Berbahayakah Ibu Hamil yang Terkena Campak?
Halodoc, Jakarta - Campak adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Paramyxovirus. Virus tersebut bisa menular melalui melalui butiran liur halus (droplets) di udara saat pengidapnya batuk atau bersin. Selain yang memiliki kekebalan tubuh yang rendah, ibu hamil juga rentan tertular penyakit campak. Apalagi jika belum pernah terinfeksi campak waktu masih kanak-kanak.
Gejala campak biasanya baru mulai muncul sekitar satu sampai dua minggu setelah virus masuk ke dalam tubuh. Ditandai dengan demam, batuk, pilek, tidak enak badan, mata memerah dan jadi sensitif terhadap cahaya. Setelah 3-4 hari, demam biasanya akan mereda, lalu muncul bercak kemerahan yang dimulai dari sekitar telinga lalu menjalar ke seluruh tubuh. Lantas, berbahayakah ibu hamil yang terkena campak?
Baca juga: Inilah Perbedaan Campak dengan Campak Jerman
Bahaya Ibu Hamil yang Terkena Campak
Perlu diketahui bahwa pada kondisi tidak hamil saja campak bisa berbahaya. Penyakit ini dapat menyebabkan komplikasi berupa radang pada telinga, bronkitis, infeksi paru-paru (pneumonia) dan infeksi otak. Semenata itu, pada ibu hamil, bahaya campak terhadap janin yang dikandung biasanya tergantung pada usia kehamilan.
Jika ibu hamil terkena infeksi campak pada trimester pertama kehamilan, risiko mengalami keguguran atau persalinan prematur akan meningkat. Tak hanya itu, campak yang menyerang di masa awal kehamilan juga dapat menyebabkan bayi lahir dengan cacat bawaan yang berat.
Di sisi lain, jika ibu hamil baru terkena campak saat usia kehamilan sudah menginjak trimester akhir, biasanya akan terjadi infeksi perinatal pada janin dan menyebabkan peradangan pada seluruh jaringan otak janin (panencephalitis). Selain itu, infeksi campak yang menyerang ibu hamil di minggu-minggu terakhir jelang persalinan juga dapat menyebabkan bayi terlahir dengan penyakit campak juga.
Baca juga: Kapan Waktu yang Tepat Imunisasi Campak Untuk Si Kecil?
Komplikasi campak yang bisa membahayakan janin biasanya terjadi pada ibu hamil yang belum pernah mendapat imunisasi, atau belum pernah terkena penyakit ini sebelumnya. Namun, jika ibu sudah mendapatkan imunisasi campak pada usia balita, dampak yang ditimbulkan campak mungkin tidak akan terlalu parah.
Pengobatan Ibu Hamil yang Terkena Campak
Jika ibu hamil mengalami gejala-gejala seperti demam dan disertai dengan munculnya ruam pada kulit, langkah pertama yang perlu ibu lakukan adalah periksakan diri ke dokter untuk memastikan apakah gejala tersebut menunjukkan adanya virus campak. Sebab, demam yang disertai ruam tidak selalu menandakan kondisi campak.
Agar lebih mudah, download saja aplikasi Halodoc untuk berbicara dengan dokter atau buat janji dengan dokter di rumah sakit. Dokter biasanya sudah bisa mendiagnosis campak hanya dengan melihat karakteristik ruam yang ada di dalam mulut, serta berdasarkan gejala-gejala yang dialami. Namun, pada beberapa kasus, dokter mungkin perlu melakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikan diagnosis.
Baca juga: Sering Salah Kaprah, Inilah Perbedaan Roseola, Campak, dan Rubella
Hingga saat ini, tidak ada obat khusus untuk menangani campak. Ibu hamil mungkin juga tidak dianjurkan untuk minum obat-obatan tertentu. Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan ibu hamil untuk mempercepat pemulihan sakit campak:
- Banyak istirahat dan hindari paparan sinar matahari selama mata masih sensitif terhadap cahaya.
- Banyak minum air putih untuk menghindari dehidrasi.
- Minum obat penurun demam yang sudah disetujui oleh dokter.
Kondisi ibu hamil yang terkena campak biasanya akan membaik tanpa perawatan khusus, dalam waktu satu sampai dua minggu.
Lalu, bisakah campak dicegah? Tentu bisa. Cara paling efektif untuk mencegah campak adalah dengan mendapatkan vaksin MMR yang berguna untuk memberi kekebalan terhadap campak, gondongan dan campak Jerman. Vaksin MMR biasanya diberikan dua kali, yaitu pada usia 13 bulan dan pada usia 5-6 tahun. Selama hamil, ibu juga sebaiknya tidak berada dekat-dekat dengan pengidap campak atau orang yang bersin agar tidak tertular.