Berapa Lama HIV Bisa Berkembang Menjadi AIDS?
"HIV, penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh ini membutuhkan waktu untuk berkembang menjadi AIDS. Penting untuk memahami kondisi ini agar dapat menemukan pengobatan yang tepat."
Halodoc, Jakarta - HIV (human immunodeficiency virus) adalah virus yang mengganggu sistem kekebalan tubuh. Hingga saat ini, belum ada obat yang bisa menyembuhkan penyakit ini, namun berbagai perawatan mampu mengurangi efeknya pada kehidupan seseorang.
Pada sebagian besar kasus, setelah terinfeksi HIV, virus tetap berada di dalam tubuh seumur hidup. Gejala HIV tidak tiba-tiba muncul atau memuncak dalam semalam. Jika HIV tidak ditangani segera, maka penyakit dapat berkembang menjadi AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) seiring berjalannya waktu.
Baca juga: Waspada, Inilah 5 Komplikasi yang Disebabkan HIV dan AIDS
Waktu yang Dibutuhkan HIV Berkembang Jadi AIDS
Umumnya, waktu yang dibutuhkan untuk beralih dari infeksi HIV ke AIDS adalah sekitar lima hingga 10 tahun, jika tidak ada tindakan medis. Perbedaan waktu bisa saja terjadi, yang disebabkan oleh sejumlah faktor, termasuk:
- Strain genetik HIV seseorang terinfeksi (beberapa di antaranya mungkin lebih atau kurang ganas dibanding yang lain).
- Kesehatan umum individu.
- Tempat tinggi seseorang (termasuk akses perawatan kesehatan dan kejadian penyakit atau infeksi lain).
- Genetika seseorang atau riwayat keluarga.
- Merokok dan pilihan gaya hidup pribadi lainnya.
Sejak tahun 1996, pengenalan obat antiretroviral sudah mengubah perkembangan alami infeksi HIV. Meskipun HIV masih belum bisa disembuhkan, orang yang baru didiagnosis HIV yang dirawat diharapkan memiliki harapan hidup yang mendekati normal hingga normal. Seperti penyakit kronis lainnya, deteksi dini adalah kunci untuk mengidentifikasi dan mengobati infeksi HIV secepat mungkin.
Sementara itu, tahapan infeksi pada setiap orang bisa berbeda, baik dalam tingkat keparahan maupun kecepatan perkembangan. Tahapan ini memetakan penipisan sel kekebalan karena pertahanan tubuh semakin menurun.
Baca juga: Cara Mengatasi Sariawan pada Pengidap HIV
Dengan setiap perkembangan, risiko infeksi oportunistik (IO) meningkat sampai sistem kekebalan dikatakan terganggu sepenuhnya. Pada tahap inilah risiko penyakit dan kematian sangat tinggi. Tahapan infeksi secara kasar diklasifikasikan sebagai berikut:
1.Infeksi Akut
Setelah infeksi awal dikendalikan oleh sistem kekebalan, virus bersembunyi di reservoir seluler, tanpa diketahui oleh pertahanan kekebalan.
2.Infeksi Kronis
Tahap infeksi kronis ini bisa berlangsung selama bertahun-tahun dan bahkan puluhan tahun pada beberapa individu sampai virus yang tersembunyi diaktifkan kembali.
3.AIDS
Stadium ini secara teknis diklasifikasikan sebagai kondisi terdefinisi AIDS. Diagnosis AIDS tidak lagi berarti seseorang pasti akan sakit atau mati. Jika seseorang memiliki jumlah CD4 di bawah 100, memulai pengobatan antiretroviral (ART) bisa memulihkan fungsi kekebalan, terkadang ke tingkat yang dianggap mendekati normal hingga normal.
Baca juga: Siapa Saja yang Berisiko Terinfeksi HIV dan AIDS?
Perbedaan Gejala HIV dan AIDS
Jika HIV tidak diobati, maka bisa menjadi AIDS. Kondisi ini merupakan tahap ketiga dan paling lanjut dari infeksi HIV. Seseorang yang terinfeksi HIV biasanya akan mengalami gejala awal, seperti:
- Demam;
- Sakit kepala;
- Kelelahan;
- Pembengkakan kelenjar getah bening di leher dan selangkangan;
- Ruam kulit.
Sementara itu gejala jika seseorang mengalami AIDS di antaranya:
- Penurunan berat badan tiba-tiba;
- Keringat malam;
- Demam yang terus kambuh;
- Merasa sangat lelah tanpa alasan;
- Diare yang berlangsung lebih dari seminggu;
- Luka di mulut, di daerah anus, atau di alam kelamin;
- Radang paru-paru;
- Bercak di kulit atau di dalam mulut, hidung, atau kelopak mata;
- Masalah memori;
- Depresi.
Jika kamu memiliki gejala-gejala ini dan mungkin sudah terpapar HIV, segera lakukan pemeriksaan dengan membuat janji dengan dokter di rumah sakit melalui aplikasi Halodoc.