Berbagai Hal yang Perlu Dipahami tentang Vaksin HIV
“HIV adalah virus yang kompleks karena ia bisa bermutasi dengan cepat dan sering kali mampu menangkis respon sistem kekebalan. Saat ini, belum ada vaksin yang mendapatkan persetujuan untuk penggunaan umum.”
Halodoc, Jakarta – HIV adalah virus yang merusak sistem kekebalan tubuh. Kondisi HIV yang tidak dapat sembuh memengaruhi dan membunuh sel CD4, yang merupakan jenis sel kekebalan yang disebut sel T. Sayangnya, hingga saat ini, belum ada vaksin HIV yang berhasil disetujui penggunaannya oleh manusia.
Sejauh ini, penelitian dan pengujian vaksin HIV eksperimental masih berlangsung. Namun, belum ada yang mendapat persetujuan untuk penggunaan umum.
HIV adalah virus yang kompleks, sebab ia bermutasi dengan cepat dan sering kali mampu menangkis respon sistem kekebalan.
Berbagai Hal tentang Vaksin HIV
HIV pertama kali diidentifikasi pada tahun 1984, kemudian Department of Health and Human Services di Amerika Serikat pada saat itu mengumumkan bahwa mereka berharap untuk dapat segera menyiapkan vaksin dalam waktu dua tahun.
1. Vaksinnya Belum Tersedia
Tiga tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1987, uji klinis vaksin HIV pertama pun dimulai. Uji vaksin ini dibuka oleh National Institutes of Health (NIH) di Maryland.
Uji coba fase pertama ini melibatkan 138 sukarelawan yang terbukti sehat dan negatif HIV. Namun, sayangnya vaksin subunit gp160 tidak menunjukkan dampak yang signifikan dalam mencegah atau mengobati HIV.
Bertahun-tahun berlalu, dan para peneliti pun masih berusaha menemukan vaksin HIV yang dapat digunakan oleh manusia. Akan tetapi hingga kini vaksin HIV belum menemukan titik terang.
2. Hambatan yang terjadi
Meskipun banyak uji coba vaksin yang dilakukan, tapi vaksin yang benar-benar efektif masih belum tersedia hingga sekarang. Ada alasan mengapa begitu sulit menaklukan penyakit ini, yaitu:
- Sistem kekebalan tubuh semua manusia benar-benar buta atau tidak pernah berhadapan dengan virus seperti HIV.
- Vaksin biasanya dibuat untuk meniru reaksi kekebalan orang yang pulih. Namun, hampir tidak ada orang yang sembuh setelah tertular HIV. Akibatnya, tidak ada reaksi kekebalan yang dapat ditiru oleh vaksin.
- Vaksin seharusnya melindungi tubuh dari penyakit, bukan infeksi.
- Virus HIV yang dimatikan atau dilemahkan tidak dapat digunakan dalam vaksin.
- Virus HIV bermutasi dengan cepat. Jika virus cepat berubah, vaksin mungkin tidak berfungsi lagi sehingga sulit untuk membuat vaksin untuk melawan HIV.
Untuk mengetahui informasi umum lainnya seputar HIV, silahkan kunjungi laman berikut, “Ketahui Informasi Umum Seputar HIV dan AIDS”.
3. Vaksin profilaksis dan terapi
Terlepas dari kendala pembuatan, para peneliti terus berusaha menemukan vaksin. Ada dua jenis utama vaksin, yaitu profilaksis dan terapeutik. Para peneliti sedang mengusahakan keduanya untuk mencegah HIV.
Sebagian besar vaksin bersifat profilaksis, yang berarti mencegah seseorang terkena penyakit. Sementara itu, vaksin terapeutik mampu meningkatkan respons kekebalan tubuh untuk melawan penyakit. Vaksin terapeutik juga dianggap sebagai pengobatan.
Vaksin untuk HIV secara teoritis memiliki dua tujuan. Pertama, dapat diberikan kepada orang yang tidak memiliki HIV untuk mencegah tertular virus. Tujuan ini akan membuatnya menjadi vaksin profilaksis.
Sementara itu tujuan yang kedua, HIB merupakan kandidat yang baik untuk vaksin terapeutik. Para peneliti berharap vaksin jenis terapeutik dapat mengurangi viral load atau jumlah virus HIV dalam darah seseorang.
4. Jenis vaksin HIV eksperimental
Para peneliti mencoba pendekatan untuk pencegahan HIV. Kemungkinan vaksin sedang dieksplorasi untuk penggunaan profilaksis dan terapeutik.
Saat ini, para peneliti sedang bekerja dengan jenis vaksin berikut:
- Vaksin peptida, menggunakan protein kecil dari HIV untuk memicu respons imun.
- Vaksin protein subunit rekombinan, menggunakan potongan protein yang lebih besar dari HIV.
- Kombinasi vaksin, menggunakan dua vaksin satu demi satu untuk menciptakan respons imun yang lebih kuat.
- Vaksin vektor hidup, menggunakan virus non-HIB untuk membawa gen HIV ke dalam tubuh untuk memicu respons imun.
- Vaksin partikel mirip virus, menggunakan sejenis HIV tidak menular yang memiliki beberapa protein HIV.
- Jenis vaksin berbasis DNA menggunakan DNA dari HIB untuk memicu respon imun.
5. Percobaan vaksin yang terbaru
Hingga saat ini, uji coba vaksin HIV masih terus berlanjut. Berdasarkan informasi dari National Institute of Allergy and Infectious Disease, para peneliti melakukan uji coba vaksin HIV terbaru yang bernama uji coba Mosaico. Penelitian ini telah dimulai dari tahun 2019 di Eropa, Amerika Utara, dan Amerika Selatan.
Partisipan dalam penelitian ini melibatkan 3.900 pria yang berhubungan seks dengan sesama pria atau transgender, semua partisipan dianggap berisiko tinggi terkena HIV.
Hasilnya, vaksin HIV yang diujicobakan terbukti aman digunakan. Sayangnya, vaksin ini tidak efektif memberikan perlindungan terhadap penularan HIV. Akhirnya, penelitian pun dihentikan.
Pada konferensi pada Februari 2023, dokter Carl. Dieffenbach, Direktur Divisi AIDS National Institute of Allergy and Infectious Disease, NIH, mengungkapkan bahwa, meskipun tidak akan ada vaksin HIV dalam waktu dekat, tetapi uji coba vaksin ini eksperimental tahap awal sedang dalam proses penelitian.
Nah, karena vaksin HIV hingga kini belum ditemukan. Maka, cara terbaik untuk mencegah penyakit ini dengan menghindari penularannya. Untuk mengetahui lebih detail mengenai penularan, pencegahan, ataupun hal-hal lainnya seputar penyakit HIV, kamu bisa tanyakan langsung dengan dokter melalui aplikasi Halodoc. Yuk, segera download Halodoc sekarang juga!