Cara Menangani Penyakit Usus Buntu pada Anak
Halodoc, Jakarta – Penyumbatan usus yang menimbulkan peradangan adalah penyebab utama penyakit usus buntu. Penyumbatan ini bisa disebabkan oleh banyak hal, seperti tinja, parasit, atau putaran pada usus buntu itu sendiri. Peradangan dimulai ketika bakteri dalam usus buntu semakin bertambah dan suplai darah ke dalam usus buntu terputus.
Jika tidak segera ditangani, penyumbatan usus ini bisa menyebabkan usus buntu berlubang hingga pecah. Lubang-lubang ini memungkinkan tinja, lendir, dan zat lainnya keluar dan masuk ke dalam perut atau perut. Karena bisa bersifat fatal, maka seseorang yang mengalami usus buntu harus mendapat penanganan sesegera mungkin. Anak-anak ternyata lebih rentan mengalami usus buntu daripada orang dewasa. Berikut penanganan usus buntu pada anak yang perlu ibu ketahui.
Baca juga: Bahayakah Usus Buntu yang Tidak Terdeteksi?
Penanganan Usus Buntuk pada Anak
Usus buntu rentan dialami oleh anak-anak berusia 10 tahun hingga orang dewasa yang berusia 30 tahun. Anak-anak yang mengidap cystic fibrosis, yang menyebabkan lendir menumpuk, memiliki risiko lebih besar. Perawatan usus buntu tergantung pada gejala, usia, dan kondisi kesehatan anak secara keseluruhan.
Karena usus buntu berisiko menyebabkan usus pecah dan menyebabkan infeksi yang serius dan mematikan, dokter sering menyarankan agar anak yang mengidap usus buntu segera menjalani operasi untuk mengangkat usus buntu. Sebelum operasi dimulai, dokter akan memberikan antibiotik dan cairan melalui infus pada anak.
Pembedahan adalah pengobatan yang paling umum untuk radang usus buntu. Namun, untuk beberapa anak, dokter mungkin hanya memberikan antibiotik sebagai pengganti operasi. Nah, berikut beberapa opsi operasi untuk mengangkat usus buntu:
- Operasi terbuka. Sebelum pembedahan dilakukan, anak akan diberikan anestesi. Kemudian, dokter mulai membuat sayatan di sisi kanan bawah perut dan mengangkat usus buntu. Jika usus buntu pecah, selang kecil dapat dipasang untuk mengeluarkan nanah dan cairan lain dari perut. Pintasan akan diambil dalam beberapa hari, saat ahli bedah merasa infeksinya sudah hilang.
- Operasi laparoskopi. Anak yang menjalani operasi laparoskopi juga akan diberi anestesi. Bedanya dengan operasi terbuka, laparoskopi hanya membutuhkan beberapa sayatan kecil dan akan memasukan kamera yang disebut laparoskop untuk melihat ke dalam perut. Alat bedah kemudian ditempatkan melalui satu atau lebih sayatan kecil dan laparoskop dimasukkan melalui sayatan lain. Metode ini biasanya tidak dilakukan jika usus buntu sudah pecah.
Baca juga: Ketahui 2 Komplikasi yang Disebabkan Usus Buntu
Gejala Usus Buntu pada Anak
Gejala setiap anak mungkin berbeda-beda, jadi ibu harus jeli dengan kondisi apa saja yang dialami Si Kecil. Berikut beberapa gejala umum usus buntu yang wajib ibu ketahui:
- Nyeri di sekitar pusar dan pindah ke sisi kanan bawah perut atau sakit mungkin langsung dimulai di sisi kanan bawah perut.
- Nyeri sering kali semakin buruk seiring berjalannya waktu.
- Nyeri bisa menjadi lebih buruk saat anak bergerak, menarik napas dalam-dalam, disentuh, atau batuk dan bersin.
Apabila Si Kecil mengalami gejala tersebut, sebaiknya periksakan anak ke dokter. Kalau ibu berencana mengunjungi rumah sakit, ibu dapat membuat janji dengan dokter terlebih dahulu melalui aplikasi Halodoc. Tinggal pilih dokter di rumah sakit yang tepat sesuai dengan kebutuhan anak lewat aplikasi.
Baca juga: Hal yang Bisa Tingkatkan Risiko Penyakit Usus Buntu
Ketika usus buntu pecah, gejalanya mungkin lebih buruk. Anak bisa mengalami sakit perut, mual, muntah, kehilangan selera makan, demam, dan menggigil. Selain itu, anak juga bisa mengalami sembelit atau diare dan perut yang terlihat membengkak. Jika ibu melihat tanda-tanda ini, segera bawa anak ke rumah sakit.
Referensi:
University of Rochester Medical Center. Diakses pada 2020. Appendicitis in Children.
Kids Health. Diakses pada 2020. Appendicitis.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan