Cara Mendampingi Anak yang Mengalami Skoliosis

4 menit
Ditinjau oleh  dr. Fadhli Rizal Makarim   06 Juli 2021

Skoliosis merupakan kelainan tulang yang umumnya dialami anak-anak sebelum masa pubertas. Kelainan ini membuat tulang belakang anak melengkung seperti huruf C atau S. Anak-anak dengan skoliosis perlu mendapatkan perhatian ekstra agar kondisi tidak semakin memburuk. Apa saja yang perlu orangtua ketahui?”

Cara Mendampingi Anak yang Mengalami SkoliosisCara Mendampingi Anak yang Mengalami Skoliosis

Halodoc, Jakarta – Penyakit pada tulang sebenarnya bukan hanya osteoporosis. Masih ada beberapa penyakit tulang lainnya yang perlu diwaspadai, salah satunya skoliosis. Skoliosis merupakan kelainan tulang di mana tulang melengkung seperti huruf C atau S. Sebagian besar kelainan tulang ini terjadi pada anak-anak sebelum masa pubertas, kira-kira berusia 10 hingga 15 tahun. Pertanyaannya, bagaimana cara mendampi anak yang mengalami skoliosis?

Baca juga: Idap Skoliosis di Masa Kecil Bisa Sampai Dewasa, Benarkah?

Anak Alami Skoliosis, Orangtua Pahami Hal Ini

Mendampingi anak yang mengalami skoliosis memang tidak mudah. Orangtua bisa memahami beberapa hal berikut ini, yaitu: 

1. Rutin Memeriksakan Anak

Umumnya, penyakit skoliosis ditemukan pada anak-anak 10-15 tahun atau sebelum masa pubertas. Kabar baiknya, sebagian besar kasus skoliosis pada anak-anak bersifat ringan.

Meski begitu kamu sebagai orangtua harus tetap mengawasi kondisi tersebut secara saksama. Oleh sebab itu, cobalah memeriksakan dirinya ke dokter untuk menjalani X-ray secara rutin untuk mengetahui perkembangannya. 

Cobalah diskusikan dengan dokter bagaimana cara atau strategi yang perlu dilakukan untuk mengatasi atau mengelola skoliosis pada anak. Ikutilah saran dan rekomendasi dari dokter. 

2. Ketahui Aktivitas yang Perlu Dihindari

Terdapat beberapa aktivitas yang perlu dihindari anak saat ia mengidap skoliosis, salah satunya bermain gadget terlalu lama. Di kondisi ini, umumnya anak-anak akan bermain dengan posisi yang keliru. Contohnya, badan condong ke depan dan kepala tertetuk. 

Padahal, postur tubuh seperti ini bisa berakibat buruk bagi pengidap skoliosis. Kondisi ini memberikan tekanan pada sumsum tulang belakang, dan menekan pembuluh darah ke sumsum tulang belakang. 

Anak juga tidak dianjurkan untuk berenang secara kompetitif. Berenang selama berjam-jam setiap hari menyebabkan tulang belakang dada (tulang belakang dari pangkal leher ke bagian bawah tulang rusuk) menjadi rata, yang mendorong perkembangan kurva kelengkungan.

Ada pula aktivitas lainnya yang perlu dihindari. Contohnya, hindari olahraga bermain sepak bola, tidur dengan posisi tengkurap, berlari jarak jauh di permukaan yang keras, hindari bermain trampolin, dan membawa barang-barang yang berat.

Baca juga: Jaga Kesehatan Tulang, Ini Bedanya Skoliosis dengan Kifosis

3. Ketahui Metode Pengobatan

Menurut pakar di Johns Hopkins Medicine, hanya sebagian kecil pasien skoliosis yang memerlukan pengobatan. Kira-kira, hanya sekitar 30 persen yang memerlukan penyangga tulang untuk mengatasi kondisi tersebut dan sekitar 10 persennya lagi memerlukan tindakan pembedahan. 

Hal yang perlu orangtua pahami skoliosis adalah kondisi yang mudah ditangani jika didiagnosis sejak dini. Bagi anak-anak yang masih dalam masa pertumbuhan, penyangga tubuh bagian luar bisa digunakan untuk mencegah memburuknya skoliosis lebih lanjut saat anak tumbuh besar. 

Meski memakai penyangga, kebanyakan anak menjalani kehidupan normal dan dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang sama dengan teman sebayanya.

Penyangga ini dapat dihentikan sampai pertumbuhan tulang belakang anak berhenti. Kamu bisa bertanya langsung pada dokter melalui aplikasi Halodoc, mengenai waktu yang tepat untuk menghentikan menggunakan tulang penyangga pada anak dengan skoliosis.

Bagaimana bila skoliosis terjadi pada bayi atau balita? Bayi dan balita mungkin tidak memerlukan perawatan karena lekuk tubuh dapat meningkat seiring waktu.

Sebuah gips atau penjepit plastik mungkin dipasang di punggung mereka. Tujuannya untuk menghentikan kurva (lengkungan tulang) menjadi lebih buruk saat mereka tumbuh. Hal yang tak kalah penting, perkembangan penyakit skoliosis harus terus diamati oleh dokter. 

4. Mungkin Membutuhkan Operasi

Meski umumnya tindakan pembedahan jarang diambil, ada sebagian kasus skoliosis pada anak yang membutuhkan tindakan operasi. Lantas, kapan metode ini diambil?

Menurut National Institutes of Health (NIH), prosedur operasi skoliosis diperlukan bila lekukan tulang belakang parah atau memburuk dengan sangat cepat. 

Pengidap skoliosis membutuhkan operasi bila kurva kelengkungan melebihi 45-50 derajat. Kondisi ini bisa menyebabkan skoliosis semakin parah, bahkan setelah pengidapnya dewasa. Bahkan, kondisi ini juga bisa memengaruhi fungsi paru-paru pengidapnya.

Baca juga: Waspada Tulang Belakang Melengkung atau Skoliosis

Nah, bagi ibu yang memiliki anak dengan skoliosis, bisa kok memeriksakan dirinya ke rumah sakit pilihan. Sebelumnya, buat janji dengan dokter di aplikasi Halodoc sehingga tidak perlu mengantre sesampainya di rumah sakit. Praktis, kan?

Referensi:
American Academy of Orthopaedic Surgeon. Diakses pada 2021. Orthoinfo. Nonsurgical Treatment Option for Scoliosis.
National Institutes of Health – MedlinePlus. Diakses pada 2021. Scoliosis surgery in children.
National Health Service – UK. Diakses pada 2021. Scoliosis.
Johns Hopkins Medicine. Diakses pada 2021. 5 Facts about Scoliosis Every Parent Should Know
ScoliSMART. Diakses pada 2021. Activities that Can Help — or Hurt — if Your Child has Scoliosis.

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan