Cegah Hipotensi Ortostatik dengan Lakukan 6 Hal Ini
Halodoc, Jakarta - Hipotensi ortostatik atau disebut juga dengan hipotensi postural adalah kondisi tekanan darah rendah yang terjadi ketika seseorang berdiri dari duduk atau berbaring. Gejala khas dari hipotensi ortostatik, yakni pusing, bahkan pingsan segera setelah seseorang berdiri setelah duduk cukup lama.
Umumnya, kondisi hipotensi ortostatik tergolong ringan dan hanya berlangsung kurang dari beberapa menit. Namun, jika kondisi ini berlangsung lama dapat menandakan masalah yang lebih serius. Jadi, penting untuk berbicara dengan dokter jika kamu sering mengalami pusing saat berdiri.
Baca Juga: Selain Penurunan Tekanan Darah, 5 Penyebab Hipotensi Ortostatik
Gejala Hipotensi Ortostatik
Gejala umum dari hipotensi ortostatik adalah sakit kepala ringan atau pusing saat berdiri setelah duduk atau berbaring. Tanda dan gejala lainnya dapat meliputi :
-
Pandangan menjadi kabur
-
Mengalami kelemahan saat berdiri
-
Kelemahan yang berujung pingsan
-
Kebingungan
-
Mual.
Pengobatan Hipotensi Ortostatik
Fokus dari perawatan hipotensi ortostatik adalah mengembalikan tekanan darah agar kembali normal. Perawatannya dapat berupa peningkatan volume darah, mengurangi pengumpulan darah di kaki bagian bawah dan membantu pembuluh darah mendorong darah ke seluruh tubuh. Salah satu perawatan paling sederhana untuk hipotensi ortostatik ringan adalah duduk atau berbaring segera setelah merasa pusing saat berdiri.
Dengan cara ini, gejala hipotensi ortostatik harus hilang. Jika tak kunjung hilang, perawatan lain mungkin dibutuhkan. Perawatan lain yang bisa dilakukan dapat berupa :
-
Mengubah dosis obat atau menghentikannya sama sekali apabila tekanan darah rendah disebabkan oleh konsumsi obat-obatan.
-
Stoking kompresi atau pengikat perut dapat membantu mengurangi penggumpalan darah di kaki dan mengurangi gejala hipotensi ortostatik.
-
Obat fludrocortisone sering digunakan untuk membantu meningkatkan jumlah cairan dalam darah, sehingga tekanan darah dapat naik.
-
Obat midodrine untuk meningkatkan level tekanan darah dengan membatasi ekspansi pembuluh darah.
-
Droxidopa (Northera) dapat diresepkan untuk mengobati hipotensi ortostatik yang terkait dengan penyakit parkinson, beberapa sistem atrofi atau kegagalan otonom murni.
-
Obat-obatan, seperti pyridostigmine (regonol, mestinon), obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), kafein dan epoetin (Epogen, Procrit, dan lain-lain), kadang-kadang dikonsumsi sendiri atau bersamaan dengan obat lain untuk kasus hipotensi ortostatik yang tidak kunjung hilang dengan obat-obatan sebelumnya.
Baca Juga: Wanita Hamil Rentan Alami Hipotensi Ortostatik, Ini Alasannya
Pencegahan Hipotensi Ortostatik
Ada beberapa cara untuk mengelola atau mencegah hipotensi ortostatik yang sebagian besar tidak melibatkan penggunaan obat. Langkah pencegahannya, yakni :
-
Tetap terhidrasi dengan minum banyak cairan. Cairan yang hilang karena diare atau muntah harus segera diganti.
-
Hindari atau batasi asupan alkohol karena alkohol dapat memperburuk hipotensi ortostatik.
-
Gunakan lebih banyak garam untuk makanan. Namun, berkonsultasilah dengan dokter terlebih dahulu karena terlalu banyak garam dalam diet dapat meningkatkan tekanan darah.
-
Hindari aktivitas berat selama cuaca panas.
-
Saat bangun dari tempat tidur, duduklah di tepi tempat tidur sebentar sebelum berdiri.
-
Tidur dengan kepala sedikit terangkat.
Baca Juga: Perlu Tahu, Pemeriksaan untuk Diagnosis Hipotensi Ortostatik
Itulah penjelasan seputar hipotensi ortostatik yang perlu kamu ketahui. Jika kamu punya pertanyaan lain tentang kondisi kesehatan lainnya, bicara saja dengan dokter Halodoc. Gunakan fitur Talk to A Doctor yang ada di aplikasi Halodoc untuk menghubungi dokter kapan saja dan di mana saja via Chat, dan Voice/Video Call. Yuk, segera download aplikasi Halodoc di App Store atau Google Play! Play!
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan