 
Medical News Today. Diakses pada 2020. What to know about coronaviruses.
US National Library of Medicine - National Institutes of Health. Diakses pada 2020. Middle East Respiratory Syndrome (MERS) – An update.
WHO. Diakses pada 2020. Coronavirus.