Cara Mengajarkan Disiplin pada Anak dengan Autisme
Halodoc, Jakarta - Mengajarkan disiplin pada anak tidaklah mudah. Apalagi jika anak memiliki kondisi khusus yang membuat orangtua perlu lebih banyak lagi mencurahkan perhatian, seperti autisme. Jika dijelaskan secara medis, autisme atau autism spectrum disorder (ASD) adalah gangguan perkembangan saraf yang memengaruhi perkembangan bahasa dan kemampuan anak untuk berkomunikasi, berinteraksi, dan berperilaku.
Anak dengan autisme umumnya ditandai dengan adanya gangguan saat ia berinteraksi sosial dan kesulitan untuk berkomunikasi. Lantas, apa yang perlu dilakukan orangtua dalam menanamkan nilai-nilai kedisiplinan pada anak dengan autisme?
Baca juga: Kenali Ciri-ciri Autisme Pada Anak Sedini Mungkin
Mengajarkan Disiplin pada Anak dengan Autisme Butuh Pendekatan yang Berbeda
Ketika seorang anak berperilaku kurang baik, entah itu melampiaskan amarah, menyakiti anak lain atau mengabaikan instruksi, ia biasanya mendapatkan semacam hukuman sebagai tindakan pendisiplinan. Namun, ketika seorang anak berada pada spektrum autisme, ia membutuhkan pendekatan disiplin yang berbeda.
Akan lebih sulit untuk menerapkan teknik disiplin konvensional saat menangani anak autisme. Namun, bukan berarti orangtua tidak boleh mengajarkan disiplin pada anak sama sekali. Hanya saja, strategi yang perlu digunakan sebaiknya lebih lembut dan konsisten.
Berikut beberapa tips dalam mengajarkan disiplin pada anak dengan autisme:
1.Pahami Kebutuhan Anak
Penting untuk memiliki pemahaman yang baik tentang kondisi anak dengan autisme. Sebab, gejala autisme bisa sangat bervariasi. Pemahaman yang jelas tentang kebutuhan dan kemampuan anak membantu memastikan orangtua menciptakan ekspektasi yang realistis.
Misalnya, pahami bahwa anak dengan autisme mungkin tidak dapat mengontrol perilaku tertentu, seperti mengepakkan tangan misalnya. Perilaku tersebut dilakukannya untuk merangsang diri sendiri, yang sering kali membantu mereka dalam mengatur emosi. Hal ini dapat diatasi melalui analisis perilaku terapan atau terapi okupasi.
Baca juga: Anak Lebih Rentan Terkena Autisme Jika Ibu Mengidap Diabetes
2.Utamakan Keamanan Anak
Jauhkan anak dari suatu situasi, terutama jika situasinya tidak aman (secara emosional atau fisik) untuknya. Namun, perhatikan cara anak merespons ketika dibawa keluar dari situasi tersebut. Jika ia segera tenang, ia mungkin mengasosiasikan perilaku buruk dengan bisa meninggalkan situasi yang tidak disukai.
3.Fokus pada Hal Positif
Anak dengan autisme umumnya merespons teknik disiplin yang lebih baik dengan fokus pada hal positif. Cobalah alat visual yang membantu anak mengasosiasikan perilaku positif, dengan mendapatkan sesuatu yang dia inginkan, seperti bagan stiker klasik.
Pilihlah stiker dengan karakter favorit anak dan berikan satu stiker untuk setiap perbuatan atau perilaku baik yang dilakukan anak. Ketika ia mendapatkan sejumlah stiker, beri hadiah kecil yang ia inginkan. Ketika anak bertindak dengan cara yang positif, pastikan untuk memberinya banyak pujian.
Baca juga: Inilah Jenis Olahraga yang Baik untuk Anak Autisme
4.Ajari Teknik Menenangkan Diri
Setiap anak pasti pernah mengalami luapan emosi, misalnya tantrum atau kondisi lainnya. Namun, akan lebih sulit untuk menenangkan anak dengan autisme. Jadi, orangtua perlu mengajarinya teknik menenangkan diri yang dapat diterapkan dalam berbagai situasi.
Ajari ia untuk bernapas dalam-dalam secara perlahan, tutup mata dan bayangkan sesuatu yang menyenangkan. Misalnya kucing atau taman favoritnya. Minta ia untuk melakukan teknik ini kapan pun merasa marah atau ingin melampiaskan emosi.
5.Bersikap Konsisten
Tetaplah konsisten dalam mengajarkan disiplin pada anak, baik yang berkebutuhan khusus atau tidak. Namun, anak dengan autisme biasanya butuh waktu yang lebih lama untuk diajari kedisiplinan, karena mereka merespons positif disiplin secara terstruktur. Sabar dan teruskan untuk mengajari anak nilai-nilai disiplin dengan telaten.
Itulah beberapa tips mengajarkan disiplin pada anak dengan autisme. Karena tidak mudah membesarkan anak dengan autisme, tidak masalah bagi orangtua untuk meminta bantuan, baik pada keluarga atau ahlinya. Jika butuh bantuan ahli, kamu bisa download aplikasi Halodoc untuk berkonsultasi pada psikolog anak, kapan dan di mana saja.