Bisakah Melahirkan Normal Setelah Operasi Caesar?
Halodoc, Jakarta - Pasangan artis Indonesia, Ringgo Agus Rahman dan Sabai Morscheck tengah menunggu kelahiran anak keduanya. Tahun 2016 lalu, Sabai melahirkan anak pertamanya, Bjorka, melalui proses persalinan caesar. Melalui akun media sosial Instagram pribadinya, Ringgo mengutarakan keinginan Sabai untuk melahirkan anak kedua melalui persalinan normal.
Nah, banyak ibu yang pernah menjalani operasi caesar di kehamilan pertama dan tertarik melakukan persalinan normal untuk kelahiran selanjutnya. Sebenarnya, bisa atau tidak, ya?
Perlu diketahui bahwa persalinan pervaginam setelah operasi caesar atau vaginal birth after caesar (VBAC) dianggap sebagai pilihan yang aman bagi banyak ibu dan bayinya. Melakukan persalinan normal membuat ibu pulang lebih cepat dari rumah sakit dan bisa pulih lebih cepat. Faktor jenis sayatan pada rahim dan faktor riwayat kesehatan juga menentukan apakah ibu bisa menjalani VBAC atau tidak.
Baca juga: 3 Perawatan Tubuh yang Bisa Dilakukan Usai Melahirkan
Potensi Keberhasilan Persalinan Normal Setelah Operasi Caesar
Banyak ibu hamil yang mengalami VBAC tanpa adanya masalah. VBAC adalah pilihan yang sangat aman bagi ibu yang pernah menjalani operasi caesar sebelumnya dan telah diidentifikasi berisiko rendah. Bagi ibu yang telah diskrining dengan benar dan dianggap mampu untuk VBAC, tingkat keberhasilannya antara 60 hingga 80 persen.
Ada beberapa alasan mengapa ibu mungkin perlu mencoba untuk VBAC. Beberapa ibu mungkin hanya ingin mengalami persalinan normal. Sementara itu, ibu lainnya memilih karena alasan medis berikut:
- Menghindari persalinan melalui operasi caesar, yang memiliki risiko bawaan seperti infeksi bayi baru lahir, perdarahan pasca persalinan, dan komplikasi terkait anestesi.
- Mengurangi kemungkinan transfusi darah untuk menurunkan risiko penyakit yang ditularkan melalui darah.
- Mengurangi lama rawat inap di rumah sakit.
- Waktu pemulihan lebih singkat.
Secara keseluruhan ditemukan bahwa operasi caesar berulang pada wanita berisiko kematian yang lebih besar dibandingkan VBAC. Artinya, VBAC bisa menjadi pilihan yang aman. Nah, ibu juga bisa mendiskusikan hal ini dengan dokter kandungan saat pemeriksaan rutin kehamilan di rumah sakit apabila masih memiliki pertanyaan.
Risiko VBAC yang Jadi Pertimbangan
Meskipun terdapat manfaat melakukan persalinan normal setelah operasi caesar, namun ada juga beberapa risiko yang mungkin dihadapi. VBAC dapat menyebabkan ruptur uteri atau robeknya otot rahim yang berbahaya yang disebabkan karena bekas luka operasi caesar sebelumnya. Ruptur uteri bisa membahayakan bagi bayi dan mungkin juga mengancam nyawa sang ibu.
Baca juga: Ini 20 Istilah Persalinan yang Perlu Diketahui Ibu
Jika ruptur uteri menyebabkan perdarahan yang berlebihan, ibu mungkin harus menjalani transfusi darah atau histerektomi segera. Namun, kasus ruptur uteri masih rendah, kurang dari 1 persen, dan lebih berisiko pada ibu yang memerlukan induksi persalinan buatan.
Selain itu, ada risiko infeksi yang lebih besar pada ibu dan bayi dalam kasus percobaan persalinan pevaginam setelah operasi caesar. Jika ibu akan menjalani VBAC, pilihlah melahirkan di rumah sakit dengan fasilitas yang dilengkapi alat untuk melakukan operasi caesar darurat, jika diperlukan.
Persiapan Sebelum Melakukan VBAC
Jika pada kehamilan sebelumnya ibu menjalani operasi caesar dan ingin menjalani persalinan normal di kehamilan selanjutnya, sebaiknya mulai membicarakan mengenai VBAC sejak kunjungan prenatal pertama.
Diskusikan kekhawatiran dan harapan ibu pada dokter kandungan atau bidan. Pastikan dokter atau bidan memiliki riwayat kesehatan lengkap, termasuk catatan bedah caesar sebelumnya dan prosedur uterus lainnya.
Dokter atau bidan mungkin akan menggunakan riwayat kesehatan ibu untuk memperhitungkan kemungkinan melakukan VBAC. Rencanakan untuk melahirkan bayi di fasilitas yang dilengkapi untuk menangani operasi caesar darurat. Diskusikan juga mengenai risiko dan manfaat VBAC selama kehamilan, terutama jika faktor risiko tertentu belum muncul.
Perlu ibu ketahui juga, bahwa jika persalinan awal dilakukan secara operasi caesar, maka sebaiknya kehamilan berikutnya ditunda minimal 2 tahun. Jarak ini direkomendasikan juga untuk persalinan caesar dan normal. Jika kehamilan terjadi dalam jarak waktu kurang dari 2 tahun, maka kemungkinan akan terjadi risiko kesehatan. Salah satu risiko yang paling fatal yaitu ruptur uteri.
Baca juga: Tahapan Pembukaan pada Persalinan yang Perlu Diketahui
Jika ibu memilih untuk melakukan VBAC saat persalinan, ibu akan mengikuti proses yang sama seperti yang digunakan untuk persalinan normal. Dokter kandungan akan merekomendasikan pemantauan secara terus menerus terhadap detak jantung bayi dan bersiap untuk melakukan operasi caesar jika diperlukan.
Apabila ibu memiliki gangguan kesehatan selama kehamilan, maka bicarakan segera pada dokter kandungan melalui aplikasi Halodoc untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang!
Referensi:
Kids Health. Diakses pada 2020. Can I Have a Vaginal Birth If I Had a Previous C-Section?
Parents. Diakses pada 2020. What is VBAC? All About Vaginal Birth After Cesarean
WebMD. Diakses pada 2020. Can I Have a Vaginal Birth After a C-Section?
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan