Cara Menghadapi Trauma yang Terjadi Usai Perceraian
Halodoc, Jakarta – Bagi beberapa pasangan, perceraian mungkin menjadi pilihan paling masuk akal dalam mengatasi masalah-masalah yang dialami berdua. Namun tentu saja, bercerai bukanlah sebuah keputusan yang mudah serta melibatkan banyak hal, mulai dari pekerjaan, keluarga besar, hingga anak-anak. Selain sisa masalah yang harus diselesaikan, perceraian juga bisa saja memicu trauma.
Trauma usai perceraian bisa menyerang siapa saja yang terlibat, baik suami, istri, hingga anak-anak. Kabar buruknya, trauma yang terjadi setelah perceraian bisa memengaruhi kualitas hidup orang yang mengalaminya. Maka dari itu, perlu dilakukan penanganan segera untuk menangani kondisi ini. Lantas, bagaimana cara menghadapi trauma yang terjadi usai perceraian?
Baca juga: Pernikahan Tidak Akur atau Cerai, Mana yang Lebih Bahaya?
Tips Menghadapi Trauma Usai Perceraian
Saat perceraian terjadi, sangat wajar jika muncul perasaan sedih, kecewa, atau marah. Hal ini juga bisa memicu munculnya trauma selama atau setelah proses perceraian berjalan. Hal itu sangat wajar terjadi. Namun, kondisi ini tidak boleh disepelekan begitu saja. Lantas, bagaimana tips dan cara menghadapi trauma usai perceraian?
- Bersedih Secukupnya
Sangat normal untuk merasakan sedih setelah perceraian. Namun, sebaiknya jangan biarkan hal ini berlarut-larut dan mengganggu aktivitas sehari-hari. Bersedihlah secukupnya, terima bahwa perpisahan adalah hal terbaik, kemudian mulai susun rencana untuk melangkah kembali.
- Fokus pada Anak-Anak
Salah satu pihak yang paling rentan dalam perceraian orangtua adalah anak-anak. Maka dari itu, sebaiknya jangan mengabaikan anak dan cobalah berfokus dalam mengurus segala kebutuhannya. Dengan begitu, trauma yang mungkin dialami bisa lebih cepat diatasi. Jika bagi orang dewasa saja perpisahan adalah hal yang berat, bagaimana dengan anak-anak?
Baca juga: Benarkah PTSD Bisa Disebabkan karena Trauma Perceraian?
- Minta Bantuan Keluarga dan Teman
Meski begitu, jangan terlalu memaksakan diri. Jika memang masih merasa sedih, rasakan hal itu terlebih dahulu. Jika dibutuhkan, cobalah untuk meminta bantuan pada anggota keluarga lain atau teman untuk melewati masa sulit serta trauma setelah perceraian. Kamu bisa menghabiskan waktu bersama kerabat atau keluarga untuk sejenak keluar dari kesedihan. Jangan hanya menunggu, sebab bisa saja orang lain tidak mengetahui perasaan kamu, sehingga cobalah untuk meminta bantuan.
- Terapi
Jika dibutuhkan, tidak ada salahnya untuk menjalani terapi psikologis untuk mengatasi trauma setelah perceraian. Cobalah untuk berlatih teknik menenangkan diri, seperti teknik pernapasan atau meditasi. Kamu juga bisa mencoba bergabung dengan komunitas atau kelompok pendukung perceraian untuk meringankan gejala trauma.
Mengatasi trauma setelah perceraian juga bisa dilakukan dengan menjaga kebugaran tubuh sehingga ketenangan pikiran bisa dicapai. Kamu bisa menjaga kesehatan tubuh dengan menerapkan gaya hidup sehat, termasuk mengonsumsi multivitamin secara rutin. Biar lebih mudah, beli multivitamin atau kebutuhan kesehatan lain di aplikasi Halodoc saja. Pesanan kamu akan dikirim ke rumah dalam waktu satu jam. Ayo, download aplikasinya sekarang juga di App Store atau Google Play!
- Susun Rencana ke Depan
Bagaimanapun, semuanya sudah terjadi dan perceraian sudah menjadi pilihan. Daripada terpaku dan membuat trauma memburuk, cobalah untuk fokus merencanakan masa depan. Kamu bisa membuat rencana kehidupan untuk dua tahun atau lima tahun ke depan. Pikirkan dan percayalah bahwa semuanya akan membaik seiring berjalannya waktu. Pernikahan kamu dan pasangan mungkin gagal, tapi bukan berarti kehidupan berhenti gagal.
Baca juga: 7 Efek Buruk Perceraian Bagi Anak
- Hadiah untuk Diri Sendiri
Self-rewards alias memberi hadiah untuk diri sendiri mungkin bisa dicoba untuk membantu meredakan atau menghadapi trauma setelah perceraian. Selain berbentuk barang, kamu juga bisa memberi hadiah pada diri sendiri berupa melakukan hal-hal yang menyenangkan dan menenangkan, misalnya menjalani hobi, berkebun, atau traveling.