Benarkah Stres yang Berat Sebabkan Gangguan Panik?
Halodoc, Jakarta - Berbeda dengan kepanikan biasa, orang dengan gangguan panik biasanya akan mengalami rasa cemas dan panik secara berlebihan, pada hal atau situasi yang sebenarnya tidak berbahaya. Gejalanya dapat muncul secara tiba-tiba, kapan dan di mana saja. Padahal normalnya, rasa panik biasanya dialami orang ketika berada dalam situasi yang berbahaya atau mengancam nyawanya.
Gangguan panik atau panic disorder ini lebih sering terjadi pada wanita, ketimbang pria. Soal umur, remaja atau dewasa muda lebih rentan mengalaminya. Lantas, benarkah gangguan panik dipicu oleh stres yang berat? Pada kebanyakan kasus, iya. Misalnya karena masalah dengan keluarga, pekerjaan, atau hubungan dengan pasangan, yang menyebabkan stres berlarut-larut.
Baca juga: Gejala dan Serangan Panik yang Selama Ini Diabaikan
Hal Lain yang Sebabkan Gangguan Panik
Selain stres yang berat, sebenarnya ada banyak hal yang bisa sebabkan gangguan panik. Salah satunya adalah genetik. Orang yang memiliki anggota keluarga dengan riwayat gangguan panik, akan memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengidap kondisi serupa.
Gangguan panik juga bisa dipengaruhi oleh kekeliruan bagian otak tertentu dan proses biologi yang mengatur perasaan takut dan kecemasan, dalam menginterpretasikan gerak atau sensasi tubuh yang sebenarnya tidak berbahaya, malah dianggap berbahaya. Selain itu, gangguan panik juga bisa terjadi akibat faktor dari lingkungan, seperti:
- Pengalaman kejadian traumatis yang mengancam nyawa di masa lalu, seperti kecelakaan atau bencana alam.
- Pernah mengalami kekerasan fisik ataupun seksual di masa lalu.
- Mengalami perubahan drastis dalam hidup, seperti berpisah dengan pasangan atau memiliki anak.
- Kebiasaan mengonsumsi kafein dan merokok berlebihan.
Baca juga: Temperamen Mudah Berubah, Mungkin Gejala Serangan Panik
Bagaimana Gejala Gangguan Panik?
Tanda kamu mengalami gangguan panik adalah mengalami lebih dari 3 kali serangan panik. Seperti namanya, serangan panik adalah kondisi ketika tiba-tiba muncul rasa takut berlebihan, tanpa sebab yang jelas, dan pada situasi yang sebenarnya tidaklah berbahaya atau menakutkan.
Gejala dalam satu serangan dapat berlangsung selama 10-20 menit, dan bervariasi pada setiap pengidap. Beberapa gejala yang dapat dirasakan adalah:
- Pusing.
- Mual.
- Sesak napas dan rasa seperti tercekik.
- Mati rasa di tangan atau kaki.
- Nyeri dada.
- Berkeringat dingin.
- Gemetaran.
- Kejang.
- Jantung berdebar.
- Tiba-tiba merasa takut berlebihan akan kematian.
Jika kamu atau orang terdekat mengalami gejala gangguan panik seperti yang disebutkan tadi, sebaiknya mintalah bantuan ahli seperti psikolog atau psikiater. Agar lebih mudah, kamu bisa download aplikasi Halodoc untuk buat janji dengan psikolog atau psikiater di rumah sakit, untuk melakukan konseling.
Baca juga: Sering Mudah Panik? Bisa Jadi Serangan Panik
Sama halnya seperti penyakit fisik, gangguan panik juga perlu mendapat penanganan yang baik. Jika tidak, kondisi yang dialami pengidap akan terus memburuk dan menyebabkan banyak masalah lain, seperti depresi, kecanduan alkohol, dan memburuknya hubungan sosial dengan orang lain.
Bisakah Gangguan Panik Dicegah?
Sebenarnya belum ada obat atau metode khusus untuk mencegah gangguan panik. Namun, ada beberapa hal atau kebiasaan yang bisa dilakukan untuk mengurangi gejala yang terjadi atau menurunkan risiko mengalami gangguan panik, yaitu:
- Lakukan manajemen stres yang baik, seperti rutin melakukan relaksasi, teknik pernapasan, dan yoga, setiap mengalami stres berat.
- Hindari konsumsi makanan atau minuman manis, kafein, atau alkohol.
- Jauhi rokok dan obat-obatan terlarang.
- Biasakan untuk melakukan aktivitas fisik menyenangkan, seperti olahraga yang disukai.
- Pastikan selalu tidur dan istirahat yang cukup.
Jika didiagnosis gangguan panik, selain mengikuti rangkaian pengobatan dari dokter, bergabunglah dengan komunitas yang berisi orang-orang dengan kondisi serupa. Hal ini dapat membuat kamu lebih sadar, paham, dan merasa tidak sendirian.