Benarkah PMS Hanya Mitos yang Dilebih-lebihkan?
“Premenstrual syndrome (PMS) kerap dianggap hanya mitos dan kadang wanita terlalu berlebihan menyikapinya. Padahal nyatanya, menjelang menstruasi, wanita memang bisa mengalami sejumlah gejala yang bikin tidak nyaman bahkan melumpuhkan aktivitas.”
DAFTAR ISI
- Cek Fakta Mengenai PMS
- Proses Terjadinya Premenstrual Syndrome
- Penyebab Wanita Mengalami PMS
- Kenali Berbagai Gejala PMS
- Cara Mengatasi PMS
- Cara Mencegah Premenstrual Syndrome
Halodoc, Jakarta – Seorang psikolog wanita asal Amerika Serikat, sekaligus research assistant professor di Department of Psychology di Stony Brook University, AS, menyebut bahwa gejala premenstrual syndrome atau PMS pada wanita hanyalah mitos belaka.
Ia yakin bahwa selama ini para wanita telah dibohongi media dan komunitas kesehatan soal PMS.
Menurutnya, gejala yang selama ini dikeluhkan hanya melebih-lebihkan dan merupakan “alasan” wanita untuk tidak beraktivitas. Namun, benarkah demikian? Simak faktanya di sini!
Cek Fakta Mengenai PMS
Sejumlah ahli mengatakan gejala seperti pusing, lemas, nyeri perut, nyeri payudara, hingga kram adalah hal yang wajar saat tubuh mengalami perubahan hormon. Kendati setuju dengan pernyataan tersebut, tapi psikolog Robyn Stein DeLuca menyebut bahwa wanita tidak seharusnya “lumpuh” dalam melakukan aktivitas selama datang bulan.
Lewat buku yang ia tulis dengan judul The Hormone Myth: How Junk Science, Gender Politics And Lies About PMS Keep Women Down, Robyn menyebut wanita terlalu terhanyut dengan pandangan soal PMS. Namun, benarkah demikian?
Faktanya, PMS merupakan kondisi yang sangat umum di antara para wanita. Diperkirakan sebanyak tiga dari setiap empat wanita yang menstruasi pernah mengalami beberapa bentuk sindrom ini.
Proses Terjadinya Premenstrual Syndrome
Kenapa bisa terjadi PMS? Meskipun penyebab pasti PMS belum sepenuhnya dipahami, tapi diyakini bahwa fluktuasi hormon, terutama estrogen dan progesteron, memainkan peran penting dalam terjadinya sindrom ini.
Pada fase pra-menstruasi, kadar hormon estrogen dan progesteron cenderung berubah secara drastis. Estrogen mencapai puncaknya beberapa hari sebelum menstruasi, dan kemudian menurun tajam. Sementara itu, progesteron meningkat setelah ovulasi dan juga menurun menjelang menstruasi.
Fluktuasi hormon ini dapat memengaruhi berbagai sistem tubuh, termasuk sistem saraf dan neurotransmitter, serta mengganggu keseimbangan kimia dalam otak.
Kapan terjadinya PMS pada wanita? PMS bisa terjadi 7-10 hari jelang datangnya menstruasi. PMS adalah gejala yang biasanya terjadi dan menandai datangnya masa menstruasi alias haid pada wanita.
Untuk informasi lebih lengkap soal PMS, kamu bisa baca di sini: Premenstrual Syndrome – Penyebab, Gejala, dan Pengobatan.
Penyebab Wanita Mengalami PMS
Hal yang menjadi penyebab wanita mengalami sindrom pramenstruasi memang masih belum diketahui secara pasti. Namun, para ahli menduga bahwa ada beberapa faktor yang berperan dalam menyebabkan kondisi tersebut, antara lain:
1. Perubahan siklus hormon
PMS berkaitan dengan fluktuasi hormonal yang terjadi selama paruh kedua siklus menstruasi.
Ovulasi terjadi sekitar pertengahan siklus. Selama waktu ini, tubuh wanita akan melepaskan sel telur, menyebabkan kadar estrogen dan progesteron turun. Perubahan hormon itulah yang bisa menyebabkan gejala fisik dan emosional pada wanita saat mengalami PMS.
2. Perubahan kimia di otak
Perubahan kadar estrogen dan progesteron juga memengaruhi kadar serotonin. Ini adalah neurotransmitter yang membantu mengatur suasana hati, siklus tidur, dan nafsu makan wanita.
Tingkat serotonin yang rendah diyakini bisa menyebabkan munculnya perasaan sedih dan mudah tersinggung yang biasa dialami wanita saat PMS. Namun, perubahan suasana hati adalah salah satu gejala PMS yang paling umum dan paling parah.
3. Kondisi kesehatan mental
Selain itu, memiliki kondisi kesehatan mental, seperti depresi atau kecemasan, juga bisa meningkatkan kemungkinan seorang wanita untuk mengalami PMS.
Beberapa wanita yang mengalami bentuk PMS yang parah ternyata memiliki depresi yang tidak terdiagnosis, meskipun depresi saja tidak menyebabkan semua gejala tersebut.
4. Gaya Hidup
Faktor gaya hidup juga dianggap berperan dalam memengaruhi tingkat keparahan gejala PMS. Beberapa kebiasaan yang berpotensi memperburuk gejala sindrom tersebut, antara lain:
- Merokok.
- Banyak mengonsumsi makanan tinggi lemak, gula, dan garam.
- Kurangnya aktivitas fisik secara teratur.
- Kurangnya kualitas tidur.
Penelitian tahun 2018 juga menghubungkan konsumsi alkohol dengan peningkatan risiko PMS. Bila kamu minum secara berlebihan atau minum banyak secara teratur, kamu berisiko tinggi mengalami gejala sindrom pramenstruasi.
Gaya hidup tidak sehat dapat menyebabkan siklus haid tidak teratur. Baca penjelasan mengenai siklus haid di artikel Ini Perbedaan Siklus Haid yang Normal dan Tidak.
Kenali Berbagai Gejala PMS
Sekumpulan gejala saat premenstrual syndrome bukan mitos belaka, melainkan benar-benar terjadi dan dirasakan oleh banyak wanita menjelang menstruasi.
Tiap wanita memang bisa mengalami gejala yang berbeda-beda. Ada beberapa yang hanya mengalami gejala yang ringan, tapi tidak sedikit juga yang mengalami gejala berat.
Nah, berikut berbagai gejala PMS yang bisa dialami oleh wanita:
1. Gejala fisik
- Nyeri sendi atau otot.
- Sakit kepala.
- Kelelahan.
- Pertambahan berat badan sehubungan dengan retensi cairan.
- Perut kembung.
- Payudara menjadi lembut dan sensitif.
- Muncul jerawat.
- Sembelit atau diare .
2. Gejala emosi dan perilaku
- Suasana hati yang berubah-ubah dan cepat marah.
- Mudah menangis.
- Cemas.
- Depresi
- Sulit berkonsentrasi.
- Sulit tidur.
- Perubahan nafsu makan dan mengidam makanan.
- Perubahan libido.
Cara Mengatasi PMS
Terdapat beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk mengatasi keluhan atau gejala PMS, antara lain:
1. Perubahan gaya hidup
Mengadopsi gaya hidup sehat dapat membantu mengurangi gejala PMS. Cobalah untuk menjaga pola makan sehat dengan mengonsumsi makanan kaya nutrisi. Selain itu, hindarilah makanan yang mengandung garam, gula, dan kafein yang tinggi. Olahraga secara teratur juga dapat membantu mengurangi ketegangan dan stres yang dapat memperburuk gejala PMS.
2. Konsumsi obat
Beberapa obat dapat digunakan untuk mengatasi gejala PMS, seperti analgesik untuk meredakan nyeri, dan diuretik untuk mengatasi retensi air. Dokter juga dapat meresepkan obat-obatan tertentu, seperti kontrasepsi hormonal atau antidepresan, untuk mengatur hormon dan meredakan gejala emosional.
3. Terapi psikologis
Pendekatan psikologis yang dapat membantu mengatasi gejala emosional PMS, seperti depresi dan kecemasan. Terapi ini membantu individu mengidentifikasi pola pikir negatif dan menggantinya dengan pola pikir yang lebih sehat dan positif.
4. Konsumsi suplemen
Penggunaan suplemen tertentu juga dapat membantu mengurangi gejala PMS. Misalnya, suplemen kalsium dan magnesium dapat membantu mengurangi nyeri dan kram pada saat menstruasi.
Namun, sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter sebelum mengonsumsi suplemen untuk memastikan dosis yang tepat dan meminimalkan risiko efek samping.
5. Mengelola stres
Cobalah untuk melakukan aktivitas relaksasi, seperti yoga, meditasi, atau pijat, guna meredakan ketegangan dan meningkatkan suasana hati. Kamu juga bisa mencoba Ini 3 Cara Menangani Gejala PMS agar bisa tetap beraktivitas dengan baik.
6. Mencatat siklus menstruasi
Dengan mencatat siklus menstruasi kamu bisa mendeteksi gejala PMS dan melakukan tindakan pencegahan. Misalnya, bila minggu depan adalah jadwalmu mengalami haid, kamu bisa segera berusaha untuk tenang dan melakukan tindakan antisipasi. Misalnya olahraga, mendapatkan tidur yang cukup, atau sesederhana berusaha menahan emosi.
Cara Mencegah Premenstrual Syndrome
Bisakah premenstrual syndrome dicegah? Pada dasarnya tidak ada cara yang paling efektif bisa mencegah kondisi ini. PMS hanya bisa dikelola dengan penerapan hidup sehat dan pemahaman mengenai kondisi ini.
Kamu bisa mengurangi gejala dengan melakukan beberapa hal ini:
- Perbanyak makan sayuran.
- Membatasi kafein.
- Perbanyak minum air putih hangat.
- Konsumsi dark chocolate.
- Rutin berolahraga.
- Tidur yang cukup.
- Mempertahankan berat badan ideal.
- Memonitor siklus menstruasi untuk mengantisipasi gejala.
- Membuat jurnal mengenai perasaan yang dialami sehari-hari.
- Minum yoghurt secara rutin.
Meski pengobatan dan pencegahan bisa dilakukan, ada saja wanita yang mengalami premenstrual syndrome dengan gejala sangat mengganggu. Kondisi ini disebut premenstrual dysphoric disorder (PMDD).
Tanda dan gejala PMDD bisa meliputi depresi, perubahan suasana hati, kemarahan, kecemasan, perasaan kewalahan, kesulitan berkonsentrasi, lekas marah dan ketegangan.
Jadi, bukannya berlebihan, nyatanya beberapa wanita memang bisa mengalami gejala PMDD separah itu hingga tidak bisa beraktivitas. Cek perbedaan kedua kondisi ini di artikel ini: Mana yang Lebih Buruk, PMS atau PMDD?
Itulah penjelasan mengenai premenstrual syndrome yang bukan merupakan mitos belaka, melainkan dialami banyak wanita menjelang menstruasi. Bila kamu mengalami gejala PMS yang parah atau tidak wajar, pertimbangkan untuk memeriksakan diri kamu ke dokter.
Kamu juga bisa menanyakan kondisi yang kamu alami pada dokter lewat aplikasi Halodoc.✔️ Klik gambar berikut untuk chat dengan dokter sekarang:
Referensi:
Metro. Diakses pada 2024. Female psychologist believes that PMS is a ‘myth’
Mayo Clinic. Diakses pada 2024. Premenstrual syndrome (PMS).
Healthline. Diakses pada 2024. How to Deal with Premenstrual Mood Swings.
Healthline. Diakses pada 2024. PMS: Premenstrual Syndrome Symptoms, Treatments, and More.
National Health Service. Diakses pada 2024. PMS (premenstrual syndrome).
Johns Hopkins Medicine. Diakses pada 2024. Premenstrual Syndrome (PMS).
Cleveland Clinic. Diakses pada 2024. Premenstrual Syndrome (PMS).
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan