Bukan Bodoh, Ibu Perlu Tahu Cara Tingkatkan Konsentrasi Anak

Ditinjau oleh  dr. Fadhli Rizal Makarim   12 Maret 2020
Bukan Bodoh, Ibu Perlu Tahu Cara Tingkatkan Konsentrasi AnakBukan Bodoh, Ibu Perlu Tahu Cara Tingkatkan Konsentrasi Anak

Halodoc, Jakarta – Rasa ingin tahu anak yang masih sangat tinggi sering kali membuat ia sulit berfokus pada satu hal. Sayangnya, hal ini sering membuat orangtua beranggapan bahwa anak menjadi malas dan tidak mau belajar.

Padahal, konsentrasi bukan tentang kemauan. Menurut Dr. Laurie Mcnelles, ahli perkembangan anak dan remaja di York University, konsentrasi bergantung pada faktor usia, ekspektasi, dan lingkungan. Setiap orangtua juga perlu mengetahui tentang tahapan perkembangan konsentrasi anak.

Tahapan Perkembangan Konsentrasi Anak

Sebenarnya, konsentrasi anak mengalami perkembangan sesuai dengan usianya. Nah, berikut ini tahapan perkembangan konsentrasi sesuai usia sang buah hati, yaitu:

Usia 1-2 tahun

Pada usia ini, anak sudah mampu mengingat suatu benda, misalnya boneka kesukaannya dan orang-orang yang ia temui setiap hari. Namun, kemampuannya untuk berkonsentrasi masih terbatas, yaitu hanya berkisar 1-3 menit dan tergantung pada daya tarik hal tersebut.

Hal ini disebabkan karena fungsi indera, otak dan lainnya masih dalam masa perkembangan. Anak pada usia ini memiliki keingintahuan yang besar, sehingga ia cenderung banyak bergerak, bereksplorasi, dan mencoba berbagai hal yang menyebabkannya sulit fokus pada satu hal dalam jangka waktu yang lama.

Baca juga: Daya Ingat Menurun karena Kurang Tidur, Benarkah?

Dilansir dari laman CHOC Children, permainan untuk melatih konsentrasi, yaitu:

  • Puzzle dengan kepingan yang jumlahnya sedikit;

  • Memasukkan benda berbentuk angka dan huruf ke wadah yang memiliki lubang sesuai dengan bentuknya;

  • Menyusun balok-balok berukuran besar.

Usia 2-3 tahun

Kemampuan konsentrasi dan daya menghapal anak pada usia ini mulai meningkat. Si Kecil mampu menyanyikan penggalan lirik lagu yang sering ia dengarkan dan mampu berkonsentrasi selama 3-5 menit. Namun, Si Kecil juga mudah beralih dari aktivitas yang tengah dikerjakannya kepada hal lain yang lebih menarik.

Baca juga: Jangan Panik! Ini Dia 9 Cara Ampuh Mengatasi Bayi Menangis

Cara melatih konsentrasi anak usia 2-3 tahun:

  • Latih anak untuk menyelesaikan aktivitasnya, misalnya dorong ia agar bisa menyusun puzzle hingga selesai, atau ketika ibu membacakan sebuah buku. Minta Si Kecil untuk tetap mendengarkan hingga ibu selesai membaca buku tersebut.

  • Sering-seringlah berkomunikasi berdua dengannya dan minta Si Kecil untuk fokus mendengarkan.

Usia 3-4 tahun

Tingkat konsentrasi dan daya menghapal anak kian membaik. Si Kecil mampu berkonsentrasi lebih lama, yaitu sekitar 5-10 menit. Pada usia ini, ibu sebaiknya mendorongnya melakukan kegiatan fisik yang sangat bermanfaat untuk perkembangan kemampuan sensori dan motoriknya, serta agar Si Kecil dapat mengeksplorasi lingkungan.

Cara melatih konsentrasi anak usia 3-4 tahun:

  • Ajari anak berenang, karena olahraga tersebut bermanfaat untuk menstimulasi indera-indera sensoris, konsentrasi, serta otak kanan dan kirinya.
  • Minta anak untuk menceritakan kembali buku yang baru ia baca atau film yang sudah ia tonton.
  • Beri mainan yang bisa dibongkar pasang, seperti robot-robotan, rumah boneka, dan lain-lain. Biarkan ia membuatnya sendiri.
  • Ajari memasang dan melepaskan kancing baju.

Baca juga: Bayi Tiba-Tiba Rewel, Awas Wonder Week

 

Tips Meningkatkan Konsentrasi Anak Usia Sekolah

Adapun beberapa cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan konsentrasi anak saat sudah sekolah, yaitu:

  • Seimbangkan Waktu Belajar dan Istirahat

Setelah anak pulang dari sekolah, biarkan ia beristirahat dulu sejenak. Istirahat yang cukup, membuat otak dan tubuh anak segar dan berenergi kembali, sehingga ia bisa lebih berkonsentrasi.

  • Batasi Waktu Menonton dan Bermain Gadget

Jangan biarkan anak sampai kecanduan televisi dan berbagai macam gadget, sehingga ia tidak mau belajar. Studi yang dipublikasikan dalam International Journal of Applied Research mengungkapkan, ada dampak negatif penggunaan gawai pada anak, seperti ADHD, keterlambatan bicara, hingga depresi. 

  • Disiplinkan Anak

Ketika sedang belajar, minta anak agar duduk dalam posisi yang tegap di meja belajar. Jangan sampai anak belajar sambil tidur-tiduran, memainkan sesuatu dan lain-lain.

  • Beri Anak Asupan Nutrisi untuk Otak

Dilansir dari laman WebMD, beri Si Kecil sarapan bernutrisi sebelum ia berangkat ke sekolah. Makanan yang kaya kandungan zat besi seperti daging, ikan, kacang-kacangan dan sayur-sayuran juga sangat diperlukan untuk perkembangan otak dan intelegensi anak.

Jika ibu membutuhkan bantuan, jangan ragu untuk langsung bertanya pada dokter ahli melalui aplikasi Halodoc. Kapan saja, dokter siap membantu menjawab semua masalah kesehatan ibu dan sang buah hati. Berobat ke rumah sakit terdekat sekarang bisa menggunakan aplikasi Halodoc, lho!

 
Referensi: 
Dhende, T.R. 2019. Diakses pada 2020. The Impact of Using Gadgets on Children's Psychology. International Journal of Applied Research 5(8): 157-160.
CHOC Children's. Diakses pada 2020. Child Development: Ages and Stages.
WebMD. Diakses pada 2020. 7 Brain Foods for Kids.