Cara Menangani Penyakit Kuning yang Terjadi pada Orang Dewasa
Halodoc, Jakarta – Penyakit kuning terjadi ketika terlalu banyak bilirubin di dalam darah. Bilirubin yang menumpuk dapat menyebabkan kulit terlihat kuning. Penyakit kuning jarang terjadi pada orang dewasa, tetapi ada beberapa kondisi yang dapat memicu penyakit ini.
Hepatitis, penyakit hati terkait konsumsi alkohol, saluran empedu yang tersumbat, kanker pankreas, dan obat-obatan tertentu adalah pemicu penyakit kuning. Lantas, bagaimana cara menangani penyakit kuning pada orang dewasa? Informasi selengkapnya bisa dibaca di sini!
Penanganan Penyakit Kuning
Penanganan penyakit kuning pada orang dewasa biasanya dilakukan dengan cara mengatasi kondisi yang menyebabkannya. Jika kamu mengidap hepatitis virus akut, penyakit kuning akan hilang dengan sendirinya saat hati mulai sembuh. Jika saluran empedu yang tersumbat adalah penyebabnya, dokter mungkin menyarankan operasi untuk menyelesaikan masalah penyumbatan
Baca juga: Perbedaan Penyakit Kuning dengan Hepatitis A
Tadi sedikit disinggung mengenai beberapa penyebab penyakit kuning. Namun, ada pemicu yang jarang tapi bisa saja terjadi. Ini adalah kondisi kelainan genetik ketika tubuh mengalami gangguan memproses bilirubin.
Sindrom Gilbert dan sindrom Dubin-Johnson adalah dua kondisi yang langka. Pada kedua sindrom ini kadar bilirubin sedikit meningkat tetapi biasanya tidak cukup untuk menyebabkan penyakit kuning. Gangguan ini paling sering terdeteksi selama tes skrining rutin pada orang dewasa.
Ingin tahu lebih banyak mengenai sindrom ini, bisa ditanyakan langsung di Halodoc. Dokter yang ahli di bidangnya akan berusaha memberikan solusi terbaik. Caranya, cukup download aplikasi Halodoc lewat Google Play atau App Store. Melalui fitur Contact Doctor kamu bisa memilih mengobrol lewat Video/Voice Call atau Chat.
Memahami Gejala Penyakit Kuning
Bagaimana seseorang bisa tahu kalau dia sedang mengidap penyakit kuning? Berikut ini adalah beberapa tandanya:
1. Nyeri dan nyeri perut yang parah.
2. Perubahan fungsi mental, seperti mengantuk, gelisah, atau kebingungan.
3. Darah di kotoran.
4. Darah dalam muntahan.
5. Demam.
6. Kecenderungan memar atau mudah berdarah, kadang-kadang menyebabkan bintik-bintik kecil berwarna ungu kemerahan atau bercak yang lebih besar (yang menandakan pendarahan di kulit). Sebenarnya penyakit kuning tidak bisa disebut sebagai “penyakit” karena penyakit kuning adalah tanda yang terlihat dari proses penyakit yang mendasarinya.
Pengidap penyakit kuning akan mengalami perubahan warna kulit menjadi kuning pada berbagai tingkat, dan mungkin juga menunjukkan selaput lendir yang menguning dan mata yang putih. Namun, tergantung pada penyebab penyakit kuning, orang yang mengidap penyakit ini bisa jadi mengalami gejala yang berbeda.
Baca juga: Ketahui Sisi Psikologis Orang yang Bepergian saat Pandemi
Karenanya penyakit kuning memerlukan evaluasi medis yang komprehensif untuk menentukan penyebabnya. Profesional medis akan memeriksa riwayat penyakit secara mendetail dan melakukan pemeriksaan fisik. Tes darah awal juga akan dilakukan, dengan pemeriksaan khusus dilakukan mencakup:
1. Tes darah hati.
2. Hitung darah lengkap (CBC).
3. Panel elektrolit.
4. Tingkat lipase.
Bergantung pada hasil tes darah awal, studi lebih lanjut mungkin diperlukan untuk membantu mendiagnosis proses penyakit yang menjadi penyebab. Dalam kasus tertentu, studi pencitraan perlu dilakukan untuk mengevaluasi kelainan pada hati, kandung empedu, dan pankreas. Studi pencitraan ini mungkin termasuk:
1. USG perut.
2. Pemindaian tomografi terkomputerisasi (CT).
3. Pencitraan resonansi magnetik (MRI).
4. Cholescintigraphy (pemindaian HIDA).
Kadang-kadang, orang yang mengalami kondisi penyakit kuning akan membutuhkan pengujian invasif lebih lanjut untuk menentukan penyebab penyakit kuning. Prosedur yang dapat dipesan termasuk kolangiopankreatografi retrograd endoskopik (ERCP) atau biopsi hati.